Cinta yang Tersulut Kembali
Balas Dendam Manis Sang Ratu Miliarder
Mantanku yang Berhati Dingin Menuntut Pernikahan
Jangan Main-Main Dengan Dia
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Mantan Istri Genius yang Diidamkan Dunia
Gairah Liar Pembantu Lugu
Cinta di Jalur Cepat
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Sang Pemuas
Seorang wanita berusia 27 tahun bernama Frischial Ayuni sedang berjalan di tengah kegelapan Kota Bandung. Dia dalam perjalanan pulang ke rumahnya.
Setelah beberapa menit berjalan, tiba-tiba dia melihat seorang gadis kecil yang sangat cantik, umurnya kira-kira dua belas tahun. Gadis tersebut tergeletak tak berdaya di dekat pemberhentian rel kereta api dari Bandung ke Batavia. Entah sudah berapa lama dia berada di situ. Frischial segera mendekati gadis kecil itu sebelum kereta api datang.
Kebetulan sekali kereta api belum datang hingga membuat gadis kecil itu tewas akibat landasan kereta api tersebut.
"Nak, Nak!" panggil Frischial sambil mengguncang-guncang tubuh gadis mungil itu, tetapi tidak ada respon. Frischial panik, dia ingin menelepon ambulans tetapi baterai ponselnya habis. Tak ada pilihan lagi, dia segera menggeser tubuh gadis itu dengan sekuat tenaganya agar terhindar dari rel kereta api yang sangat berbahaya itu.
Beruntung sekali gadis itu tidak terjadi sesuatu padanya. Mungkin saja dia sedang pingsan, sehingga tidak terjadi sesuatu padanya. Kalau saja tadi kereta api berjalan sebelum Frischial melihatnya, gadis kecil itu pasti sudah mati terinjak oleh landasan kereta api tersebut.
Mungkin itu sebuah takdir untuknya hidup. Kalau bukan sebuah takdir, lalu untuk apa lagi dia bisa bertahan hidup, dimana hidupnya saat itu sudah dalam bahaya sekali.
Akhirnya dia langsung membawa gadis kecil itu ke rumah sakit. Kebetulan pemberhentian rel kereta api tersebut lumayan dekat dengan rumah sakit. Frischial berlari-lari kecil sambil menggendong gadis kecil yang tak sadarkan diri itu.
Tak lama kemudian, mereka sampai di rumah sakit. Frischial langsung masuk ke bagian UGD, namun gadis mungil itu tetap saja belum bangun. Apa jangan-jangan dia tidak hanya pingsan saja. Setelah itu, gadis itu langsung diperiksa oleh dokter.
Setelah selesai pemeriksaan, Frischial bertanya kepada dokter yang memeriksa gadis tersebut.
"Dokter, bagaimana? Apa dia baik-baik saja?" tanya Frischial.
"Apa Anda ibu gadis ini?" tanya dokter itu.
"Bukan, saya menemukan gadis itu pingsan di pemberhentian rel kereta api. Saya tidak kenal dia," ucap Frischial.
"Kalau begitu harus segera melaporkannya ke polisi," jawab dokter itu.
"Apa dia baik-baik saja, Dok?" tanya Frischial khawatir.
"Tenang saja, dia hanya pingsan. Dia baik-baik saja. Karena dia belum sadar, dia lebih baik menginap di UGD terlebih dahulu. Biar saya bisa memeriksanya lagi ketika dia bangun," ucap dokter itu.
Frischial merasa lega.
"Terima kasih banyak, Dok," ucap wanita tersebut.
Dokter itu hanya tersenyum dan segera pergi. Frischial duduk di kursi sebelah ranjang gadis kecil tersebut, tetapi lama-kelamaan Frischial merasa ngantuk dan akhirnya tertidur di samping tepi ranjang gadis tersebut.
***
Beberapa jam kemudian, Frischial terbangun. Tiba-tiba ada suara seorang gadis kecil bertanya.
"Siapa? Kau siapa?"
Frischial kaget. Dia menatap gadis yang tadi pingsan, sekarang sudah terbangun.
"Kau sudah bangun? Kau tidak apa-apa?" tanya Frischial khawatir. Gadis itu hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Frischial segera memanggil dokter yang langsung memeriksa gadis tersebut.
"Ada yang sakit?" tanya dokter setelah memeriksanya secara keseluruhan.
Gadis itu menggelengkan kepala.
"Dia baik-baik saja," ucap sang dokter. Frischial semakin lega, tapi tiba-tiba gadis itu menanyakan sesuatu yang tak terduga.
"Permisi," panggil gadis itu dengan segera, tanpa harus menunggu dua orang tersebut untuk berhenti bicara dan membiarkan dirinya untuk bicara.
Frischial menjawab, "Ya? Ada apa, Sayang?"
"Apakah kalian mengenaliku? Siapa namaku?" tanya gadis itu. Seketika hening dan dokter segera memeriksanya lagi.
"Kau lupa namamu?" tanya dokter.
Gadis itu mengangguk.
"Apa kau ingat sesuatu tentang dirimu?" tanya dokter sekali lagi. Gadis itu menggelengkan kepala.
"Begitu aku mencoba mengingatnya kepalaku langsung sakit," ucap gadis itu. Dokter pun langsung memeriksanya secara lebih detail lagi. Frischial memutuskan menunggu di luar. Dia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah jam delapan pagi.
Setelah menunggu setelah sekian lama, akhirnya sang dokter keluar dari ruangan.
Frischial berdiri.
"Bagaimana, Dok?" tanya Frischial.
"Gadis itu sepertinya mengalami trauma yang luar biasa sehingga membuatnya hilang ingatan. Faktor lain yang membuatnya pingsan adalah karena dia memiliki darah rendah," jelas sang dokter.
Frischial terdiam. Dia merasa sedih mendengar nasib gadis itu. Kalau dia sampai lupa orang tuanya, artinya dia tidak dapat langsung menemukan orangtuanya. Mungkin bisa, akan tetapi akan memerlukan waktu yang cukup lama.
"Sepertinya gadis tersebut harus dititipkan ke panti asuhan terlebih dahulu, sampai dia menemukan orang tuanya," ucap sang dokter.
Frischial diam beberapa saat, dan akhirnya dia memutuskan sesuatu.