/0/26437/coverorgin.jpg?v=7defb1e099e0469d5d8b819df5e17a97&imageMogr2/format/webp)
Bab 1
Senandung ringan di teras rumah dengan cat putih bersih. Bunga bunga terasa segar kala pemiliknya menyirami mereka dengan air yang segar. Matahari mulai naik perlahan hingga sinarnya menghangat.
Ini masa masa yang paling di sukai Eva. Sinar matahari pagi yang menyegarkan.
"Aaaahhh ... Segarnya ..." Eva adalah sosok yang sangat lemah lembut pada semua tanamannya atau pun peliharaannya.
"Poppy" Eva memanggil kucingnya yang tengah menjilati kukunya di teras rumah itu.
"Sini Pop, berjemur" Eva membawa Poppy ke pangkuannya di bawa sinar matahari pagi.
"Sayang?" Ebin keluar dari rumah dengan langkah lebarnya.
"Udah siap? Udah semua yakin?" Eva meneliti semua yang di bawa Ebin.
"Udah semua kok, makan siang udah nih di dalam. Makasih yaaa ... Aku mau berangkat dulu ... Pulang juga paling jam biasanya Sayang" Pamit Ebin sambil mengecup kening Eva.
"Hati hati ya ..."
"Iya ... Bye Poppy" Ebin berlalu menuju mobilnya yang sudah terparkir di halaman rumah.
Eva melambaikan tangannya kala melihat ban mobil mulai bergerak menjauh. "Eeemm Poppy kita bersih bersih rumah yuuukk" Eva menurunkan Poppy dari pangkuannya.
Eva mulai meneliti rumahnya, ada beberapa kertas yang berserakan di lantai. Ada purniture miring dan sebagainya, "Haaaaaa" Eva memulai tugasnya seorang diri. Eva tak memiliki asisten rumah tangga. Ia memilih mengerjakan semuanya sendiri.
Meski Ebin kadang kasian padanya yang sibuk sendiri di rumah, tapi Eva bersikeras untuk tidak menggunakan asisten rumah tangga. Karena Eva masih menganggap biasa saja pekerjaan seperti menyapu dan mengepel apalagi mencuci baju dan mencuci piring.
Eva adalah wanita yang suka sekali bersih bersih. Mungkin dia bisa di sebut OCD jika terlalu sibuk mengatur ruangan agar rapi.
Keringat bercucuran dari pelipisnya, hampir semua pekerjaan di lakukan Eva sendiri. Tapi ia merasa segar setelah melihat ruangan yang bersih, rapi dan tersusun.
Setelahnya barulah Eva membersihkan diri.
***
Di tempat lain, Ebin di puaskan dengan pekerjaan semeja penuh.
"Stuart, kenapa belakangan ini banyak banget pekerjaan. Tuh liat?" Ebin mengadu pada asistennya.
"Hehe iya, kamu 'kan udah buka cabang baru di kota sebelah. Jadi banyaklah pekerjaan kamu, kamu pilah berkas berkas itu, aku udah koordinasi sama cabang di kota sebelah, untuk semua dokumennya bermap biru, jadi kita mudah bedakan dengan map berkas lainnya" tutur Stuart sang asisten Ebin.
"Haaahhh ... Kamu cukup hebat Stuart. Kenapa kamu malah mau ikut aku ke perusahaan kecil gini? Kamu bisa aja buka perusahaan sendiri 'kan?" Cicit Ebin memandang Stuart.
"Ya ... Aku cari ilmu di sini dululah, nanti habis aku bisa dan paham barulah aku buat sendiri ... Kamu 'kan tahu aku ini kayak apa" Stuart menatap Ebin malas.
"Iya yaaa ... Manja" soroh Ebin.
"Udah tahu nanya" Balas Stuart.
