Cinta yang Tersulut Kembali
Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Rahasia Istri yang Terlantar
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Kasih Sayang Terselubung: Istri Sang CEO Adalah Aku
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Sang Pemuas
Derap kaki kuda terdengar semakin mendekat menimbulkan suara gemuruh bak debur ombak di lautan.
"Lindungi Ratu Eleanor!"
Pangeran Pisceso Helios memberikan perintah pada beberapa prajurit pilihan agar melindungi kereta kuda yang sedang dikawalnya.
Formasi langsung terbentuk, beberapa prajurit siap siaga memegang tombak dan tameng baja untuk melindungi kereta kuda.
Tatapan Pangeran Pisceso bak Elang yang siap menerkam mangsa menatap tajam ke depan, waspada menyambut suara derap kaki kuda yang datang bersama debu berterbangan.
"Pangeran! Mereka perampok!" seru salah satu prajurit yang berdiri di barisan terdepan.
"Kalian semua waspada! Apapun yang terjadi, lindungi Ratu Eleanor dan Raja!" teriak Pangeran Pisceso mengalahkan suara deru kaki kuda yang semakin datang mendekat.
Semua prajurit semakin waspada dan bersiap siaga, apapun yang terjadi nyawa taruhannya demi melindungi Ratu dan Raja mereka.
Suara ringkikan kuda disertai debu berterbangan mengiringi tawa terbahak dari salah satu perampok yang berada di atas kuda hitam besar barisan terdepan, berhenti tepat beberapa meter dari Pangeran Pisceso dan para prajurit.
"Ha-ha-ha."
"Berani sekali kalian menghadang perjalanan kami!" teriak salah satu prajurit andalan.
"Ha-ha-ha. Saudara-saudara, lihat!" teriak pimpinan perampok pada teman-temannya menunjuk pada bendera dan logo bintang emas yang ada di pintu kereta kuda. "Kita mendapatkan harta karun. Mereka dari kerajaan sebrang, pasti banyak barang berharga dalam kereta kudanya!"
Suara tawapun membahana saling bersahutan dari puluhan perampok berwajah sangar disertai ringkikan kuda seakan mengerti tuannya sedang berbahagia.
"Waspada kalian semua!"
Setelah itu, Pangeran Pisceso menarik pedang panjang bergagang emas miliknya dari sangkar, sehingga sinar matahari yang menerpa pedang begitu menyilaukan mata.
Tak lama kemudian, para perampok itu menyerang para prajurit dengan sangat beringas bak singa lapar yang siap menerkam mangsa.
Kerajaan Voresham terletak di ujung timur dipimpin Raja Theodore dan Ratu Eleanor yang tak lain Ayahanda dan Ibunda dari Pangeran Pisceso Helios. Datang ke wilayah Utara untuk menghadiri undangan pernikahan dari Raja Sham, tapi di perjalanan pulang di hadang para perampok yang terkenal cukup kejam dengan julukan "Pedang maut."
"Kanda, ada apa di luar?!" tanya Ratu pada suaminya mendengar keributan. Mereka berdua masih berada di dalam kereta kuda.
Belum Raja menjawab, tiba-tiba gorden merah yang menutupi jendela kereta kuda terbuka. Prajurit memberitahu ada perampok yang menghadang perjalanan mereka.
"Dinda," Raja memberikan belati emas pada istrinya dari balik jubah yang menjuntai di punggung. "Gunakan belati ini untuk melindungi dirimu. Aku akan ke luar untuk membantu putra kita!"
"Hati-hati Kanda!" seru istrinya memegang erat belati emas.
Raja melesat ke luar, bergabung membantu para prajurit. Tubuh tinggi tegap dengan jubah hitam menjuntai di punggung begitu kontras di antara prajuritnya.
"Ayah, kenapa ke luar?! Bagaimana dengan Ibu?!" tanya Pangeran Pisceso melihat Raja ikut menghalau para perampok dengan pedang di tangan.
TRANG!
TRING!
TRANG!
Suara pedang beradu begitu bising di telinga. Satu per satu, baik dari prajurit maupun para perampok terlihat bertumbangan roboh dan terluka.
"Pangeran!" salah satu prajurit dengan tangan terluka menyeruak masuk mendekat.
"Ada apa?!" tanya Pisceso sambil menangkis ujung pedang yang hampir mengoyak kulit tangannya.
"Ratu terluka!" jawab prajurit.
Raja Theodore dan Pangeran Pisceso langsung melihat ke arah kereta kuda di mana Ratu berada.
"Ayah, cepat lihat Ibu! Aku bisa menangani perampok sialan ini!"
Setelah itu, Pangeran Pisceso dengan gagah berani menyeruak maju memainkan pedang panjang bergagang emas kesayangannya, menghajar para perampok hingga satu per satu jatuh berguguran.
Raja melesat pergi ke arah kereta kuda dengan dilindungi beberapa prajurit. Jubah hitam panjang yang dipakainya berkibar menyilaukan setiap mata yang melihat.
Tubuh Ratu terkulai lemah dengan luka sayatan menganga dibagian dada, gaun putih yang dipakai telah ternoda oleh darah segar. "Dinda! Kamu terluka!"