/0/23599/coverorgin.jpg?v=ed918f85207337f1a3fe2e5fd61a4091&imageMogr2/format/webp)
"Hey bisa gak berhenti klakson berisik tau." teriak Sintia di atas motor.
"Saya lagi terburu-buru," jawab Arseno dari dalam mobil.
Sintia merasa kesal dengan suara tersebut lalu memutuskan untuk turun dari sepedah.
"Kesempatan nih sudah lama aku gak marah-marah,udah pikiran banyak di tambah lagi suara bising lengkap sudah." gumamnya dalam hati jengkel.
Sintia pun melangkahkan kakinya ke arah mobil Arseno dengan nafas naik turun.
Mobil sedan dengan warna hitam dengan nomor plat yang cantik, menandakan sang pemiliknya bukan orang sembarangan.
"Keluar kamu, kamu kira hanya kamu saja yang terburu-buru?" tanya Sintia sambil mengetuk kaca mobil .
Sintia mengeluarkan sumpah serapah kepada Arseno sang pengendara mobil.
Arseno pun membuka kaca mobilnya,
Melihat Sintia yang marah-marah di jalan, menjadinya pusat perhatian para pengguna jalan lainnya yang tengah terjebak kemacetan.
Jalanan lagi macet di karena ada sebuah kecelakaan lalu lintas di tengah jam sibuk. Kecelakan tersebut membuat kemacetan panjang.
Melihat Sintia marah, ada segelintir orang yang memanfaatkan kejadian tersebut dengan mengambil video dan mengunggahnya ke laman media sosial.
Disisi lain polisi berusaha mengurai kemacetan dengan mengalihkan arus lalu lintas.
Sedangkan di tempat itu Arseno menatap tajam tanpa sepatah kata pun ke Sintia.
Sintia terkejut ternyata pengendara mobil itu sudah sedikit tua, namun tingkahnya seperti anak muda yang keren serta memakai baju yang sedikit fashionable.
dua pengendara itu yang sedang emosi sama-sama salah yang satu kurang sabar, yang satu lagi gampang emosi seperti itu lah gambarannya.
Tak terasa jalanan normal kembali. Arseno yang menyadari itu hendak melajukan mobilnya.
Sintia yang menyadari jalanan sudah normal dia melangkahkan kakinya untuk mengambil sepedanya yang terparkir di bahu jalan.
"Dasar orang sombong mentang-mentang kaya." teriaknya sambil menepikan sepedanya.
Di dalam mobil Arseno tersenyum sinis. Dia meluapkan emosinya dengan menekan klakson berulang kali sehingga Sintia bertambah kesal.
Arseno pun melajukan mobilnya dengan keadaan kesal. Kejadian tadi membuatnya malu karena dia jadi pusat perhatian, bahkan ada orang yang memvideokan dirinya tanpa seizinnya.
"Dasar perempuan kampungan." gumamnya dalam hati.
Arseno melihat jam yang ada di tangan kanannya. Jam yang berwarna hitam elegan nan mewah.
"Huu kurang 10 menit, jika aku telat bisa bahaya."
setelah beberapa menit kemudian sampailah Arseno di kantor. Kantor yang sangat luas, rapi dan bersih serta begitu banyak karyawan bekerja di bawah naungan keluarganya.
"Selamat pagi pak," sapa karyawannya dengan tersenyum.
Arseno pun hanya mengangguk tak menjawab. Dia berjalan dengan gagahnya menunjukan tampang yang identik tegas.
Arseno pun jarang terlihat bicara, dia akan banyak bicara ketika rapat saja, selain dari itu dia akan diam.
Meskipun Arseno bersifat Angkuh tapi dia mendedikasikan dirinya kepada kantor tersebut. Baginya banyak beban yang harus dia pikul untuk kesejahteraan karyawannya.
Arseno pun melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam ruang kerjanya.
Ruangan yang lumayan nyaman dengan dihiasi lukisan gunung di dindingnya.
Seperti biasanya Arseno mulai mengerjakan beberapa tugasnya.
Tok tok tok (suara mengetuk pintu).
"Masuk," ujar Arseno dari dalam.
"Selamat siang pak Arseno, rapat dilaksanakan 5 menit lagi di ruangan rapat no 1 depan." ujar karyawannya.
Arseno pun menganggukan kepalanya sebagai tanda mengerti.
Karyawan tersebut melangkahkan kakinya keluar dan Arseno mulai menyiapkan beberapa lembar kertas yang akan dibawanya.
Arseno pun keluar dari ruangannya, dia berjalan dengan sedikit tergesa-gesa sambil merapikan jasnya.
/0/10339/coverorgin.jpg?v=7244edee781154bedeaf59222cc144ab&imageMogr2/format/webp)
/0/15074/coverorgin.jpg?v=22532312abb581bb0af87ccc4a8b6038&imageMogr2/format/webp)
/0/12634/coverorgin.jpg?v=20250123144703&imageMogr2/format/webp)
/0/26396/coverorgin.jpg?v=948f50f3180d2a821bc99b2cbb166d2b&imageMogr2/format/webp)
/0/16737/coverorgin.jpg?v=9e81b26d3b8d0e34fef68d540fe003ec&imageMogr2/format/webp)
/0/3927/coverorgin.jpg?v=fc8287d3786d28766edec978a5d2641f&imageMogr2/format/webp)
/0/2562/coverorgin.jpg?v=1c0bc876cf31e2917d8e16ad7eb33bc5&imageMogr2/format/webp)
/0/10793/coverorgin.jpg?v=8d32b9faa983eae1625f7e3eebd5f289&imageMogr2/format/webp)
/0/16954/coverorgin.jpg?v=abe6b77a363c516b519ac498cd3e19d3&imageMogr2/format/webp)
/0/6227/coverorgin.jpg?v=6257df0cd226ea93f64be54d97ea15cf&imageMogr2/format/webp)
/0/5137/coverorgin.jpg?v=3e12bdfe33eb1540a0e762dd56d321e1&imageMogr2/format/webp)
/0/8074/coverorgin.jpg?v=9ed9f0f8922d4de2e0e7ac5d9024b6ab&imageMogr2/format/webp)
/0/30853/coverorgin.jpg?v=1697a496a6e366aab24625a7078a696d&imageMogr2/format/webp)
/0/16603/coverorgin.jpg?v=03af8b8a1b527879ff43f0ab4f63620d&imageMogr2/format/webp)
/0/7539/coverorgin.jpg?v=ed8fe97d5a9ca68a26b7170cd08632de&imageMogr2/format/webp)
/0/3455/coverorgin.jpg?v=261d52468b469710fc3e8e55d0684dbd&imageMogr2/format/webp)
/0/16206/coverorgin.jpg?v=ed702fe70aa194a1bbb981fbacd27172&imageMogr2/format/webp)
/0/6637/coverorgin.jpg?v=a530a5398bc61eb694f5ea42202f4e80&imageMogr2/format/webp)