Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
TERJEBAK CINTA TUAN ANTARES

TERJEBAK CINTA TUAN ANTARES

Ayne Kim

4.8
Komentar
3K
Penayangan
31
Bab

Alenka Gealova tidak menyangka jika kehidupannya berubah total setelah ayah tirinya menjualnya kepada lelaki arogan nan dingin seperti Tuan Antares. Dari seorang yang manja dan bawel, kini Ale begitu nama panggilannya berubah menjadi pendiam nan murung. Apalagi dirinya dipaksa menikah padahal usianya masih 19 tahun. Yang lebih parah lagi adalah Antares hanya menjadikannya istri di depan klien semata! Bagaimana kelanjutan kisah Alenka dan Antares? Stay saja di cerita ini!

Bab 1 Gadis Satu Miliar

Kita ke mana, Om?”

Pertanyaan seperti itu sudah dilayangkan oleh Alenka Gealova sejak ayah sambungnya menariknya paksa dari kampus tanpa basa-basi. Alenka sudah berusaha melepas tangan sang lelaki itu, tapi cekalan tangan dari lelaki yang sudah menikahi mamanya sejak dua tahun lalu itu sungguh sangat kuat.

“Diam!”

Kalimat yang selalu sama keluar dari mulut lelaki bernama Dirga itu membuat Ale begitu panggilan gadis berusia Sembilan belas tahun itu muak bukan main.

“Om, lepas!” Ale menepiskan tangan Dirga bahkan memukul berkali-kali, tapi tetap saja tidak bisa terlepas. Malah semakin menyeret dan mendorong masuk ke dalam mobil.

“Kamu diam, Ale! Turuti saja saya.” Memasang sabuk pengaman kepada Ale.

“Om itu aneh! Tiba-tiba saja datang ke kampus aku, lalu menarik dan sekarang membawaku entah ke mana.” Ale protes.

Jujur, sebenarnya dirinya dan suami dari ibunya yang sekarang itu alias ayah sambungya tidak pernah akrab dengannya. Lelaki itu selalu saja menganggap Ale sebagai anak manja yang boros yang menumpurkan dirinya. Padahal menurut Ale sendiri, uang yang ia gunakan selama ini adalah uang sang mama dari hasil kerja keras perempuan yang melahirkannya itu.

"Diam! Kalau kamu masih saja memberontak, kamu akan saya bius."

Ale diam.

Dibius? Gila memang. Ayah tirinya itu selalu saja membuat masalah dalam hidupnya. Kemarin, ia dijadikan jaminan agar mobil lelaki itu kembali dari penadah. Sekarang, entah apa lagi yang dilakukan si tua itu kepadanya?

Mobil itu membelah jalan Jakarta. Alenka diam dengan pertanyaan-pertanyaan yang membebani pikirannya.

Cukup lama perjalanan yang ditempuh oleh mereka hingga pada waktu tiga puluh menit, mobil itu berhenti di sebuah rumah mewah.

Entah rumah siapa, Ale tidak tahu dan tidak paham betul.

"Turun!" teriaknya kepada Ale tanpa peduli pada rungu gadis manis itu yang mungkin akan tuli dalam hitungan detik.

Dari pada berurusan lebih panjang lagi dengan lelaki yang tidak pernah dianggap sebagai ayah oleh Ale, maka Ale memilih keluar dari mobil dan menuju ke Dirga yang sudah menunggu dengan mimik tidak sabar.

"Buruan!" Menarik tangan Ale dan memaksa mengikuti langkah dari belakang dan sedikit terseot-seot lantaran langkah Dirga yang lebar.

"Maaf, mencari siapa?"

Seorang lelaki berpakaian serba hitam menahan mereka saat melewati pintu gerbang yang terbuka dan menjulang tinggi itu.

"Dirgantara Sidoarjo," kata ayah sambung Ale itu.

Lelaki yang merupakan pengawal di rumah besar itu mengangguk dan mempersilakan keduanya masuk.

"Tuan sudah menunggu kalian di dalam." Memberi izin untuk masuk.

Lagi dan lagi tangan Ale ditarik paksa oleh Dirga menuju ke dalam rumah.

"Om, lepas! Atau aku teriak!" Ale mengancam.

Dirga melotot dan kemudian menoyor kepala Ale. "Diam. Kamu juga akan tahu setelah tiba di dalam sana."

Helaan napas kasar Ale terdengar. Ayah tirinya itu sangat kasar dan tidak punya peri kemanusiaan bahkan jiwa keayahannya juga tidak ada sama sekali.

"Ayo, bodoh!" teriak Dirga.

Ale kembali terseret bersama langkah Dirga yang masuk ke dalam rumah mewah bagai istana itu.

Ale masih sempat-sempatnya memuji apa yang ada di depan matanya. Demi apa pun, sungguh interior serta desain rumah itu sangat unik luar biasa. Ditambah warna cet yang terlihat maskulin menandakan kalau sang empunya rumah adalah lelaki sejati, dominan dan juga arogan.

Itu menurut Ale.

Warna apa itu?

Hitam keabuan bercampur warna putih.

"Kalian sudah di tunggu di ruang kerja Tuan Antares." Seorang pengawal dengan pakaian yang sama seperti pengawal pertama mencegat langkah mereka untuk memberitahukan informasi jika mereka sudah ditunggu.

"Terima kasih." Dirga terdengar lembut berbicara kepada pengawal itu.

"Om," cicit Ale.

Lelaki itu menatap Ale geram sembari melotot tajam. "Diam!"

Ale kembali diam. Sungguh, ia benci lelaki seperti Dirga. Entah apa yang mamanya lihat dari lelaki gila itu!

Ale dan Dirga mengikuti langkah pengawal itu menuju ruang kerja lelaki bernama Antares. Pemikiran Ale kacau bukan main. Ia merasa ada yang tidak beres dengan dirinya saat ini. Lalu saat ruang pintu ruang kerja itu terbuka, Ale melotot tajam saat menyaksikan seorang lelaki dengan keangkuhan duduk seraya kaki naik di atas meja kebesarannya.

Senyum jengkel Ale terpatri. Menyebalkan!

"Akhirnya kamu datang!" Suara bariton itu terdengar memenuhi ruangan membuat bulu kuduk Ale merinding.

Lelaki penuh dengan aura dominan, arogan dan penguasa.

Ale menelan salivanya apalagi saat terdengar pintu di belakang mereka tertutup. Sekarang di ruangan itu hanya mereka bertiga. Dirinya, ayah tirinya dan lelaki bernama Antares itu.

"Maaf, Tuan. Saya terlambat datang. Tapi, saya bawa jaminan untuk uang yang akan saya pinjam."

Ale menoleh pada Dirga. Dugaannya benar. Ia dijadikan jaminan lagi untuk uang yang akan dipinjam.

"Jaminan? Coba tunjukkan!" perintah Antares.

Dirga mendorong Ale ke depan dan tersenyum semringah. "Dia jaminannya, Tuan. Anda bisa memilikinya dan menggunakan dia untuk apa saja bahkan jika Anda ingin bermain kuda-kudaan juga tidak masalah. Nikmati saja. Masih suci dan jelas perawan."

Ale melotot pada Dirga.

"Om!" pekiknya marah. Lelaki itu bukan hanya menjadikannya jaminan, tapi juga menjualnya.

"Dia siapa?" Suara Antares terdengar lagi.

"Dia putri dari istriku. Anak tiriku!" jawab Dirga cepat.

"Om menjualku? Om gila! Aku mau pulang!" Ale melepaskan cekalan tangan Dirga darinya, lalu berlari menuju pintu.

"Keluar dari sini tanpa seizinku, kamu mati!"

Suara Antares menghentikan langkah Ale. Ia menoleh ke belakang dan kemudian mendelik tajam.

"Siapa kamu? Kenapa kamu mengancam aku? Kamu kira aku takut?" Ale mencoba melawan. Ia berusaha tidak takut dengan intimidasi yang dilakukan Antars saat ini.

"Itu jaminan yang kamu berikan kepada saya?"

Dirga menoleh pada Ale. "Kamu bisa diajak kompromo gak, sih?" Dirga menarik tangan Ale agar kembali ke posisi semula.

"Aku gak mau dijual, Om!" Ale berusaha melepas lagi cekalan tangan Dirga, tapi ia gagal.

"Hanya ini yang saya punya, Tuan."

"Aku aduin Om sama Mama." Ale berteriak.

Dirga mengalihkan tatapannya kepada Ale. "Mama kamu juga setuju untuk menjual dirimu ke Tuan Antares."

Deg

Apa katanya? Mamanya setuju? Gila! Apa perempuan yang selalu ia banggakan dalam hidupnya sudah berubah jadi mata duitan hanya karena menikah dengan Dirga?

Kenapa mamanya sejahat itu?

"Tidak mungkin!" Ale mencoba menepis pemikiran bodoh itu.

"Tanyakan saja nanti kalau tidak percaya."Dirga menyarankan.

"Kalian sudah selesai berdrama?" Antares menatap keduanya tanpa berkedip.

"Maafkan saya, Tuan." Dirga memohon seraya bersujud di depan Antares.

Ale menggeleng. Lelaki itu telah dibutakan oleh uang sehingga rela menjatuhkan harga diri di depan lelaki penguasa seperti Antares.

“Jangan batalkan pinjaman uangnya.” Dirga kembali berkata.

Antares berdiri dari tempat kuasanya dan berjalan menuju ke mereka.

“Berapa yang kamu inginkan?” tanya Antares kepada Dirga, tapi matanya mengarah kepada Ale. Ale merasa sangat risih sekaligus jijik pada tatapan tanpa ekspresi itu.

“Setengah miliar, Tuan.” Dirga menyahut.

Antares mengeluarkan selembar cek dan menyerahkan ke depan Dirga.

“Jumlahnya ada satu miliar. Tidak perlu kamu kembalikan, tapi gadis ini akan menjadi milikku. Akan aku kembalikan ke kalian jika aku sudah bosan.” Antares berucap dengan nada datar.

Dirga mengangguk dan segera mengambil cek itu. “Kalau sudah bosan, jualkan saja ke tempat pelacuran, Tuan. Untung-untung bisa mengembalikan uang Anda sedikit.” Dirga menyarankan.

“Kalian gila!” Alenka berteriak tidak suka.

Marah? Jelas! Ia sangat ingin memaki keduanya tanpa sisa, tapi entah kenapa mulutnya terlalu sulit mengeluarkan kalimat tajam.

“Kamu boleh pergi!” Antares menyuruh Dirga pergi. setelah menelepon orangnya, pintu terbuka dan Dirga diseret keluar dari ruangan itu menyisakan Ale sendiri.

“Om, jangan tinggalin aku!” Ale berlari menuju pintu, tapi pintu itu tertutup rapat kembali. Ia menoleh kepada Antare. “Aku mau pulang.”

Antares menggeleng. “Kamu tinggal di sini mulai sekarang.”

“Tidak!” tolak Ale.

Antares menyeringai.”Kamu pilih di sini atau kamu mau berakhir di tempat pelacuran dan ditiduri beberapa pria dalam satu malam?”

Ale merinding mendengarnya. Ia diam lalu menghela napas berat. Mulai detik ini, jalan hidupnya berubah total.

terjebak di rumah Antares sama saja terjebak dalam neraka.

Tersiksa!

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Ayne Kim

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku