/0/23599/coverorgin.jpg?v=ed918f85207337f1a3fe2e5fd61a4091&imageMogr2/format/webp)
Suara petir terdengar menggelegar hingga membuat beberapa orang enggan untuk keluar rumah, hiruk pikuk gemerlapnya sebuah kota Langsa langsung menghilang berganti dengan kesuraman dan ketakutan. Beberapa orang yang tidak bisa pulang segera ke rumah masing-masing memilih berteduh di sudut-sudut rumah atau halte demi bisa menghangatkan tubuh mereka.
Di gemerlapnya malam itu, makhluk aneh dengan taring dan mata memerah sedang berkeliaran mencari mangsa, kukunya yang tajam dengan aroma darah kental yang mengiringinya membuat hewan mundur ketakutan. Makhluk bernama vampir itu melompat ke sana-kemari dengan kecepatan yang tidak dapat diprediksi mencoba mengejar sesuatu di tengah lebatnya guyuran hujan.
Jejak kemerahan yang dia tinggalkan tersapu air hujan hingga tidak meninggalkan aroma lain lagi yang membuat orang akan curiga, seorang wanita yang sedang bersembunyi di suatu gelap sebuah bangunan merasakan bulu kuduknya berdiri. Dia melihat sekeliling dengan ekspresi ketakutan sembari sesekali memegang lehernya yang terasa dingin, dia semakin mengeratkan baju yang dipakainya agar hawa dingin itu tidak masuk semakin dalam.
Ketakutan serta kegelisahan yang dirasakannya semakin menjadi saat beberapa mata merah menatapnya nyalang dengan rasa lapar yang semakin meningkat tajam. Gadis cantik yang merasakan keanehan itu memilih berlari dari tempat itu segera menembus hujan yang sepertinya tidak akan reda sampai pagi itu.
Dia berlari menuju keramaian dengan wajah pucat, aroma yang diciumnya di tempat itu menyadarkan Eliza kalau di sana ada sesuatu yang tidak benar sedang mengintai dirinya lengah. Eliza merasa napasnya memburu, dia berusaha menemukan orang yang berkumpul sebelum menyatu dengan mereka untuk menghilangkan ketakutan yang dirasakannya.
Di sudut gelap itu beberapa pria dengan mata dan taring yang masih meneteskan darah ke luar dari tempat persembunyian mereka, di belakang tempat mereka keluar. Ada sesosok mayat kering tanpa darah dan tanpa busana tergeletak dengan mata melotot tidak percaya.
Di leher mayat itu ada dua lubang aneh terbentuk, begitu juga dengan bagian tubuh lainnya yang terbuka.
"Gadis itu berbeda dengan gadis lain yang kita temui, aroma serigala juga tercium di tubuhnya. Apakah dia gadis yang kau inginkan itu?" Seorang pria dengan iris mata berubah biru menepuk bahu temannya yang terus memandangi arah tempat Eliza pergi tadi.
Pria itu tersenyum aneh sembari membersihkan sisa darah yang ada di sudut bibirnya, dia tersenyum aneh sembari mengangguk cepat.
"Dia memang keturunan pria itu, darah ibunya juga darah bangsawan setidaknya mampu menaikkan status rendahanku menjadi lebih tinggi lagi. Vampir seperti kita tidak akan diakui dengan mudah oleh petinggi vampir apalagi kita bukanlah vampir murni, kita ini hanya digigit oleh mereka untuk dijadikan senjata jika suatu saat nanti terjadi perang antar kelompok lagi." Pria itu tersenyum aneh dengan mata berubah merah lagi.
"Yap kau benar! Kita memang bukan vampir murni dengan darah bangsawan seperti mereka tapi kita memiliki kekuatan yang sama seperti mereka walau sedikit lebih rendah. Aku yakin suatu saat nanti kita bisa meningkatkan kekuatan mereka, setidaknya kita bukan berasal dari laboratorium seperti hewan-hewan hibrida itu." Pria dengan iris mata biru itu menganggukkan kepala.
Mereka yang berjumlah delapan orang itu langsung meninggalkan tempat itu menuju lokasi yang berbeda dan anehnya, hujan yang turun di sana langsung menghilang begitu saja. Eliza memeluk tubuhnya dengan erat, dia menghentikan taksi yang lewat agar bisa segera pulang ke rumahnya, sesampainya di depan rumahnya Eliza langsung memberikan ongkos lalu berlari dengan kencang menuju ke dalam rumah.
Eliza mengetuk pintu dengan tidak sabar, dia tampak sangat ketakutan. Eliza mengunci pintu lalu berlari dengan sangat kencang menuju ke kamar ibunya, semenjak ayahnya meninggal dunia Eliza memang tidak berani tidur sendiri lagi.
Setiap kali dia tidur sendirian, Eliza akan merasa ada seseorang yang mengawasi dirinya, seseorang yang selalu mengintai dirinya lengah. Ketidaknyamanan ini membuat Eliza sering begadang hingga larut malam, itu sebabnya Kanaya, ibu Eliza memutuskan untuk tidur bersama Eliza.
/0/6381/coverorgin.jpg?v=b9af55d001f81f3c1c7c3f28ac2d6416&imageMogr2/format/webp)
/0/6697/coverorgin.jpg?v=b5a959976628ae9e80883432a1104dd2&imageMogr2/format/webp)
/0/5347/coverorgin.jpg?v=09d3676bba65dbd81421b0ff1e78a07c&imageMogr2/format/webp)
/0/17931/coverorgin.jpg?v=953cff99fb657fddd8015cc214584a6b&imageMogr2/format/webp)
/0/6947/coverorgin.jpg?v=b3f96f717c85327f329ec3cbdbaf42c6&imageMogr2/format/webp)
/0/9770/coverorgin.jpg?v=a54ddf10110982f3a0d24f4ef538b0f7&imageMogr2/format/webp)
/0/14207/coverorgin.jpg?v=608d0ff0c8d4f7ab3d207bd98698b68b&imageMogr2/format/webp)
/0/3035/coverorgin.jpg?v=6d1070aad6e09e80f2679fcf222f7f3c&imageMogr2/format/webp)
/0/5804/coverorgin.jpg?v=65d19d6cc8fd19ff0990ac7a6a74b941&imageMogr2/format/webp)
/0/5401/coverorgin.jpg?v=50b4a954c7dfcaff797e1e529c59f6ee&imageMogr2/format/webp)
/0/4606/coverorgin.jpg?v=fcdaa30493c1779385f6e6c74806c1e6&imageMogr2/format/webp)
/0/7906/coverorgin.jpg?v=28874de9c238edb62f821b18ea3b2d6c&imageMogr2/format/webp)
/0/14988/coverorgin.jpg?v=96649f24eccea481859106330c8752d3&imageMogr2/format/webp)
/0/16972/coverorgin.jpg?v=331c317641d46ab882e866da9fe8cf27&imageMogr2/format/webp)
/0/5117/coverorgin.jpg?v=8717512ac1a3ec757af2550a59ad2fb0&imageMogr2/format/webp)
/0/4866/coverorgin.jpg?v=aa29afc780187663d199e17fd0469f75&imageMogr2/format/webp)
/0/14542/coverorgin.jpg?v=15786a530a0c64c4d36206dfe649942e&imageMogr2/format/webp)
/0/19612/coverorgin.jpg?v=5187ca0f2af6e2fcadc47cb51eb7c409&imageMogr2/format/webp)
/0/4753/coverorgin.jpg?v=4aeb15678e9b8b19f3a471e80131e3e9&imageMogr2/format/webp)