/0/23599/coverorgin.jpg?v=ed918f85207337f1a3fe2e5fd61a4091&imageMogr2/format/webp)
"Lepaskan aku, cowok brengsek!" teriak Briana sambil berusaha meronta di bawah kuasa seorang pria berotot.
Namun, pria yang tengah bernafsu itu sepertinya tak mendengar teriakan Briana. Ia terus merobek pakaian Briana tanpa ampun.
"Tidak perlu khawatir, Briana. Aku tidak akan melakukannya secara cuma-cuma. Aku akan membayarmu. Berapa tarifmu sekali main? Satu juta? Dua juta? Atau lima juta?" Laki-laki itu mengeluarkan dompet sambil menjaga gerakan Briana yang mencoba untuk melarikan diri.
Laki-laki itu kemudian melemparkan sejumlah uang tunai ke tubuh Briana. Di bawah pengaruh alkohol, ia terus mengungkapkan ketidakpuasannya, berpikir bahwa wanita di hadapannya telah berubah menjadi pelacur.
"Bajingan, kau pikir aku wanita apa?" bentak Briana sambil memukul dada laki-laki itu.
"Tenanglah, Sayang. Aku akan memberikan bonus lebih banyak setelah berhasil mendapatkanmu." Laki-laki itu menciumi daun telinga Briana dengan lembut, menambahkan ketidaknyamanan Briana.
"Tolong, aku tahu kau sedang mabuk. Jangan membuatku semakin membencimu. Lepaskan aku!" Briana terus meronta, tapi laki-laki itu tetap kejam.
Pakaian Briana ditarik paksa, meskipun ia berontak, menggigit, dan meludah, tapi laki-laki itu tak peduli. Nafsu dan alkohol telah menguasainya, ia terus melanjutkan aksinya hingga Briana benar-benar telanjang di hadapannya.
"Mengapa kau membenci aku? Bukankah ini adalah pekerjaanmu? Menjual tubuh pada pria hidung belang tadi? Jangan khawatir, Briana, milikku pasti lebih besar dan panjang dari pria-pria yang telah menyentuhmu." Laki-laki itu mencium bibir Briana dengan paksa, sementara tangannya mencoba membuat Briana menyerah dan menghasilkan pelumas alami dari tubuhnya.
Briana merasa kehilangan tenaga, menyesali dirinya sendiri karena menerima sentuhan laki-laki itu. Akhirnya, laki-laki itu berhasil memasuki tubuhnya, merenggut apa yang sangat dijaganya selama ini.
"Aku membencimu. Aku tidak akan pernah memaafkanmu, selamanya," Briana mengutuk sambil merasakan sakit luar biasa saat tubuh laki-laki itu masuk sepenuhnya.
Hati Briana hancur, masa depannya telah hancur, kebanggaannya telah direnggut secara paksa oleh seseorang yang sangat ia benci. Ia hanya bisa menumpahkan rasa sakit dan kekecewaannya dengan air mata yang terus mengalir membasahi seluruh wajahnya, bahkan hingga sprei dan kasur basah. Sementara laki-laki di atasnya mulai merasakan kenikmatan setelah merampas keperawanan Briana, gadis yang sebenarnya dicintainya secara diam-diam.
"Oh Tuhan, mengapa ini terasa begitu nikmat? Kamu harus hanya milikku, Briana." Laki-laki itu mulai bergerak perlahan, tak ingin kenikmatannya berakhir terlalu cepat.
Briana menatap laki-laki di atasnya dengan penuh kebencian. Ia tidak mampu melawan laki-laki yang pernah menjadi juara karate dan mendulang kehormatan bagi sekolah mereka saat SMA. Setelah memuaskan nafsunya, laki-laki itu ambruk di atas tubuh Briana, mencium seluruh wajahnya dengan rasa cinta yang bercampur aduk.
"Aku mencintaimu, Briana. Terima kasih banyak, ternyata bercinta begitu nikmat. Kamu harus bangga karena mendapatkan perjaka seperti aku," ucap laki-laki itu sebelum akhirnya terkulai di samping Briana.
Briana menatap punggung polos laki-laki di sampingnya. Rasa benci yang sempat ia lupakan sejak SMA kini kembali merasuki hatinya. Briana benar-benar membenci laki-laki yang dengan tega merenggut masa depannya.
Jam dinding di apartemen itu masih menunjukkan pukul dua dini hari, artinya Briana terjebak bersama laki-laki selama lebih dari empat jam. Ia merasa sangat tercela saat ini. Briana terus menangis, hingga akhirnya lelah dan tertidur dengan wajahnya yang basah oleh air mata.
Keesokan paginya, laki-laki itu terbangun dengan kepala yang terasa berat.
"Sial, aku pasti mabuk lagi semalam," umpatnya, lalu membuka selimut. Ia sangat terkejut melihat bahwa ia telanjang bulat. "Gila! Apa yang sudah aku lakukan?"
Kepalanya terasa semakin pusing, dan kepingan memori perlahan kembali ke dalam ingatannya.
/0/15667/coverorgin.jpg?v=661bcbfb98432b326f145a2fa7ba9dfe&imageMogr2/format/webp)
/0/3599/coverorgin.jpg?v=3b1f92ac19607898540304c519cd748d&imageMogr2/format/webp)
/0/9141/coverorgin.jpg?v=20250122135903&imageMogr2/format/webp)
/0/5951/coverorgin.jpg?v=209a7d760d44b871d97efb754d081315&imageMogr2/format/webp)
/0/6589/coverorgin.jpg?v=20250122151323&imageMogr2/format/webp)
/0/14192/coverorgin.jpg?v=4de7ab6f2a371c613eea44f2dff68dae&imageMogr2/format/webp)
/0/30469/coverorgin.jpg?v=20251203182454&imageMogr2/format/webp)
/0/10730/coverorgin.jpg?v=56765efd33284635d94502afa11e709b&imageMogr2/format/webp)
/0/13524/coverorgin.jpg?v=20250123145340&imageMogr2/format/webp)
/0/2727/coverorgin.jpg?v=b56c6675609db7b6d974ed4c1877ef09&imageMogr2/format/webp)
/0/5952/coverorgin.jpg?v=808bffe868e1944348cdd3ecf5e3238b&imageMogr2/format/webp)
/0/4896/coverorgin.jpg?v=20250121182826&imageMogr2/format/webp)
/0/3168/coverorgin.jpg?v=771cda34743f776c7e5c4917b3014346&imageMogr2/format/webp)
/0/17635/coverorgin.jpg?v=fab870e6e7f092bbaae2c8f44670c5ca&imageMogr2/format/webp)
/0/23568/coverorgin.jpg?v=20250526182724&imageMogr2/format/webp)
/0/28795/coverorgin.jpg?v=bc9886bdf6a06f6c3f6f1537fdcf11fe&imageMogr2/format/webp)