/0/15854/coverorgin.jpg?v=b594a04d014046248ebf9b1fc39c8739&imageMogr2/format/webp)
Gadis itu berlari-lari kecil ketika menyeberangi jalan menuju hotel Tree Bayana di ujung persimpangan Caya Street. Kesibukan pejalan kaki yang berlalu lalang di malam hari itu tampak seirama dengan aktifitas malam para pedagang di sepanjang pertokoan menuju tempat kerja barunya.
Mutasi kerja yang dibencinya perlahan menyatu dengan ingatan wajah orang tuanya. Mau tak mau ia harus bersedia menerima perubahan yang sangat tiba-tiba. Sebulan yang lalu, manager hotel cabang memberikannya sepucuk surat perintah kepindahan tugas ke kantor pusat. Ia merasa berat karena harus berpisah sekali lagi dengan orang tuanya, setelah dulunya berpisah saat masa kuliah.
Tak dipungkiri, hati kecil gadis berusia dua puluhan itu merasa tidak nyaman harus bekerja di ibukota, yang tentu saja atmosfernya berbeda dari pedesaan tempat ia dibesarkan. Sebagai anak satu-satunya, berbakti dari jauh juga tidak semenyenangkan berbakti dalam jarak dekat.
Kakinya tepat melangkah masuk pintu lift yang hampir tertutup. Ia terengah-engah berdiri di depan pintu bahagian nomor lift. Tangannya menyeka keringat di dahi, satunya lagi menopang tubuh pada pegangan lift. Ia meringis menahan ludah.
Jarak kosannya dengan hotel tidaklah jauh. Tetapi, informasi yang telat membuatnya harus bekerjaran dengan waktu. Kabar tentang presiden perusahaan yang akan berkunjung besok pagi-pagi membuatnya kewalahan. Seharusnya malam ini ia bisa beristirahat sejenak, karena dua malam sebelumnya berturut-turut harus menggantikan staf yang libur mendadak.
Ia tidak habis pikir, hotel sebesar itu kekurangan staf. Tugasnya di ruang sekretaris perhotelan harusnya sama dengan dua rekan sejawatnya, tetapi ia selalu harus menggantikan kekosongan shift malam. Namun begitu, ia merasa lebih diandalkan karena di setiap acara penting pejabat ia lebih sering menemani manager dibanding rekan lainnya.
Sebagai bagian staf kesekretariatan di hotel megah di ibukota, ia merasa bangga meski mutasi ke tempat kerja itu bukanlah impiannya. Impiannya hanyalah hidup sederhana di sisi orang tuanya di desanya yang damai.
Ia lupa menekan tombol lantai yang hendak dituju ketika pintu lift terbuka dan menunjukkan lantai lima-puluh-dua. Ah! Harusnya ia turun di lantai dua! Terpaksa ia menunggu keluar dua tamu dari lift, menunggu pintu tertutup lalu menekan tombol dua.
Pria berpakaian kaos long-sleeved abu-abu keluaran Dolce Gabbana yang baru saja keluar dari lift itu berdiri menghadap pintu. Pria lain di belakangnya berdiri dengan siaga. Pria itu sedikit mendongak, merapatkan kedua lengan ke dalam saku celana jeans custom Escada. Ia menunggu beberapa detik. Angka berada di nominal dua! Ia tersenyum, lantas beranjak pergi diikuti ajudannya.
Ia melangkah ke kamar yang telah dipesan sekretaris atas nama kenalannya. Segera ia meraih Galaxy ZFold dari sakunya dan menerima pesan masuk. Ia kembali tersenyum, lalu menutup smartphonenya. Ia memberi kode pada ajudannya dan dibalas dengan anggukan hormat sebelum beranjak keluar.
Ia menuju sisi jendela yang menampilkan view malam kota Kuala Lumpur. Dua menara di hadapan sana menjadi teman senyumnya malam itu. Ia masih belum merasa mengantuk setelah seharian perjalanan dari Jakarta dan KLIA. Titik terbang yang ditujunya kali ini sepertinya menghilangkan rasa penatnya dalam beberapa bulan ini.
Bergelut dengan setumpuk masalah anak cabang perusahaan membuatnya harus terbang ke sana dan kemari. Ia tiba di perusahaan terakhir, yang menjadi rute perjalanan bisnisnya setelah menerima dekrit sebagai pewaris utama perusahaan papa angkatnya itu, diam-diam. Hanya ingin melepas penat lebih lama dari biasanya tanpa ditemani manusia-manusia berwajah dusta.
Ia sendiri sama sekali tidak menyangka kepercayaan Alex, papa angkatnya, padanya sangat besar. Sekaligus mengundang keirihatian Theo, anak kandung papa angkatnya. Fasilitas yang diberikan Teguh sama seperti yang didapat Theo. Pendidikan di London juga di tempat paling mahal.
/0/18210/coverorgin.jpg?v=31158ae1ed59c383e87f44cd82f6a431&imageMogr2/format/webp)
/0/23524/coverorgin.jpg?v=bf28a9667d89a8d0ddd15401e2bbb7f8&imageMogr2/format/webp)
/0/21538/coverorgin.jpg?v=99986d535c531f7544eb427d9a9de245&imageMogr2/format/webp)
/0/15361/coverorgin.jpg?v=697efa12926cba2f1d5874822d85ce34&imageMogr2/format/webp)
/0/19192/coverorgin.jpg?v=20241018092707&imageMogr2/format/webp)
/0/17021/coverorgin.jpg?v=8bfba2fb2d2820bbe566cfe46ce6b456&imageMogr2/format/webp)
/0/18136/coverorgin.jpg?v=bbddd094c3a24fb96ea320ae91ec957d&imageMogr2/format/webp)
/0/19255/coverorgin.jpg?v=20240830165619&imageMogr2/format/webp)
/0/15327/coverorgin.jpg?v=027a1fcecb93017dd1d87345850b5037&imageMogr2/format/webp)
/0/22929/coverorgin.jpg?v=7210deed904b68c803a92f2cf55e913f&imageMogr2/format/webp)
/0/30904/coverorgin.jpg?v=7972044cee2dca3a2280867957627523&imageMogr2/format/webp)
/0/7651/coverorgin.jpg?v=4c2f9a954961dfe599635b3d8f1e787d&imageMogr2/format/webp)
/0/6214/coverorgin.jpg?v=e7964c940b9a30f19f7aef8a42f2e32c&imageMogr2/format/webp)
/0/21153/coverorgin.jpg?v=20250301194525&imageMogr2/format/webp)
/0/16941/coverorgin.jpg?v=0287241b7668739a4c72736a78e50339&imageMogr2/format/webp)
/0/5370/coverorgin.jpg?v=2a674aa6924609945d54c52e1c44793b&imageMogr2/format/webp)
/0/7027/coverorgin.jpg?v=75220ee91a5a06d65d76a3fd76c4fce3&imageMogr2/format/webp)
/0/22772/coverorgin.jpg?v=20250825152410&imageMogr2/format/webp)
/0/5356/coverorgin.jpg?v=ffda3a761434a6526b416ab99b2fbf53&imageMogr2/format/webp)