Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Perjalanan hidup setiap manusia tidaklah sama, bahkan penuh lika dan liku dan kesalahan di sana dan sini. Manusia hanyalah sebagai penggerak atau aktor, yang menjadi produser adalah Tuhan, sang Pencipta Alam. Namun, apa jadinya jika hidup ini menyimpang dari kodrat.
Sudah seperti yang diketahui bersama, bahwa hubungan sejenis ataupun LGBT memang telah ada sejak zaman Nabi Luth AS. Hingga saat ini, kehidupan dunia Gay dan Lesby masih tersebar dipenjuru negeri. Bahkan sebagian negara telah melegalkan/meresmikan pernikahan sesama jenis.
Begitupun dengan novel ini, hadir dengan mengemas peristiwa sepasang lelaki gay. Dibalut konflik drama rumah tangga, akan hadir dan membuat pembaca akan terhanyut berderai air mata. Jangan dilihat dari judul jika mengandung LGBT, ambillah nilai positif dari isi novel ini.
Penulis telah merangkum dan sejak lama menceritakan dunia gay ini, akan tetapi masih sibuk dengan tulisan yang lain dan belum selesai. Maka, dikesempatan kali ini, novel tayang ekslusif untuk pembaca setia.
{ Medan 2020 }
Andrew POV
Malam dengan rintik hujan membasahi bumi, aku masih bersama sang kekasih di dalam rumah yang telah lama kami tempati. Untuk berbagi kisah, bahkan cerita. Setiap harinya, kami melakukan rutinitas dan aktivitas layaknya sepasang suami dan istri.
Namaku adalah Andrew. Lebih lengkapnya, Andrew Sebastian Megantara. Berusia dua puluh enam tahun, dan sekarang sedang bekerja di salah satu perusahaan yang dikelola oleh sang ayah. Aku adalah anak tunggal, tidak memiliki saudara baik adik atau kakak.
Dalam kehidupan sehari-hari, aku sangat gemar bermain badminton, renang, dan sepak bola. Tumbuh dan besar dengan lingkungan yang sangat normal, dan tidak memiliki sahabat terlalu banyak. Sehabis sepulang sekolah, aku biasanya memanjakan badan dengan berlibur.
Akan tetapi, sejak pertama kali berlibur ke sebuah perkotaan yang berbeda jauh dari provinsi, aku mendapati hal ganjil di sana. Bukan karena hantu, tetapi lebih kepada seorang pria tampan yang sedang memotret dan bergerak ke sana dan ke mari.
Secara saksama, aku memerhatikannya yang hanya fokus pada sebuah model cantik di hadapannya. Mereka sedang asyik hunting dan menikmati panorama di bawah semburat senja.
Hari-hari yang kujalani terasa sangat hampa, untuk teman berbicara saja sudah hampir tidak ada. Bergelut pada pekerjaan di usia muda, membuat aku selalu diterpa berbagai musibah bertubi-tubi perihal risiko menjadi seorang CEO muda.
"Maaf, Pak, pesan apa?" tanya seseorang yang tiba-tiba datang dari belakang badan.
Mendengar ucapan itu aku memutar badan, secara saksama netra hanya sejurus pada orang yang di samping bangku berwarna merah.
"Eh, saya pesan kapucino. Kalau bisa jangan terlalu panas dan tidak usah manis-manis," jawabku banyak permintaan.
"Baik, Pak, kalau mau yang tidak manis. Kan, Bapak sudah manis," jawab pelayan pria itu sembari membuang senyum simpul.
Karena respons si pelayan sangat membuat jijik, aku pun membuang tatapan aneh padanya. Lalu pelayan itu pergi begitu saja. Namun, dalam sekelebat penglihatan, orang yang menjadi pusat perhatian pun mendadak hilang.
Model yang dia potret juga sudah entah pergi ke mana. Karena memang kafe di pinggir pantai ini sangat indah, banyak orang berkunjung yang datang dari berbagai penjuru. Aku pun seolah tidak mau beringsut pergi, padahal sudah habis tiga gelas minuman kapucino dan makanan.
Karena mendadak ingin buang air, aku ingin pergi ke sebuah toilet yang berada di belakang kafe. Dengan melintasi ruangan, serta sejurus pada koridor gelap di sana. Tibalah aku di ambang pintu toilet, netra hanya sejurus pada penglihatan tidak lazim di pojok ruangan.
'Astaga!' batinku, lalu aku meletakkan kembali badan tepat berada di tembok toilet.
Tepat di ujung pandangan, dua orang pria tengah berciuman dengan mesrahnya. Aku tidak kuasa melihat itu, keringat pun keluar sejurus membasahi badan. Karena merasa sangat takut, aku tidak memasuki ruang tersebut.