/0/23779/coverorgin.jpg?v=5bcf84b7669a1c7f18bfc55c58b108f0&imageMogr2/format/webp)
Pagi ini hujan turun deras sekali seolah sebuah ember raksasa diguyur dari langit. Gadis itu melihat dari kaca jendela apartmentnya menunggu hujan yang tak kunjung reda.
Laura memang ada janji penting dengan dekan FKH UGM sebelum mulai kerja dinasnya di kampus sebagai dosen bagian Patologi Anatomi.
Dia melirik jam dinding di dinding ruang tengah apartemennya. "Aduh bisa telat ini kalau aku nggak segera berangkat! Aku sungkan kalau sampai terlambat di hari pertama dinas di kampus."
Akhirnya, Laura membulatkan tekad untuk menembus hujan deras. Dia mengambil kunci mobil HRV merahnya dan menuju parkiran mobil di basement apartemennya.
Sepanjang perjalanan cuaca masih sangat buruk, kaca depan mobilnya pun tampak agak buram karena derasnya air hujan sekalipun wiper kaca mobil sudah dinyalakan. Setelah setengah jam berjuang menembus hujan, Laura pun sampai di kampus.
Ketika akan turun dari mobil ke gedung V2 untuk bertemu dengan dekan FKH. Dia mencari-cari payungnya yang biasa dia taruh di mobil supaya tidak basah kuyup karena hujan masih turun dengan derasnya. "Kemana payung yang biasa ada di mobil?!" ujarnya frustasi karena tak kunjung menemukan payung yang biasa dia taruh di mobil.
"Ya ampun ... minggu lalu kutinggal di rumah Papa!" ucapnya setelah dia ingat meninggalkan satu-satunya payungnya yang biasa ada di mobil.
Laura pun membulatkan tekad untuk lari ke lobi gedung V2 dari parkiran. Waktu pertemuannya tinggal 5 menit lagi, dia tidak ingin datang terlambat.
Gubrak!
"Aaahhh!" pekiknya terkejut saat menabrak badan yang keras seperti tembok dan hampir terjerembab bila tidak segera ditarik oleh si empunya badan yang keras tersebut.
"Nona hati-hati lain kali perhatikan jalanmu!" tegur pria yang saat ini memeluk erat tubuh Laura, sementara Laura masih shock dan kedinginan karena tubuhnya setengah basah oleh air hujan.
Laura menatap wajah pria yang tidak sengaja dia tabrak tadi dan merasa wajahnya menghangat. Pipinya yang tadinya pucat pun mulai merona merah karena malu. Pemuda itu sangat tampan seperti artis Korea. "Maaf ... saya terburu-buru" ujar Laura cepat lalu segera berlari ke tangga yang menuju ke lantai 2.
James melepaskan pelukannya pada gadis yang tadi menabraknya dan menatap kepergian gadis itu dengan bengong. Dia merasa jantungnya berdebar-debar saat menatap wajah gadis tadi.
Gadis yang sangat cantik, sepertinya dalam 3 tahun ini dia belum pernah berpapasan dengan gadis itu di kampus. Mahasiswi baru? Tapi penampilannya terlalu elegan dan matang untuk seorang mahasiswi, sepertinya bukan. James masih berpikir dan berbicara dalam hatinya.
"Wooiii!" seru Deon sahabatnya dari belakang mengagetkan James.
"Iihh ngapain sih kamu bikin aku kaget saja!" ujar James sambil pura-pura memukul kepala Deon.
"Lha habisnya bengong di tengah lobi sendirian. Ngapain coba? Oya bahan buat presentasi besok sudah dapet belum James?"
"Sudah kok. Ini ada di tasku. Hari ini kayaknya kelas Patologi Umum masih kosong ya? Pak Bambang masih dirawat di RS kabarnya," kata James sambil berjalan menuju gedung V1 tempat mata kuliah jam berikutnya.
"Mungkin kosong sih. Tapi mendingan kita tunggu di kelas aja deh, lagian 'kan kudu ngisi absen. Habis kelas kamu mau kemana Bro?" tanya Deon sambil mencari tempat duduk di ruangan 101.
James masih memikirkan gadis yang tadi menabraknya dan tidak begitu memperhatikan perkataan Deon.
"Waduh dikacangin nih!" seru Deon agak kesal karena James tidak menjawab pertanyaannya lagi.
"Ehh sori ... sori Bro," ujar James tak enak hati pada Deon. "Jadi tadi aku ditabrak cewek di lobi, cakep banget lho kayak model blasteran. Bukan mahasiswi FKH deh."
"Kamu kenalan nggak sama dia? Namanya siapa? Siapa tahu bisa dikecengin daripada kamu jadi jomblo abadi ...," goda Deon menyindir sahabatnya yang masih betah menjomblo dari awal masuk kuliah sampai semester 6. Padahal kalau soal tampang tak ada kurangnya si James ini. Tetapi, setiap ada cewek yang pedekate tidak pernah direspon.
/0/5983/coverorgin.jpg?v=6f6e63590595f6e14b3827c458936f00&imageMogr2/format/webp)
/0/14156/coverorgin.jpg?v=0d6bcf5b3aacc35c4be934b534409f0b&imageMogr2/format/webp)
/0/9153/coverorgin.jpg?v=d739cadec9e6d9f609887335587c2f88&imageMogr2/format/webp)
/0/12939/coverorgin.jpg?v=6c174984c8ef1145cdac2fdce22ee108&imageMogr2/format/webp)
/0/5626/coverorgin.jpg?v=79f5e94995c9ef2e0230aa95e6050667&imageMogr2/format/webp)
/0/4844/coverorgin.jpg?v=ff65dd9a66e99ce43b5ccb282f790bea&imageMogr2/format/webp)
/0/3898/coverorgin.jpg?v=e8c73da8248f56bfc2354a940f0bf48f&imageMogr2/format/webp)
/0/14868/coverorgin.jpg?v=ed691902cab62c9f9016d20bc582a957&imageMogr2/format/webp)
/0/20579/coverorgin.jpg?v=2a9ead463aa57c9d48544b5acfa2bce0&imageMogr2/format/webp)
/0/5774/coverorgin.jpg?v=c4321a0e698161da875110311678e3a9&imageMogr2/format/webp)
/0/6658/coverorgin.jpg?v=6ddf3846795b2e35b6aade1bd2089ce0&imageMogr2/format/webp)
/0/14064/coverorgin.jpg?v=47e9031b9221cf7fb44b043b76672b6f&imageMogr2/format/webp)
/0/23589/coverorgin.jpg?v=cf2ead4110fdfe27ce4ed21ab681b63e&imageMogr2/format/webp)
/0/3096/coverorgin.jpg?v=4d0ca931f28d578ae8dd5f8984db5f7f&imageMogr2/format/webp)
/0/13043/coverorgin.jpg?v=20250504091655&imageMogr2/format/webp)
/0/24347/coverorgin.jpg?v=666de77ca3973db3eb04724e57c20e17&imageMogr2/format/webp)
/0/18467/coverorgin.jpg?v=b902f1f6a225efeed3093541e2ca7f28&imageMogr2/format/webp)
/0/8089/coverorgin.jpg?v=1ed0ae668d47ff7759ab081b82c2145d&imageMogr2/format/webp)
/0/13130/coverorgin.jpg?v=b23b8b5b8c84e223572e09785c9eec53&imageMogr2/format/webp)
/0/13205/coverorgin.jpg?v=9af290515da8dd995ad0829d60f3154b&imageMogr2/format/webp)