Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Pembalasan Istri Kedua

Pembalasan Istri Kedua

Fatma Zildania

5.0
Komentar
329
Penayangan
12
Bab

Istri pertama, cinta pertama dan terakhir itulah yang selalu Mas Juna gaungkan dalam biduk rumah tangganya dengan Alena. Tetapi bila kenyataan berbanding terbalik, sanggupkah Alena menerima Mas Juna atau melakukan balasan yang setimpal untuknya?

Bab 1 Wanita Misterius

Part 1

"Mas, ada telpon!" teriakku dari kamar, karena Mas Juna sedang sibuk memasak di dapur. Dia tidak mendengar panggilanku. Aku pun berinisiatif untuk mengangkat telpon itu sambil berjalan kearah Mas Juna yang sibuk dengan panci dan bumbu dapur lainnya, kulihat dengan cekatan ia memasak masakan kesukaanku dengan lihai, tapi tiba-tiba saja pemandangan romantis itu teralihkan karena aku mendengar suara anak laki-laki yang memanggil 'papa' dalam suara telpon. Kulihat kembali siapa yang menelpon dan memastikan bahwa tidak ada orang yang salah menelpon ke nomor suamiku.

Tertera di sana, Pak Abdul, tapi kenapa suara anak laki-laki yang memanggil papa?

[Siapa?] tanyaku, memastikan siapa lawan bicara di seberang sana.

[Papa mana?] tanya anak itu dengan pertanyaan juga.

"Siapa dek?" Tanya Mas Juna, lalu mengulurkan tangannya meminta hp tersebut.

Aku memberikannya pada Mas Juna, dengan tatapan bingung dan penuh tanda tanya.

"Dia bilang, papa mana?" jawabku meniru pertanyaan anak kecil tadi.

Mas Juna langsung memucat, salah tingkah, tanpa menjawab pertanyaanku, ia mulai berbicara dengan si penelpon, Setelah pembicaraannya selesai, aku segera memberondonginya dengan pertanyaan.

"Siapa yang menelpon?" tanyaku penasaran.

"Pak Abdul, sekertaris perusahaan." jawabnya kaku dengan memalingkan wajah. Tidak seperti biasanya Mas Juna kalau berbicara denganku pasti menatapku dengan penuh cinta dan mesra. Perusahaanku memang rata-rata laki-laki sampai sekertaris pun, aku meminta pada papaku menyediakan laki-laki. Ini untuk menghindari perselingkuhan yang biasanya terjadi antara atasan yang di lakukan dengan bawahannya, apalagi Mas Juna idaman para wanita, kaya, mapan, tampan.

"Anak kecil tadi siapa?" tanyaku menuntut penjelasan.

"Oh, dia keponakannya Pak Abdul, katanya salah nelpon di kira nomor Ayahnya" jawab Mas Juna gelagapan.

Kenapa tingkah Mas Juna tidak seperti biasanya? Apa ada yang dia sembunyikan dariku hingga tingkahnya aneh begitu? Aku curiga jangan-jangan dia berbohong padaku.

"Dek, kok ngelamun, yuk makan!" ajaknya, lalu berjalan kearah meja makan tanpa menggandeng tanganku. Selama dua tahun pernikahan, ia akan selalu menggandengku kemanapun pergi, meskipun hal kecil sekalipun, bergandengan tangan di dalam rumah mau ke kamar bareng, ke ruang keluarga kami akan selalu menggemgam atau sekedar bergandengan tangan sudah menjadi kebiasaan sejak lama bagi kami, apalagi pergi jalan-jalan Mas Juna akan selalu mesra padaku. Tapi kenapa dengan hari ini, Apa dia lupa, atau ada hal lainnya?

"Eh, Iya Mas, yuk" jawabku, lalu mengikuti langkah lebarnya. Dan aku pun mematung saja di samping Mas Juna.

"Kenapa tidak duduk?" tanyanya dengan bingung karena melihatku masih berdiri saja.

Ah, bukannya biasanya dia akan menarikkan kursi untukku, lalu berucap dengan mesra selamat makan sayang, makan yang banyak dengan tatapan penuh cinta. Sebenarnya apa yang di pikirkannya hingga melupakan kebiasaan-kebiasaan kecil kami?

"I-iya Mas." Aku menghembuskan nafas kasar, lalu duduk dan menyendok nasi serta lauk pauk yang sudah tersedia. Aku memainkan sendok hingga menimbulkan bunyi dentingan yang mengisi ruang makan ini. Masakan Mas Juna yang biasanya terasa nikmat di lidah dan menggugah rasa laparku kini terasa hambar, seperti masakan yang kurang garam atau penyedap rasa lainnya. Atau karena aku merasa ada yang aneh dengan tingkah Mas Juna yang berubah?

"Dek, aku berangkat kerja dulu ya," setelah menyelesaikan sarapannya ia langsung meluncur tanpa menghiraukan panggilanku. Kenapa kamu Mas Juna? Kenapa terburu-buru, ini bukan sifat kamu.

Aku menenangkan pikiranku dengan melakukan pekerjaan rumah mulai dari berkemas dan merapikan kamar kami. Tetapi sikap Mas Juna yang mulai berubah, membuat pikiran itu kembali mengusik. Lalu hati berprasangka baik, mungkin saja Ia sedang banyak pikiran, hingga ia lupa kebiasaan-kebiasaan kecil kami.

Suara bel berbunyi membuyarkan lamunanku tentang sikap Mas Juna, aku pun bergegas melihat kedepan, dengan agak sedikit berlari aku segera menghampiri pintu depan, karena kamarku terletak di lantai dua membuat sedikit lama untuk sampai ke teras, suara bel pun seperti di pencet berkali-kali menandakan sangat mendesak sekali. Siapa sebenarnya yang bertamu sepagi ini? Aku mengomel lirih karena sepertinya tamu itu tidak sabaran sekali.

Segera ku buka pintu depan dengan nafas menahan emosi karena bel rumahku seperti akan mau putus urat kabelnya. Setelah terbuka, Kulihat wanita cantik dengan pakaian yang menunjukkan lekukan tubuhnya. Wajah ayu nya terpoles sempurna oleh make up dengan bibir merah menyala.

"Cari siapa?" tanyaku ramah dengan menyunggingkan senyuman.

Tanpa ijin dariku, wanita itu menerobos masuk dengan langkah yang sangat angkuh, kakinya ia hentakkan dan dagunya ia angkat layaknya Nyonya besar sedang memandang remeh kepada pembantunya, seperti di sinetron ikan terbang.

"Bagus juga rumahmu ya!" ia mulai berbicara tanpa aku faham arah pembicaraannya. Dan tentu saja apa yang di katakannya memang benar, rumah ini hasil kerja kerasku, tanpa bantuan papa ku yang kaya raya saja aku bisa membeli rumah mewah dan mobil yang di naiki Mas Juna sekarang pun mobil hasil kerja kerasku.

"Maksud Ibu apa ya?" tanyaku masih dalam kebingungan.

"Istri kedua, kau tidak mau aku sebut sebagai pelakor kan!?" ucapnya dengan angkuh sambil memegang daguku. Dengan tatapannya yang nyalang seakan-akan ingin membunuhku.

Hatiku terasa tertusuk ribuan belati, bukan. bahkan ratusan ribu kalipun sakitnya masih teramat sakit. Kutatap mata nyalang itu dengan penuh kebingungan dan kekecewaan yang bercampur aduk, siapa sebenarnya wanita ini, apa ia istri pertama Mas Juna? Tapi, bukankah Mas Juna bilang Ia masih lajang?

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku