Kaum Terakhir (Pembalasan Dendam)
TER
alah
ni mengarah tepat ke arah gadis bergaun hitam itu. Tatapan tajamnya membuat siapa saja yang menatapnya seketika menunduk, atau membuan
emimpin kerajaan lainnya semakin menunduk. Walau di dalam hati mereka, rasa kesal serta ing
entar. Kita belum mengetahui
dengan surai berwarna pirang itu membuatnya terlihat semakin cantik. Ditambah dengan kulit bersih dan
melihatnya akan terpana. Karenanya sang raja yang berada di
terburu-buru dalam mengambil keputusann
a yang sempat tersulut. Perlahan kabut itu berangs
seraya memberikan sedikit penghormatan
g telah diatur sebelumnya, para monster diciptakan untuk menjaga ekosistem alam. Dengan kata lain menjaga keseimbangan dunia
esi yang ditampilkan para pemimpin kaum lainnya. Kebanyakan
menatap lurus ke depan tanpa menatap sedikit pun ke arahnya. "Walau tidak bisa dipungkiri bahwa penciptaan mereka memili
Kalau begitu kita musnahkan saja para monster, Yang Mulia Lord. Ki
tang mengucapkan kalimat itu. Decihan pelan keluar begitu saja dari bibir gadi
in. Bahkan ada yang menambahi, "Jika kita masih mempertahankan kehadiran para monster itu di dun
memang sepertinya memiliki dendam tersendiri. Terlihat darinya yang tersenyum mirin
nya pembasmian para monster. Membuat Kyana yang mendengarnya terasa panas. Bahkan kedua tangan gadis itu suda
u membuat Kyana semakin geram, dia tidak percaya bahwa bibinya pun kini tidak lagi mendukungnya. Jika para monster dibasmi lalu apa gunan
a kericuhan yang tercipta seketika hening. Sang lord menghela
an Anda, Ratu K
nya akan ditolak mentah-mentah oleh mereka. Jadi, daripada dia harus berkata panjang-lebar tetapi berujung sia-sia, Kyana mem
" Kyana menjawab datar. Giginya
ini, jangan salahkan saya jika mereka kembali terbang
*
a yang semula formal berangsur berubah menjadi sedia kala. Dia baru saja memberikan perintah mutlak kepada para monster ya
geras ketika melihat senyum miring dan
ahnya yang semakin bergejolak, ingin segera dikeluarkan. Tetapi karena ti
a sekalian dapat kembali ke kerajaan masing-mas
k, memberi hormat kepada raja dari segala raja itu. Setelah sang lord pergi dari ruangan bersama dua p
ama menuju kehancu
satu pemimpin kaum yang kini berdiri bersedekap dada, menatapnya remeh. Jubah d
terkekeh kecil seraya menggelengkan kepalanya pelan.
h masam. Puas akan tindakannya, Kyana kembali melanjutkan langkahnya. Melewati ratu penyihir itu deng
us geli mengingat tingkah pemimpin kaum penyihir itu. Sejak awal
gia, hingga tanpa sadar kau
endongakkan wajahnya. Wajahnya seketika memerah tipis, mendapati
ia sala