Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Aisyah mendengar bunyi lonceng itu lagi. Pasti dia mendengar bunyi lonceng itu tepat pukul dua siang. Di saat suasana kampungnya sepi, karena anak-anak mengaji di musholla. Kali ini Aisyah memutuskan membuka jendela rumahnya untuk memastikan bahwa dia melihat lonceng apa yang selalu lewat di depan rumahnya.
Bunyi lonceng itu terdengar semakin jelas, berarti benda atau kendaraan yang menggunakan lonceng itu semakin dekat dengan rumahnya. Aisyah semakin berdebar. Dan kemudian Aisyah melihat sebuah gerobak kecil penjual makanan lewat di depan rumahnya. Ternyata penjual makanan itu yang menggunakan lonceng dengan bunyi yang cukup nyaring itu. Sayangnya dari jarak yang cukup jauh, Aisyah tidak bisa mengetahui makanan apa yang dijual oleh penjual itu, tetapi sepertinya baunya cukup menggoda.
Aisyah melambai pada penjual makanan itu.
"Jual apa, Pak?" tanya Aisyah. Penjual itu menoleh ke arah Aisyah.
"Sate ayam, Mbak," jawab penjual itu. Aisyah berbinar. Wah, kebetulan! Dia sedang sangat kelaparan dan dengan cepat segera mengambil uang dan keluar rumahnya.
"Tunggu, Pak! Aku beli!" teriak Aisyah. Aisyah berlari keluar rumah untuk membeli sate ayam itu.
****
"Matur nuwun sudah bertandang ke sini, ya, Bu," kata Nala sambil menyalami para tamunya yang berpamitan padanya.
"Sama-sama, Mbak La. Semoga putranya menjadi anak sholih, ya, Mbak."
"Iya, Mbak, La. Cepat ngantor lagi, ya. Aku udah kangen, nih!"
Mereka bercanda sambil menowel pipi bayi yang digendong Nala. Nala tertawa sumringah dan mengangguk ceria.
"Insya Allah. Segera masuk kantor, saya, Bu," jawab Nala bercanda, "oh, ya, Ibu-ibu, jangan lupa oleh-olehnya di bawa, njih?" kata Nala. Dia buru-buru meminta asistennya untuk menyiapkan tas kecil berisi oleh-oleh untuk dibawa pulang oleh tamunya.
"Wah, Mbak Nala malah jadi repot. Terima kasih sekali, Mbak." Para tamu Nala menerima oleh-oleh dari Nala dengan ceria.
Nala hanya tersenyum samar.
****
Adit dan Rasya masuk ke dalam warung tenda yang sangat ramai itu. Warung tenda itu menyajikan menu ayam, yang kata orang sangat lezat.
"Antri, Dit!" seru Rasya ketika melihat antrian yang mengular di depan mereka. Adit mengangguk.
"Apa mau pindah aja, Sya? Kayaknya agak lama, nih antrinya," kata Adit. Mereka berpandangan.
"Tunggu aja, lah, ya? Sayang kita udah jauh ke sini, tetapi malah nggak jadi," jawab Rasya. Mereka mengangguk dan akhirnya ikut mengantri.
Mereka melihat bagaimana orang-orang maju ke depan perlahan dan kemudian memesan makanan mereka di meja pemesanan. Adit merasa cukup senang karena pegawai yang melayani pemesanan para pelanggan bekerja cukup cepat, sehingga mereka tidak perlu menunggu terlalu lama.