Kaum Terakhir (Pembalasan Dendam)
ilue
ak
ap sudut ruangan seketika menegang. Berbeda dengan kebanyakan orang yang menunduk takut, berbeda dengan Kyana y
aja kau katakan,
n berani melawan orang yang mengandung dan merawat kita sejak kecil. Sedikit kagum dengan gadis itu, Queem
i santai menatapnya. Melihat tamu tak diundang yang tampak santai di tengah amarahnya, membuat sang r
t kesabaran silakan keluar dari istana saya." Ucapan penuh penekanan di setiap kalimat itu berhasil me
kerajaan vampir terlihat. Dengan tersenyum tipis, Kyana menjawab, "Anda tidak buta, ja
aa
aa
an Archeros yang sejak tadi sudah memasang posisi siaga, melindungi ratu mereka. tetapi rupanya kini keduanya keco
dengan gerakan jari telunjuk, tubuh sang Ratu Vampir terbanting kuat ke lantai. Membuat siapapun yang melihatnya menjerit tertahan. Seakan tidak
. Wajah datar yang semula terpasang apik di wajah cantik itu perlahan sirna tergantikan dengan senyum manis. Dia melanjutk
rdiam diri. Dengan langkah tegas gadis itu mendekat, lalu tanpa menunggu dip
jamuannya
*
n semaki
lan, ketika jendela besar ruangan tersebut dibiarkan terbuka padahal angin malam tegah berhembus cukup kencang. Lolong
h puas menatap rembulan, laki-laki itu berbalik menatap putranya yang tamp
a melawan sang ratu sebelum statusku resmi menjadi mate dari Putri Queem." Untuk sejen
an boneka senjata sang r
aan dari sang ayah membuat Pangeran Nathan menoleh ke arah wajah teduh ayahnya. Be
eduli dengan pemberontakan yang akan terjadi nantinya. Akanku ratakan mereka semua yan
kakak dari mat
dari matenya. Dia tidak bodoh, bahwa kekuatannya mungkin sangat jauh kalah jika dibandingkan dengan kaum kegelapan satu-satunya itu. Kekuasaan ba
alipun d
atkan mate-nya, tidak peduli jika dunia menentang hubungan keduanya. Karena Pangeran Natha
*
di depan kepalanya sendiri sang ayah terbunuh dengan sadis. Kematian yang seharusnya tidak terjadi. Ayahnya harus men
ampa adanya kegelapan, cahaya tidak akan pernah ada di dunia ini. Apakah setiap kegelapa
eek
udah cukup lama melangkah menyusuri hutan wilayahnya, gadis itu memilih mengistirahatkan tubuhnya pada sebuah pohon berukuran raksasa dengan akar yang b
arannya. Membayangkannya membuat Kyana mendengus. Jika boleh jujur dia sedikit iri dan merutuki takdirnya. Padahal biasanya dia akan b
cepat di atasnya. Merentangkan ketiga pasang sayapnya, gadis itu melesat mencari tahu sesuatu apa yang baru saja melintas di atas kepalanya. Suhu panas ma
rnya ap