Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Sekretaris Cantikku

Sekretaris Cantikku

Usagi

4.9
Komentar
506K
Penayangan
51
Bab

Menjadi sekretaris pribadi Lucas Henderson bukanlah keinginan Clarie Evans. Namun, karena suatu hal dia harus mau menggantikan posisi tersebut, yang mana sekretaris pria itu akan melakukan cuti melahirkan. Bekerja di bawah pria yang sangat dipujanya membuat Clarie merasa tertekan, hingga pada akhirnya Lucas pun menawarkan kesepakatan serius pada Clarie yaitu, menjadi wanita penghangat ranjangnya. Dan, yang paling mengerikan adalah, Lucas merupakan seorang pria beristri. Akankah Clarie menerima tawaran bosnya itu atau menolaknya, karena pria itu telah memiliki istri yang seorang bintang terkenal?

Bab 1 Awal mula

"Tolong tahan lift-nya!" teriak Clarie seraya berlari kecil menuju pintu lift. "Thanks," ucapnya pada pria yang menahan pintu lift itu agar tetap terbuka.

Untung saja di dalam kotak besi itu hanya ada beberapa saja yang hendak naik, tidak sepenuh biasanya. Mungkin karena sudah hampir masuk jam kantor sehingga para pegawai sudah berada di ruangannya masing-masing.

Clarie menyisir rambut ikal cokelatnya dengan jarinya ke belakang. Dia terlambat bangun akibat bergadang menemani Daniele yang tengah patah hati semalam. Sahabatnya itu tidak pernah kapok untuk kembali menjalin hubungan meskipun sering kali disakiti oleh pria yang sama berulang-ulang.

Ting!

Pintu lift terbuka di lantai delapan ruangan kantornya. Bergegas gadis berusia dua puluh empat tahun itu melangkah cepat menuju ruangan asisten sekretaris. Dia pasti akan mendapat ceramah dari Miss. Turner karena datang telat.

Suara ketukan hak sepatunya berbunyi nyaring di lantai yang sudah sepi dengan pegawai itu. Sepertinya seluruh pegawai sudah berada di kubikelnya masing-masing dan memulai pekerjaan.

"Huft!" Clarie menahan napasnya, lalu kembali dia embuskan lagi.

"Selamat pagi, Miss. Turner. Maaf aku datang terlambat," sapanya ramah tak lupa senyum manis pun dia lempar ke wanita berperut buncit itu.

Wanita berambut hitam yang baru saja memotong rambut panjangnya hingga sebahu itu menatap gadis yang baru saja muncul dengan tatapan sebal.

"Kau terlambat dua puluh menit, Clarie."

"Ya, aku tahu," balas Clarie lesu, seraya berjalan ke mejanya yang bersebelahan dengan meja Rebecca, atasannya.

"Kau tahu, dalam Minggu ini aku harus melatihmu untuk menggantikan posisiku, Clarie. Karena Tuan Henderson tidak mau orang baru," ucap Rebecca seraya berjalan mondar-mandir merapikan berkas.

Rebecca akan melakukan cuti melahirkan selama enam bulan lamanya. Otomatis Clarie yang saat ini berposisi sebagai asisten Rebecca, mau tak mau harus menggantikan tugas wanita itu selama cuti.

"Kita mulai hari ini," kata Rebecca lagi.

"Baiklah," jawab Clarie seraya bangkit dari kursi putarnya dan merapikan penampilannya.

Clarie sudah satu tahun bekerja di perusahaan Hends.Corp dengan posisi sebagai asisten sekretaris. Selama itu pula Clarie belum pernah berhadapan langsung dengan Lucas Henderson, paling hanya sesekali berpapasan tak sengaja. Karena selama ini hanya Rebecca yang selalu mengurus jadwal harian bosnya itu.

"Bawa berkas-berkas yang harus ditanda tangani oleh Tuan Henderson, dan ikuti aku!" titah Rebecca seraya melangkah menuju pintu.

Clarie pun langsung mengekor, dan tak lupa membawa beberapa file yang sudah disiapkan oleh Rebecca. Langkah Rebecca menjadi lambat akibat perut besarnya, membuat Clarie merasa kasihan melihatnya. Seharusnya Rebecca sudah mengambil cuti sejak awal bulan lalu, tapi diurungkannya. Entah apa sebabnya.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk."Terdengar suara dari dalam menyahut.

Rebecca mengode Clarie agar membuka pintu dan masuk lebih dulu. Gadis itu pun menurut, lalu membuka pintu.

Di depan sana, di balik meja itu duduk seorang pria yang tengah fokus di hadapan laptopnya. Clarie berjalan pelan menuju meja pria yang tak lain adalah bosnya itu. Lucas Henderson, pria berusia 35 tahun itu bukanlah pria sembarangan. Pria itu menikah dengan seorang model cantik bernama Marion Larsen dua tahun lalu.

Pria itu memiliki wajah yang tampan dan tatapan mata setajam elang. Bulu-bulu halus tumbuh di sekitaran rahangnya yang tegas, sehingga membuat wanita mana saja akan tergoda untuk membelainya.

Tiba-tiba Lucas mengalihkan tatapan dari layar persegi di depannya ke arah dua wanita yang baru saja masuk ke ruangannya. Clarie menelan saliva susah payah ketika tatapan mereka saling beradu. Gadis itu tidak yakin apakah pria di depannya menatap dirinya atau sedang menatap pada Rebecca.

"Apa kau sudah melatihnya, Bec?" tanya Lucas pada Rebecca.

Suara berat itu terdengar sangat seksi di telinga Clarie, membuat gadis itu kembali menelan salivanya.

"Tentu saja, Sir. Saya sudah melatihnya dengan baik dan dia akan bekerja dengan cekatan, benar kan, Clarie?"

"Ha!? Oh, ya benar sekali, Sir," ucap Clarie gelagapan karena sejak tadi pikirannya melanglang entah ke mana.

Lucas menatap Clarie dalam.

"Mana berkas-berkas yang harus saya tinjau?" kata Lucas meminta.

Rebecca menyenggol bahu Clarie di sampingnya untuk menyerahkan berkas yang ada di tangan gadis itu.

Clarie berjalan mendekat ke meja Lucas dengan jantung berdegup kencang.

"Silakan, Sir," ucapnya pelan.

Lucas meraih berkas itu dengan cepat.

"Buat dirinya fokus pada pekerjaannya, Bec. Aku tidak mau dia terlalu banyak melamun!" ujar Lucas tegas.

Clarie membelalakkan matanya mendengar ucapan tegas pria itu.

Rebecca memandang Clarie dengan tatapan tajam. "Baik, Sir!"

Rebecca dan Clarie pun segera keluar dari ruangan atasannya.

"Apa yang kau pikirkan, gadis bodoh?" tanya Rebecca seraya mengetuk kening Clarie dengan ujung pena.

"Ah!" pekik Clarie terkejut.

"Kau gugup atau ...?"

"Entahlah, dia begitu mempesona, Bec," sergah Clarie cepat.

"Jangan macam-macam, Clarie. Dia sudah beristri!" seru Rebecca mengingatkan.

"Ya, ya. Aku tau," ucap gadis itu lemah.

"Aku khawatir kau tidak akan fokus bekerja bila selalu mengagumi Tuan Henderson nantinya," kata Rebecca dengan menopang dagu.

"Ah, tidak, tidak! Aku tidak akan seperti itu, Bec, tenang saja," ujar Clarie menyangkal.

"Kau kan tau, kalau Tuan Henderson sangat tidak menyukai kelalaian dan tidak disiplin waktu. Bisa-bisa kau dipecat nanti," ujar Rebecca mengancam gadis di sampingnya.

Tidak! Clarie tidak ingin kehilangan pekerjaannya. Dia akan bekerja dengan baik, mulai dari sekarang. Butuh usaha keras untuk bisa berada di posisinya sekarang ini, dia akan mempertahankannya.

Sore harinya.

Rebecca bersiap untuk pulang lebih awal. Sedangkan Clarie akan pulang setelah Tuan Henderson keluar dari ruangannya. Itu yang biasa Rebecca lakukan setiap harinya.

Ponsel Clarie berdering pertanda panggilan masuk.

"Daniele?" ucapnya. Gegas dia pun mengangkat panggilan tersebut.

"Ya, Danni?"

"Kapan kau pulang, biar kujemput?" tanya sahabatnya di ujung sana.

Clarie melirik pintu di sampingnya yang masih tertutup rapat dan belum ada tanda-tanda dibuka.

"Aku harus menunggu bos ku pulang lebih dulu," ucap Clarie dengan suara rendah.

"Oh, iya. Aku lupa kalau kau sekarang naik jabatan," kata Daniele tergelak.

"Ck, bukan itu. Aku hanya menggantikan bukan naik jabatan!" seru Clarie sebal.

"Sama saja, Clarie. Beritahu aku kalau kau sudah bersiap pulang, ya."

"Oke." Clarie menutup ponselnya, kembali menekuri dokumen-dokumen yang ada di depannya.

Tak lama Lucas keluar dari ruangannya dan mendapati sekretaris pengganti Rebecca masih berkutat dengan komputer di depannya. Sebenarnya dia sudah lama memperhatikan gadis itu. Karenanya dia meminta pada bagian HRD untuk menempatkan gadis itu sebagai assisten Rebecca.

"Waktunya pulang, Nona Evans," ucap Lucas dengan suara rendah.

Clarie mengangkat kepalanya dan terkejut begitu melihat bosnya sudah berdiri di samping mejanya.

"Ya?" tanya Clarie bingung.

"Sudah waktunya pulang," kata pria itu mengulang perkataannya.

Clarie tersenyum canggung, lalu mengangguk. "Baik, Sir," balasnya.

Lucas pun mengangguk, lalu meninggalkan Clarie yang terbengong di kursinya.

"Hanya begitu saja?" tanyanya tak percaya.

Plak! Clarie memukul kepalanya.

"Memang apa yang kau harapkan, Clarie? Sebuah tawaran mengantar pulang?" kata gadis itu mengejek dirinya sendiri.

Lucas yang masih berdiri di ujung lorong hanya tersenyum sekilas melihat kelakuan sekretaris barunya.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Usagi

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku