Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Kaum Terakhir (Pembalasan Dendam)

Kaum Terakhir (Pembalasan Dendam)

Kynara

5.0
Komentar
164
Penayangan
25
Bab

"Bunuh semua kaum kegelapan!" Seorang gadis yang berdiri di tengah-tengah keramaian, terbalut rantai itu menatap bengis setiap orang yang meneriakinya. Meminta agar ia untuk segera dilenyapkan, seakan-akan hanya dengan kematiannya dunia ini akan benar-benar aman. "Bunuh dia!" "Hapus seluruh kaum kegelapan dari dunia ini!" Hingga sebuah teriakkan lantang penuh ketegasan berhasil membuat nasib gadis malang itu terselamatkan. "Tundukkan wajah kalian dari ratuku!"

Bab 1 Pembantaian

KAUM TERKAHIR

1. Pembantaian

"Aku tidak pernah mengirimkan wabah penyakit itu!"

Seorang laki-laki dengan wajah tegas itu menatap tajam kerumunan orang yang mengelilinginya. Kabut hitam sudah sejak tadi menyelimuti tubuhnya. Walau begitu wajah tampannya tidak bisa dipungkiri. Bahkan, banyak dari wanita bangsawan diam-diam mengagumi sosok laki-laki itu. Ya, hanya diam-diam, sebab mereka masih memiliki akal untuk mendekati raja dari kaum kegelapan itu.

"Bohong! Pasti semua ini karena ulahmu!"

"Ya benar! Kaum kegelapan seperti kalian terlalu tamak! Jadi mungkin saja ini salah satu siasatmu untuk menguasai seluruh dunia!"

Teriakkan itu langsung disambut pekikan penuh kesetujuan dari banyak orang yang menghadiri tempat lapang itu. Membuat sang laki-laki yang kini dirantai itu menggeram marah. Kabut hitam yang menyelimutinya semakin tebal.

"Hapus semua kaum kegelapan!"

"Bunuh mereka semua!"

Sraannggg!

Brug!

Raja kegelapan itu semakin menggeram marah ketika melihat salah satu rakyatnya dipegal di hadapannya. Bahkan, rakyatnya tidak diberi kesempatan untuk membela diri. Giginya terdengar bergelatuk, amarahnya kini berada di puncaknya.

Dengan sekali tarikan tangannya, rantai yang sejak tadi mengikat tubuhnya terlepas. Tindakannya berhasil membuat semua atensi mengarah kepadanya. Tatapan takut kini dia dapatkan, tidak ada lagi cacian atau bahkan hinaan untuknya dan kaumnya. Semuanya seketika hening. Melihat itu membuat sang raja tersenyum miring.

"Aku Regan Dinuka Azaquel, selaku Raja Kegelapan dengan ini memberikan izin kepada kalian kaumku untuk mengeluarkan seluruh kekuatan kalian menghabisi mereka semua yang telah menghina kita!"

Seruan lantang itu seakan menjadi penyemangat bagi mereka yang sejak tadi tertunduk takluk dengan rantai yang mengikat di tubuh mereka. Suara rantai putus dari berbagai sisi membuat mereka yang sejak tadi berseru menginginkan kematian dari salah satu kaum itu panik. Terlebih ketika sang raja kegelapan mulai mengeluarkan sayap besar hitamnya. Kedua tangan kanannya terulur ke atas, membuat langit yang semula cerah menjadi gelap. Petir seketika menyambar saling bersahutan.

"Habisi mereka semua!"

Hanya dengan sekali perintah, maka peperangan besar itu terjadi. Peperangan antar kaum tidak bisa terelakkan. Kaum kegelapan melawan kaum lain dari dunia immortal.

***

Dua belas tahun telah berlalu, semenjak peperangan besar itu terjadi. Kini semuanya tampak damai. Para kaum berlalu-lalang, saling menyapa bahkan tertawa bersama. Terlihat begitu menenangkan.

Tetapi, berbeda dengan seorang gadis yang terkurung di salah satu istana milik raja dari segala raja kaum. Gadis itu hanya mampu melihat dari jendela kamarnya, menatap datar orang-orang yang berlalu-lalang di bawahnya. Tatapannya begitu tajam menghunus. Siapa saja yang beradu tatap dengannya akan terasa terimindasi.

Begitu pula dengan dua orang pengawal yang kini memasuki kamar gadis itu tanpa meminta izin terlebih dahulu. Keduanya dengan serempak menunduk, setelah sampai di belakang gadis itu beberapa meter. Padahal, gadis itu belum membalikkan tubuhnya sama sekali.

"Nona, Yang Mulia Lord memanggil Anda," ucap salah satu di antara keduanya.

Tanpa menjawab sama sekali, gadis itu berbalik dan langsung melangkah keluar kamar yang langsung diikuti oleh dua pengawal tadi. Dagunya terangkat, tatapannya lurus ke depan. Langkahnya terdengar tegas, hingga suara hels hitam yang berwarna senada dengan gaunnya itu terdengar jelas mengetuk lantai marmer yang dingin.

Semua maid dan pengawal yang dia lewati seketika menunduk, bahkan banyak yang menahan mati-matian tubuh mereka agar tidak gemetar karena aura yang dimiliki gadis itu. Tetapi, rupanya semua itu tidak membuatnya terganggu. Dia terus melangkah menuju ke pintu gerbang besar berwarna emas dengan ukiran sepasang sayap, di mana di balik pintu itu sudah duduk seseorang yang paling disegani di dunia immortal ini.

"Putri Kyana memasuki ruangan!"

Teriakkan lantang dari seorang prajurit yang berdiri di samping pintu besar itu menjadi aba-aba untuk pintu besar itu terbuka, mempersilahkan sang gadis untuk masuk. Dengan mantap, gadis itu terus melangkah menuju ke tengah aula. Tidak terimindasi sedikit pun oleh tatapan para petinggi kerajaan lain yang rupanya telah berkumpul di sana.

Dengan anggun sang gadis bernama Kyana itu membungkuk, memberi hormat kepada raja dari segala raja yang duduk di hadapannya. Setelahnya dia kembali menegakkan tubuhnya, menatap datar sang raja yang umurnya tidak terpaut jauh darinya.

"Ada apa Yang Mulia Lord memanggil saya?" Pertanyaan sang gadis membuat para petinggi kerajaan bangkit secara bersamaan.

"Koreksi kembali kalimatmu, Putri Kyana!" Salah satu petinggi memperingati sang gadis. Tetapi rupanya tidak dihiraukan sama sekali oleh sang gadis.

Mengetahui suasana yang mulai menegang Sang Lord mengangkat tangan kanannya, memberi titah agar para petinggi kembali duduk di bangku mereka masing-masing dengan tenang.

"Aku memanggilmu ke mari untuk memberitahukan kepadamu bahwa kau mulai sekarang akan dikembalikan ke kerajaanmu." Suara Sang Lord membuat sang gadis terdiam.

"Mengingat usiamu sudah memenuhi syarat untuk memegang kerajaanmu sendiri," lanjut Sang Lord.

"Cih, untuk apa aku kembali ke kerajaan jika rakyat pun tidak kumiliki setelah pembantaian yang kalian lakukan terhadap kaumku?"

"Lancang sekali kau!"

Suasana semakin memanas. Bisik-bisik cacian mulai terdengar di telinga gadis itu. Walau begitu, dia masih bersikap santai. Dia bahkan menatap penuh benci raja dari segala raja di hadapannya.

"Pembantaian itu tidak akan terjadi jika ayahmu mengakui tindakan kejahatannya!"

Brak!

Seorang petinggi yang baru saja mengucapkan kalimat tadi tiba-tiba saja terpental hingga menabrak dinding dengan begitu kuat. Semua orang yang ada di ruangan itu seketika memasang posisi siaga. Bahkan, banyak dari mereka yang mulai mengaktifkan kekuatan mereka.

"Putri Kyana apa yang kau lakukan?" Walau begitu Sang Lord masih duduk tenang di singgasananya.

"Hanya sedikit memberi pelajaran untuk si peludah, Yang Mulia," jawab Kyana datar.

"Kau!"

Mendengar jawaban dari gadis itu, petinggi kerajaan yang menjadi korban tindakan Kyana menggeram marah. Bahkan, sudah mulai mengeluarkan kekuatannya untuk menyerang gadis itu. Tetapi, dengan santai sang putri menghindar tanpa menoleh sedikit pun dari laki-laki paruh baya berjenggot putih itu.

"Hentikan, Menteri George," titah Sang Lord membuat petinggi itu kembali duduk di bangkunya dengan wajah tertekuk. Sedangkan sang gadis tersenyum miring, merasa menang.

Sang Lord tiba-tiba saja berdiri dari duduknya, membuat mereka semua seketika ikut berdiri. Dengan menatap tajam gadis di hadapannya, dia berucap, "Dengan ini kuperintahkan kau Putri Kyana Azaquel untuk kembali ke kerajaanmu mulai sekarang!"

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Kynara

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku