Mengandung Anak Dari Musuhku

Mengandung Anak Dari Musuhku

Rahmat

5.0
Komentar
878
Penayangan
30
Bab

Dylan Callahan tumbuh dengan kebencian yang tak pernah padam terhadap Alaina Sinclair. Ia percaya Alaina dan ibunya adalah perusak rumah tangganya-wanita yang menghancurkan keluarganya dan menyebabkan ibunya sendiri meninggal dalam penderitaan. Selama bertahun-tahun, ia menyusun rencana untuk membalas dendam, memastikan Alaina merasakan kehancuran yang sama seperti yang ia alami. Alaina, putri dari wanita yang selalu dicap sebagai perusak keluarga, hanya ingin hidup tenang. Namun, hidupnya berubah ketika Dylan, pria yang selalu memandangnya dengan kebencian, menyeretnya ke dalam permainan balas dendam yang kejam. Dengan kekuasaannya, Dylan menjatuhkan nama baiknya, menghancurkan kariernya, dan akhirnya mengambil sesuatu yang paling berharga dari Alaina-tanpa memberinya kesempatan untuk melawan. Ketika Alaina akhirnya sadar dari mimpi buruk yang menimpanya, semuanya sudah terlambat. Ia tidak hanya kehilangan kebebasannya, tetapi juga menyadari bahwa ada kehidupan lain yang kini tumbuh di dalam dirinya. Namun, yang paling menyakitkan adalah ia tidak mengetahui siapa ayah dari anak yang dikandungnya. Malam itu, ia dibius dan terbangun dalam keadaan tak berdaya-dan Dylan, satu-satunya pria yang memiliki alasan kuat untuk menghancurkannya, tetap menyangkal keterlibatannya. Namun, semakin Dylan berusaha menyingkirkan Alaina dari hidupnya, semakin takdir mempermainkan mereka. Ketika kebenaran di balik masa lalu keluarganya mulai terungkap, Dylan dipaksa menghadapi kemungkinan bahwa kebenciannya mungkin salah sasaran selama ini. Sementara itu, Alaina, yang terjebak dalam labirin kebencian dan pengkhianatan, harus menemukan kekuatan untuk bertahan dan melindungi anaknya-entah dengan atau tanpa Dylan di sisinya.

Bab 1 Kebencian

Hujan turun deras malam itu, seolah langit turut menumpahkan kemarahan yang berkecamuk di dada Dylan Callahan. Dengan langkah berat namun pasti, ia berjalan melewati lorong marmer yang dingin, menuju ruang perjamuan keluarga Sinclair yang megah. Cahaya kristal lampu gantung yang bergemerlap tak mampu menghilangkan kegelapan yang menyelimuti hatinya.

Di ruangan itu, pesta berlangsung meriah. Para tamu berpakaian mewah, menyesap anggur mahal sambil berbincang tentang bisnis dan politik. Namun, mata Dylan hanya tertuju pada satu sosok-Alaina Sinclair.

Gadis itu berdiri anggun di tengah ruangan, mengenakan gaun satin berwarna biru tua yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Rambut panjangnya digelung rapi, menampakkan leher jenjang dan kulit pucatnya yang seolah berpendar di bawah lampu kristal. Senyum kecil terukir di bibirnya saat ia berbincang dengan seorang pria tua-ayahnya, Gregory Sinclair.

Dylan mengepalkan tangannya. Darahnya mendidih melihat pemandangan itu. Ia tidak peduli dengan kecantikan Alaina. Yang ia lihat hanyalah anak dari wanita yang telah menghancurkan hidup ibunya. Wanita yang, menurutnya, adalah akar dari semua penderitaan yang ia tanggung selama ini.

Dylan tidak pernah lupa malam itu, saat ibunya, Elise Callahan, meninggal dengan air mata mengalir di wajahnya. "Mereka merenggut segalanya dariku," adalah kata-kata terakhir Elise sebelum nafasnya berhenti. Sejak itu, kebencian Dylan pada keluarga Sinclair tumbuh subur, mengakar dalam setiap inchi keberadaannya.

Dan kini, Alaina berdiri di hadapannya, tersenyum, hidup dalam kemewahan yang seharusnya menjadi milik ibunya.

Alaina merasakan tatapan tajam yang menusuk dari kejauhan. Ketika ia menoleh, tatapan mereka bertemu. Mata abu-abu Dylan menyala penuh kebencian, begitu intens hingga membuat Alaina merasakan hawa dingin menjalar di tulangnya. Ia menelan ludah, merasa tidak nyaman dengan cara pria itu menatapnya.

Namun, sebelum ia bisa berpaling, Dylan sudah melangkah mendekat.

"Selamat malam, Nona Sinclair," katanya dengan suara rendah dan mengandung ancaman tersembunyi.

Alaina tersenyum tipis, berusaha mempertahankan ketenangannya. "Tuan Callahan," balasnya dengan sopan.

Dylan menyipitkan mata. "Kau terlihat begitu bahagia. Sepertinya hidupmu sangat sempurna."

Alaina menegang, tidak menyukai nada suaranya yang menyiratkan sesuatu yang lebih dalam. "Aku hanya menjalani hidupku seperti biasa," katanya hati-hati.

Dylan tertawa kecil, tetapi tidak ada kehangatan di dalamnya. "Seperti biasa? Hidup dengan segala kemewahan yang kau miliki? Dengan nama baik keluargamu yang tetap terjaga?" Ia melangkah lebih dekat, suaranya hampir berbisik. "Kau tahu, Alaina? Dunia ini tidak selalu adil. Kadang, orang-orang yang tampak paling suci adalah yang paling kotor."

Alaina mengerutkan kening. "Apa maksudmu?"

Dylan mendekat, hingga hanya ada beberapa inci di antara mereka. "Kau akan segera mengetahuinya."

Sebelum Alaina sempat merespons, Dylan sudah melangkah pergi, meninggalkannya dengan perasaan tidak nyaman yang menjalar ke seluruh tubuhnya.

Ia tidak tahu bahwa malam ini akan menjadi awal dari mimpi buruk yang akan menghancurkan hidupnya.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Rahmat

Selebihnya

Buku serupa

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Gavin
5.0

Suamiku, Banyu, dan aku adalah pasangan emas Jakarta. Tapi pernikahan sempurna kami adalah kebohongan, tanpa anak karena kondisi genetik langka yang katanya akan membunuh wanita mana pun yang mengandung bayinya. Ketika ayahnya yang sekarat menuntut seorang ahli waris, Banyu mengusulkan sebuah solusi: seorang ibu pengganti. Wanita yang dipilihnya, Arini, adalah versi diriku yang lebih muda dan lebih bersemangat. Tiba-tiba, Banyu selalu sibuk, menemaninya melalui "siklus bayi tabung yang sulit." Dia melewatkan hari ulang tahunku. Dia melupakan hari jadi pernikahan kami. Aku mencoba memercayainya, sampai aku mendengarnya di sebuah pesta. Dia mengaku kepada teman-temannya bahwa cintanya padaku adalah "koneksi yang dalam," tetapi dengan Arini, itu adalah "gairah" dan "bara api." Dia merencanakan pernikahan rahasia dengannya di Labuan Bajo, di vila yang sama yang dia janjikan padaku untuk hari jadi kami. Dia memberinya pernikahan, keluarga, kehidupan—semua hal yang tidak dia berikan padaku, menggunakan kebohongan tentang kondisi genetik yang mematikan sebagai alasannya. Pengkhianatan itu begitu total hingga terasa seperti sengatan fisik. Ketika dia pulang malam itu, berbohong tentang perjalanan bisnis, aku tersenyum dan memainkan peran sebagai istri yang penuh kasih. Dia tidak tahu aku telah mendengar semuanya. Dia tidak tahu bahwa saat dia merencanakan kehidupan barunya, aku sudah merencanakan pelarianku. Dan dia tentu tidak tahu aku baru saja menelepon sebuah layanan yang berspesialisasi dalam satu hal: membuat orang menghilang.

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Gavin
5.0

Aku adalah Alina Wijaya, pewaris tunggal keluarga Wijaya yang telah lama hilang, akhirnya kembali ke rumah setelah masa kecilku kuhabiskan di panti asuhan. Orang tuaku memujaku, suamiku menyayangiku, dan wanita yang mencoba menghancurkan hidupku, Kiara Anindita, dikurung di fasilitas rehabilitasi mental. Aku aman. Aku dicintai. Di hari ulang tahunku, aku memutuskan untuk memberi kejutan pada suamiku, Bram, di kantornya. Tapi dia tidak ada di sana. Aku menemukannya di sebuah galeri seni pribadi di seberang kota. Dia bersama Kiara. Dia tidak berada di fasilitas rehabilitasi. Dia tampak bersinar, tertawa saat berdiri di samping suamiku dan putra mereka yang berusia lima tahun. Aku mengintip dari balik kaca saat Bram menciumnya, sebuah gestur mesra yang familier, yang baru pagi tadi ia lakukan padaku. Aku merayap mendekat dan tak sengaja mendengar percakapan mereka. Permintaan ulang tahunku untuk pergi ke Dunia Fantasi ditolak karena dia sudah menjanjikan seluruh taman hiburan itu untuk putra mereka—yang hari ulang tahunnya sama denganku. "Dia begitu bersyukur punya keluarga, dia akan percaya apa pun yang kita katakan," kata Bram, suaranya dipenuhi kekejaman yang membuat napasku tercekat. "Hampir menyedihkan." Seluruh realitasku—orang tua penyayang yang mendanai kehidupan rahasia ini, suamiku yang setia—ternyata adalah kebohongan selama lima tahun. Aku hanyalah orang bodoh yang mereka pajang di atas panggung. Ponselku bergetar. Sebuah pesan dari Bram, dikirim saat dia sedang berdiri bersama keluarga aslinya. "Baru selesai rapat. Capek banget. Aku kangen kamu." Kebohongan santai itu adalah pukulan telak terakhir. Mereka pikir aku adalah anak yatim piatu menyedihkan dan penurut yang bisa mereka kendalikan. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku