/0/15466/coverorgin.jpg?v=61f388f015d702f5b62256a150c5e2a8&imageMogr2/format/webp)
"Jam segini kamu belum bangun, Sayang?" Seorang lelaki dewasa yang tampan masuk ke sebuah kamar bernuansa biru muda. Lelaki itu duduk di samping pembaringan sembari berusaha membangunkan putrinya yang masih nyaman dalam tidurnya meskipun sinar matahari telah menerobos masuk melalui sela-sela jendela kaca. "Sayang, ayo bangun! Sudah pagi. Bukankah hari ini kamu ada ujian semester?" kata lelaki dewasa itu lagi. Namun, gadis yang dibangunkan tidak ada pergerakan sama sekali.
"Ugh!" leguh Aliya sedikit bergerak.
"Aliya ayo bangun! Kalau tidak bangun sekarang, ayah akan menarikmu ke kamar mandi dan memandikanmu dengan air dingin." Revandra mengancam Aliya karena dia tahu jelas bahwa Aliya begitu anti mandi dengan air dingin di pagi hari.
"Stop, Ayah! Pleae don't threaten me." Aliya langsung bangun sambil mengucak mata setelah Revandra mengancam.
"Sayang, ayah tidak ingin kamu gagal dalam ujian semester ini. Cepatlah mandi dan berangkat ke kampus. Pak Aris akan mengantarmu."
"Ayah ...!" Gadis itu melototi Revandra sambil meletakkan tangan pada wajah tampan Revandra, dia heran kenanpa dia harus diantar oleh sopir kali ini. Bukankah biasaya Revandra lah yang mengantarnya.
"Sudah, jangan banyak berpikir. Hari ini akan ada tamu yang datang ke rumah, jadi aku tidak bisa mengantarmu," jelas Revandra pada Aliya seakan-akan dia mengerti dari tatapan gadis itu.
Dengan wajah kecut dan masam Aliya melangkah masuk ke kamar mandi. Jujur saja, di dalam hati Aliya begitu kesal terhadap Revandra. Sebab, demi seorang tamu Revandra bahkan tidak mengantarnya ke universitas, padahal hari ini adalah ujian semester tingkat pertama untuk Cleah.
"Dasar! Dia lebih memilih menemui orang lain dari pada mengantar putri semata wayang untuk kuliah!" Aliya menggerutu di dalam kamar mandi. "Tamu seperti apa yang akan datang menemui ayah?"
Revandra adalah seorang lelaki dewasa yang masih lajang, bukan berarti belum menikah. Usia Revandra kini menginjak tiga puluh lima tahun dan dia telah sukses menjalankan bisnisnya dalam berbagai bidang. Lelaki itu memiliki putri yang bernama Aliya, berusia sembilan belas tahun. Revandra begitu menyayangi Aliya. Dia bahkan memanjakan gadis itu dengan cara apapun yang diminta akan dikabulkan selama itu masih normal dan dibatas kemampua Revandra sendiri.
Tapu, kenyataan yang sesungguhnya Aliya bukanlah putri kandung Revandra. Melainkan anak dari seorang wanita yang dia nikahi lima belas tahun yang lalu dengan suatu alasan. Namun, setelah pernikahannya, wanita itu meninggal dunia seminggu setelah pernikahan. Sejak saat itulah Revandara merawat dan menjaga Aliya layaknya putri kandung sendiri dan begitu menyayangi gadis kecil itu.
Sebentar kemudian Aliya telah selesai dengan aktivitas memperisapkan diri untuk ke universitas. Gadis itu berlari menuruni anak tangga dan mendapati Revandra sedang duduk di meja makan, ditemani secangkir kopi hitam yang berbau harum. Tidak lupa di samping cangkir kopi itu ada sebuah laptop untuk memeriksa pekerjaannya.
"Good morning, Ded," sapa Aliya sambil mencium kedua pipi ayahnya.
"Morning, Honey," sahut Revandra membalas kecupan putrinya seperti biasa.
Lalu Revandra menarik kursi untuk Aliya duduk sembari menunggu pelayan menyiapkan makanan untuk mereka. Tidak berselang waktu lama pelayan pun membawakan makanan untuk mereka.
Aliya sejak tadi tidak fokus pada makanan yang ada di hadapannya, dia terus saja memandangi wajah tampan seorang lelaki yang berstatus ayah tirinya itu. Revandra yang melihat wajah Aliya penuh dengan pertanyaan kembali menatap gadis itu.
"Kenapa kamu menatapku seperti itu? apa aku sudah melakukan suatu kesalahan kepadamu, Gadis kecil?" tanya Revandra menyelidik.
"Ayah sudah berubah!" jawab Aliya ketus.
"Maksudmu apa, Aliya?"
"Ayah lebih memilih menemui orang lain dari pada mengantar Aliya ke universitas. Aliya tetap menjawab dengan nada ketus. Meski Revandra mencoba untuk menjelaskan, gadis itu tidak menerima penjelasan apapun itu. "Aliya tidak mau tahu, kalau ayah tidak mengantar Aliya ke universutas, Aliya tidak ingin berbicara lagi kepadamu, Ayah."
Melihat putri yang begitu dia sayangi merajuk, Revandra menjadi tidak tega dan kali ini dia benar-benar harus membatalkan janji untuk bertemu dengan tamu tersebut. Dia menghela napas dalam-dalam kemudian menghembuskan secara perlahan.
"Baiklah, Ayah akan mengantarmu ke universits." Demi putrinya, Revndra terpaksa mengalah saja.
"Really?" tanya Aliya, wajahnya langsung berubah jadi gembira.
/0/11016/coverorgin.jpg?v=a3e1e3093a7f43e35b4fdedfe1a2957f&imageMogr2/format/webp)
/0/7239/coverorgin.jpg?v=c129353d8743f6ffd3e2c74984863450&imageMogr2/format/webp)
/0/4602/coverorgin.jpg?v=7d2f46484faeb17cd3cdfe4e7af8d506&imageMogr2/format/webp)
/0/6117/coverorgin.jpg?v=032aa715b46143ef5d15c3c419d2aa00&imageMogr2/format/webp)
/0/19788/coverorgin.jpg?v=1519138ea82de89162a5561ef53a5114&imageMogr2/format/webp)
/0/3101/coverorgin.jpg?v=5562a8fb315597470cffcd4928583bb3&imageMogr2/format/webp)
/0/4304/coverorgin.jpg?v=08faa4b693e62ac69070c4f0eceeecfb&imageMogr2/format/webp)
/0/15223/coverorgin.jpg?v=c41d8361bec4f13595ba87ce631bca7a&imageMogr2/format/webp)
/0/3164/coverorgin.jpg?v=37411865fdde4eb01ca2739dad6ddb01&imageMogr2/format/webp)
/0/2985/coverorgin.jpg?v=dfaebb2c9e2a6cf068965cc64521f787&imageMogr2/format/webp)
/0/18764/coverorgin.jpg?v=6bd6ad1d611a7f157d317c23dba3330f&imageMogr2/format/webp)
/0/3711/coverorgin.jpg?v=f675be16bfab495054e4086bc887f970&imageMogr2/format/webp)
/0/3273/coverorgin.jpg?v=6b5abea709d0f3629ef7d1641741ebf8&imageMogr2/format/webp)
/0/2667/coverorgin.jpg?v=4b4be19258c78133b27e536eca4f09be&imageMogr2/format/webp)
/0/2070/coverorgin.jpg?v=dc45a492ef789923cb302da49339326a&imageMogr2/format/webp)
/0/6146/coverorgin.jpg?v=f6a5a84f6e0530e4fc807b7b7f9e1ed6&imageMogr2/format/webp)
/0/4063/coverorgin.jpg?v=2806fd819c7a62cdb2e4ec276495cbfa&imageMogr2/format/webp)
/0/9770/coverorgin.jpg?v=a54ddf10110982f3a0d24f4ef538b0f7&imageMogr2/format/webp)
/0/12572/coverorgin.jpg?v=0933be5bd8d4a488dd6904d47c04d8f6&imageMogr2/format/webp)