Aku mencintai suamiku, Yoga, selama sepuluh tahun, tapi lima tahun pernikahan kami hanya diisi dengan sikap dinginnya.
Lalu aku menemukan kebenaran yang menghancurkan hatiku. Aku hanyalah pengganti untuk menenangkan keluarganya, sementara dia diam-diam membiayai dan mencintai adik angkatnya, Meiliana.
Pernikahan kami yang palsu ini terasa seperti tipuan kejam.
Aku memutuskan untuk mengakhiri sandiwara ini. Dengan cerdik, aku menyodorkan surat cerai yang kusebut sebagai dokumen asuransi mendesak.
Yoga, yang perhatiannya teralihkan oleh rengekan manja Meiliana, menandatanganinya tanpa membaca.
Satu tahun kemudian, aku terlahir kembali. Karierku sukses, dan aku bertunangan dengan Luki, pria yang lembut dan penuh kasih.
Namun, Yoga yang penuh penyesalan tiba-tiba muncul, memohon kesempatan kedua. Bahkan Meiliana datang dan membenarkan cinta Yoga untukku, membuat hatiku goyah.
Terjebak di antara cinta masa lalu yang menyakitkan dan kebahagiaan masa kini, aku harus membuat pilihan. Kali ini, aku memilih diriku sendiri.
Bab 1
Kinan POV:
Aku tahu sudah berakhir. Sudah waktunya.
Aku mengambil ponselku, jariku mengetik nomor yang kudapatkan dari seorang teman. Suaraku bergetar saat aku menjelaskan situasiku kepada wanita di seberang sana.
"Saya ingin bercerai," kataku, kata-kata itu terasa asing di lidahku, namun melegakan.
Beberapa hari kemudian, aku duduk di kantor pengacara yang rapi dan modern. Nama di plat meja, "Sarah Wijaya," bersinar di bawah lampu. Sarah adalah wanita berpenampilan cerdas dengan tatapan tajam yang langsung menembus ragu-raguku.
Dia menjelaskan langkah-langkahnya, setiap kata terasa seperti palu yang menghantam kenyataan pahit ini.
"Prosesnya akan memakan waktu," katanya, "Kita butuh tanda tangan suami Anda pada dokumen persetujuan perceraian. Dan masa tenang 30 hari."
Aku mengangguk, hatiku mengeras.
"Saya akan mendapatkan tanda tangannya," jawabku, tekadku jauh lebih kuat dari suaraku yang pelan.
Sarah mengangguk, seolah sudah terbiasa dengan janji-janji putus asa semacam itu.
"Baiklah. Draf dokumen akan siap besok," katanya.
Esoknya, sebuah amplop tebal tergeletak di meja dapurku. Aku membukanya dengan tangan gemetar. Di dalamnya, ada berkas-berkas tipis yang akan mengakhiri segalanya.
Aku menatap dokumen itu, pikiranku melayang kembali ke beberapa minggu yang lalu, saat duniaku benar-benar runtuh.
Saat itu, aku menemukan sebuah folder tersembunyi di laptop Yoga. Isinya adalah catatan keuangan lengkap, detail transfer bank, pembayaran sewa apartemen mewah, dan biaya kuliah kedokteran yang fantastis. Semua atas nama Meiliana Tendean. Adik angkat Yoga. Adik angkat yang cantik, polos. Dan yang paling menyakitkan, adik angkat yang diam-diam dicintai Yoga.
Pernikahan kami yang seolah hanya sandiwara demi menenangkan keluarga, kini terasa seperti tipuan yang kejam.
Aku memutuskan, ini saatnya untuk mengakhiri sandiwara ini.
Aku harus melakukannya dengan cerdik.
Pagi itu, aku pergi ke rumah sakit tempat Yoga bekerja. Udara dingin rumah sakit menusuk tulang, sama dinginnya dengan hatiku. Aku melihat Yoga dari jauh, berdiri di lobi. Dia mengenakan jas dokternya, tampak berwibawa, wajahnya tegas seperti biasanya. Dokter bedah jantung Yoga Al-Jufri, sang pujaan hati banyak wanita, dan suamiku.
Dia melihatku, alisnya sedikit terangkat. Tidak ada senyum ramah, hanya sedikit keterkejutan di matanya.
Aku berjalan mendekat, seolah-olah aku hanya kebetulan lewat.
"Halo, Yoga," sapaku, suaraku datar, entah bagaimana aku bisa mengendalikannya.
