Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Warning, 21+
Mengandung kekerasan dan adegan dewasa..
***
Ameera berlari sekuat tenaga saat suara sirine mobil polisi memecah jalanan.
Baru saja ia ikut tawuran dengan sekolah anak SMA lain, ia yang merupakan anak gadis sendiri tak peduli dengan yang lain, yang ia pikirkan menyelamatkan diri.
Ia segera memutar kunci motor gedhenya, lalu segera meninggalkan jalanan yang baru saja buat mereka melakukan kesenangan ala anak muda, yaitu tawuran.
Ameera mengendarai sepeda motor dengan ugal-ugalan. Seragam biru putihnya sudah kotor dan ada sedikit bercak darah. Oh iya Ameera ini baru saja lulus SMP yah, ia salah satu murid SMP yang ikut dalam tawuran kakak kelas tersebut, dan ia adalah dalang dari terjadinya tawuran, bahasa kerennya provokator.
***
Pagi Menyapa di Kota Jakarta,
baru seminggu Ameera kembali dari Amerika, ia sempat mogok dua tahun nggak sekolah, sehingga dirinya yang kini hampir usia 19 tahun, baru kelas 11.
"Kak, pakai mobil aja, kita bertiga sekolah barengan." usul Nizar di sela sarapan mereka,
"Ogah. Kakak males bareng kalian. Ingat ya jan sampai tau kalian itu adik-adik gue," ucap Ameera memicingkan mata menatap dua bocah kembar yang begitu sangat mirip. Tapi itu hanyalah gurauan semata.
"Gue juga ogah, punya kakak brandal," ejek Nizam, lalu ia melangkah pergi setelah meminum susu coklatnya.
Mereka berempat di rumah, kedua orang tuanya pergi sejak subuh tadi, sedangkan Queen ia ada tes tengah semester. Sehingga berangkat lebih dulu dengan supir.
"Adik laknat lu!" maki Ameera. Namun Nizam hanya senyum mengejek.
"Tunggu Zam, yaelah. Main ninggalin gue aja." protes Nizar.
"Cabut, kuyy." Ajak Nizam,
"Balapan sampai sekolah." Ameera tak mau kalah, ia menyampirkan tas sekolahnya lalu berlari menuju pintu keluar.
"Gaskeeun." sambut Nizar yang memang punya hobi yang sama.
Nizam hanya geleng-geleng kepala. Melihat kakak dan juga saudara kembarnya.
Menit kemudian, ketiganya sudah di atas badan sepeda motornya,
Ameera di atas sepeda motor warna merah, Nizar dengan sepeda motor warna hijau dan Nizam dengan sepeda motor warna hitam.
"Pak, bukain gerbang!" teriak Ameera, kepada satpam yang menjaga rumah. Satpamnya hanya mengangguk patuh. Ketiganya sudah membleyer sepeda mereka masing-masing. Begitu gerbang terbuka lebar, ketiganya melesat keluar gerbang, lalu menambah kecepatan saat roda sudah berputar di jalan raya.
Hari ini adalah hari pertama Ameera masuk sekolah di SMA barunya. Tentunya sekolah milik keluarga Narendra, sebab sekolah itu sudah di beli keluarga Narendra dari pemilik sebelumnya.
Ameera begitu tangkas dalam berkendara, membuat kedua adiknya tertinggal. Ameera menyalip ke kanan dan ke kiri, tak mempedulikan pengendara lain yang terganggu.
Sampai di perempatan trafic light, Ameera bisa melewati sebelum lampu berubah merah, Nizar memukul tangki sepeda motor dengan kasar, sebab ia terpaksa berhenti karena lampu kuning berubah jadi merah.
"Gila. Kakak dari dulu susah di kalahkan." gerutu Nizam.
"Kakak saja yang lagi beruntung," balas Nizar. Nizam tak menanggapinya, sebab lampu sudah berubah hijau, lalu mereka kembali melajukan sepeda motornya.
Ameera masih mengendarai dengan kecepatan di atas rata-rata, jarak sekolah yang biasa di tempuh perjalanan 25 menitpun, hanya ia tempuh dalam waktu 10 menit.
Ciit...
Suara decitan roda beradu dengan aspal memekik telinga, saat tiba-tiba rem mendadak membuat sepeda motor berhenti.
"Anjing!" Umpat Ameera, menatap sepeda motor gede warna hitam belok kiri tanpa menyalakan lampu sein. Untung Ameera bisa mengendalikan laju sepeda motornya, sehingga tak sampai menabrak. Sepeda motor hitam lengkap dengan si pengendarapun berhenti, si pengendara menoleh, tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. "Bisa bawa motor nggak sih, goblok!" bentak Ameera sekali lagi.
"Oh maaf." jawab si pengendara saat menyadari kesalahannya, sebab ia lupa nyalain lampu sein saat berbelok.
Tanpa mempedulikan Si pengendara motor hitam, Ameera bergegas menyetarter sepedanya, sebab mesin sepeda motornya yang mati.
Namun yang terjadi sepeda motor tersebut, mati dan tak bisa di hidupkan kembali. Ia turun dari badan sepedanya, menendang sepeda motornya, sebab ia tahu kemungkinan motornya mogok, sebab sejak di tinggal di Amerika, sepeda itu tak ada yang menyentuh, sebab Ameera tak suka jika ada yang menyentuh barang miliknya. Dan baru kali ini ia memakainya setelah tadi pagi meminta tolong ke Ali untuk memanasi sepeda motornya, ingatkan siapa Ali? Semoga ingat ya, dia itu anak jalanan yan kemudian di jadikan adik angkat Rehan.
"Kenapa motormu, mogok?" Tanya si pengendara yang tadi hampir Ameera tabrak.
"Dah tau nanya lagi, gara-gara lu. Gue kalah balapan," Jawabnya judes, lalu terdengar suara pengendara motor, Ameera menatap dua motor yang beriringan, tentu saja ia kenal siapa sang pemilik sepeda motor tersebut.
Ia melambaikan tangan, membuat dua pengendara tersebut, berhenti.
"Gue nebeng." tanpa menunggu persetujuan dari sang adik, Ameera langsung naik ke belakang boncengan motor Nizam, Nizam pun tak banyak bertanya, ia kembali melajukan sepeda motornya.
"Bawa motor gue ke bengkel!" perintah Ameera, ia melemparkan kunci motor ke adiknya, Nizar.
"Ah, Kebiasaan!" gerutu sang adik.