Ebin dan Stuart sudah berteman lama sejak masa kuliah. Sampai sekarang pun Stuart masih terus mengikuti Ebin kemanapun, Stuart tipe laki laki yang simpel dan tak ingin banyak berpikir. Itulah yang membuat dia memilih menjadi asisten Ebin. Ia hanya perlu mengontrol dan memeriksa, dari pada menjadi seperti Ebin yang di penuhi pikiran kiri dan kanan.
"Eh Stu! Kamu udah ketemu calon Sekretaris aku? Untuk di cabang baru itu?" tanya Ebin sambil memperbaiki kacamata anti radiasinya.
"Oh kayaknya besok dia datang. Hari ini dia interview sama Norin" Sahut Stuart sambil terus memainkan ponselnya.
"Ooohh gitu" Jawab singkat Ebin sambil mengangguk anggukkan kepalanya.
"Sudah hampir 4 hari aku gak ada Sekretaris, masa aku sendiri yang harus angkat telpon telpon yang cuma beberapa menit aja dan kadang kurang penting" cicit Ebin.
"Iya sabar donk"
"Aahh kamu ini! Sana pergi ke ruangan kamu juga, pantau terus pekerjaan yang lain" Titaj Ebin.
"Aciap bosku" Stuart berlenggang keluar dari ruangan Ebin.
"Ada ada aja anak itu" Ebin menggelengkan kepalanya.
***
Pukul 6 sore Ebin sampai di rumah. Guratan lelah dan penatnya begitu terlihat. Eva sudah menunggunya di teras rumah.
"Sayang?" Eva mengambil tas Ebin untuk mengurai lelah suaminya.
"Heemm makasih Sayang ..." Ebin merasa beruntung memiliki istri seperti Eva.
"Iya, mau mandi atau makan dulu?"
/0/16912/coverorgin.jpg?v=f539b6a09877af9e853a560afdfe7591&imageMogr2/format/webp)
/0/2989/coverorgin.jpg?v=6ef8556d998b3f817a9480e23208b8fe&imageMogr2/format/webp)
/0/26531/coverorgin.jpg?v=5ed47260901ec3fbb73269b2f811b02c&imageMogr2/format/webp)
/0/28714/coverorgin.jpg?v=a5cb30bac20d52f91b01e198c6014d06&imageMogr2/format/webp)
/0/23384/coverorgin.jpg?v=db8feda2729d6caf5fcb3f0c19f0c99b&imageMogr2/format/webp)
/0/18915/coverorgin.jpg?v=42c00b78c9227407354760d92aebd1c6&imageMogr2/format/webp)
/0/11045/coverorgin.jpg?v=20c26a39a6fcfbd103538f6351776873&imageMogr2/format/webp)
/0/17276/coverorgin.jpg?v=f48421a3957cf0d2753dcda12edfd578&imageMogr2/format/webp)
/0/7042/coverorgin.jpg?v=27f31127643de9f31a2c5b18f320f5d4&imageMogr2/format/webp)
/0/15727/coverorgin.jpg?v=0f1e882d6f19ae2445370e17982db77a&imageMogr2/format/webp)
/0/16559/coverorgin.jpg?v=e2071e6c7a02478e542e0f7ba23df599&imageMogr2/format/webp)
/0/6566/coverorgin.jpg?v=e51a037ac9e4b4d252eeae327caf31c1&imageMogr2/format/webp)
/0/20880/coverorgin.jpg?v=f4ed48f47c771795688fc1986665b888&imageMogr2/format/webp)
/0/3853/coverorgin.jpg?v=b9640e1bc4332274459607b536ffc0db&imageMogr2/format/webp)
/0/23705/coverorgin.jpg?v=6209c31bca2b5f0db9b5e010ebeac781&imageMogr2/format/webp)
/0/2850/coverorgin.jpg?v=97f0192d4a1aae7e692969c4bbac8de6&imageMogr2/format/webp)
/0/2853/coverorgin.jpg?v=fd51cd88155fa6cc34f6b48d0336aed3&imageMogr2/format/webp)