Dia mengangguk. "Ada apa?"
Aku memegang amplop berisi surat cerai itu dengan erat, kusembunyikan di balik tasku.
"Aku butuh tanda tanganmu untuk sesuatu," kataku, berusaha terdengar sesantai mungkin.
Dia menatapku, tatapannya menyiratkan kebosanan.
"Apa itu?" tanyanya, tidak ada sedikit pun rasa penasaran.
"Ini dokumen asuransi kesehatan keluarga yang mendesak. Ada sedikit perubahan pada polis kita, dan harus segera ditandatangani hari ini," kataku, menekan kata 'mendesak' agar terdengar penting.
Dia mengambil amplop itu dariku, jari-jarinya yang panjang membolak-balik lembaran. Aku melihatnya sedikit mengerutkan kening. Kebiasaannya sebagai dokter bedah, membaca setiap detail. Jantungku berdebar kencang. Apakah dia akan membacanya? Apakah dia akan tahu?
Tiba-tiba, suara manja terdengar dari belakangnya.
"Kak Yoga!"
Meiliana.
Dia muncul di sudut, mengenakan gaun cantik, tangannya menggenggam tas bermerek yang baru. Senyumnya lebar, matanya berbinar saat melihat Yoga.
Yoga mengalihkan pandangannya dari dokumen di tangannya, matanya langsung melembut. Senyum tipis yang tak pernah kulihat ditujukan padaku, kini terukir di bibirnya.
"Mei," jawabnya, suaranya lebih hangat dari yang pernah kudengar selama lima tahun pernikahan kami.
Meiliana berjalan mendekat, menyampirkan lengannya ke lengan Yoga. Dia sama sekali tidak melihat ke arahku. Aku berdiri di sana, seperti hantu.
"Kakak sudah selesai? Aku lapar sekali," rengeknya.
Yoga kembali menatap dokumen di tangannya. Aku melihat tatapan 'bosan' itu lagi.
"Ini dokumen penting?" tanyanya, tapi lebih kepada dirinya sendiri.
Aku tidak menjawab, hanya menatapnya. Dia menatap Meiliana, yang kini merengek lebih keras.
/0/30875/coverorgin.jpg?v=735491a742a20327e5c47d79156671e4&imageMogr2/format/webp)
/0/3583/coverorgin.jpg?v=420d23233a567bf114de59d69690b350&imageMogr2/format/webp)
/0/15950/coverorgin.jpg?v=509021433262d5a333b93286ab8868d6&imageMogr2/format/webp)
/0/24249/coverorgin.jpg?v=cab9e977f91a6d5f2b7bc2d376bf62e3&imageMogr2/format/webp)
/0/12742/coverorgin.jpg?v=312ca75ee3619163d45e91db18dea406&imageMogr2/format/webp)
/0/21135/coverorgin.jpg?v=20250124101351&imageMogr2/format/webp)
/0/16695/coverorgin.jpg?v=49123be41f7ee72bdbc5bab43fb08273&imageMogr2/format/webp)
/0/21619/coverorgin.jpg?v=d98d1fcc20d02386b916a4afb4161777&imageMogr2/format/webp)
/0/2349/coverorgin.jpg?v=dd0a05c01c858512eced3c620181d0d4&imageMogr2/format/webp)
/0/3431/coverorgin.jpg?v=a947c5bf704f2fb05a529090f69f4d97&imageMogr2/format/webp)
/0/8507/coverorgin.jpg?v=47c5cad4298ef62c045d02d9ea6946d5&imageMogr2/format/webp)
/0/6832/coverorgin.jpg?v=417d3b24a4bb52c9939bf3b6fe8e8859&imageMogr2/format/webp)
/0/22931/coverorgin.jpg?v=55ee7bc828f6e42c0e97a76005df6995&imageMogr2/format/webp)
/0/3925/coverorgin.jpg?v=f35beec2a693ab20cde31366697c77fa&imageMogr2/format/webp)
/0/12993/coverorgin.jpg?v=43333b9dfd6ceffce2bb9acc88432092&imageMogr2/format/webp)
/0/19941/coverorgin.jpg?v=66dd937413c31dce02d326289546be7f&imageMogr2/format/webp)
/0/13616/coverorgin.jpg?v=1959bcc47c436c490abb576b3ae3ee04&imageMogr2/format/webp)
/0/15602/coverorgin.jpg?v=303f28642fd8a2b1177aa9e018a287ac&imageMogr2/format/webp)