Cinta yang Tersulut Kembali
Kasih Sayang Terselubung: Istri Sang CEO Adalah Aku
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Sang Pemuas
Terpesona oleh Istri Seribu Wajahku
Hamil dengan Mantan Bosku
Gairah Citra dan Kenikmatan
Perjalanan Menjadi Dewa
Hati Tak Terucap: Istri yang Bisu dan Terabaikan
Cerita dewasa
POV Alma
Mendengar suara motor mas Rahmad membuatku bergegas segera keluar untuk menyambutnya pulang, kulihat dia memboncengkan ibunya.
Pantas saja mas Rahmad pulang telat ternyata dia bersama ibunya. Terlihat ibu mertuaku itu membawa beberapa kantong plastik hitam besar, entah apa isinya aku tidak tau.
"Assalamualaikum." Ucap suamiku dan ibu mertuaku bersamaan.
"Waalaikumsalam salam." Aku mencium punggung tangan suamiku itu.
"Kok bareng sama ibu mas." Tanyaku padanya.
"Iya habis belanja kebutuhan rumah, kalau kamu yang belanja nanti boros, habis uang anakku nanti." Ucap ibu mertuaku itu sambil membawa masuk belanjaannya.
"Mas, susu Ayana habis, aku boleh minta uang."
Suamiku hanya terdiam saat aku meminta uang padanya, entah dia mendengarnya atau tidak, dia hanya berlalu dan duduk di kursi ruang tamu kami, melepas sepatu dan kaos kakinya lalu meletakkannya di rak sudut belakang pintu ruang tamu.
Aku hanya diam melihat gerak geriknya, aku pikir ucapanku tadi cukup keras, jadi dia seharusnya mendengar ucapanku tanpa aku harus mengulanginya lagii.
Tanpa memberiku jawaban apapun dia pergi meninggalkan aku seorang diri di ruang tamu.
Aku segera mengejarnya untuk meminta uang lagi padanya, aku pikir dia mungkin tidak mendengarnya jadi aku menyusulnya ke dapur, kulihat suamiku itu duduk di meja ruang makan kami yang terletak di samping dapur.
Aku segera mengambil piring dan menyendokan nasi di atasnya,
"Mas mau dengan lauk apa?"
Terlihat dia memandang beberapa lauk yang ada di atas meja, hari ini aku memasak ayam goreng dan sambal tomat dan capjay serta sayur sop.
"Ayam goreng sama sayur sop aja, jangan kasih sambal aku gak suka."
Aku mengangguk dan menyendokan lauk dan sayur yang di minta ke dalam piringnya. Lalu meletakkannya di depan suamiku itu.
Sepertinya aku harus menunggunya saat sudah selesai makan, aku takut kalau aku berbicara sekarang akan membuat mas Rahmad tidak selera makan karena mengganggunya makan.
Dan sesekali memandang ke arah kamar, dimana Anaya tidur, karena setelah seharian menangis Ayana tidur dan aku letakkan di kamar sambil beberes rumah.
Ooekk ooeek
Aku berlari saat mendengar Anaya anak semata wayangku itu menangis, bayi umur 7 bulan itu sudah mulai belajar merangkak, aku takut dia terjatuh dari kasur busa spring bed yang agak lumayan tinggi bagi anak seusianya.
Dulunya aku tidur di atas ranjang tapi setelah Anaya baranjak dewasa aku memutuskan untuk memindahkan kasur dari atas ranjang di lantai bawah karena takut saat aku membersihkan rumah ini tanpa sengaja Anaya bangun dan mencariku. Akan sangat berbahaya kalau Anaya jatuh dari tempat tidur setinggi itu.
Dan contohnya seperti sekarang ini, saat aku sudah sampai di kamar, anakku itu sudah berada di dekat pintu sambil menangis seperti memanggilku.
"Cup cup cup sayang, Anaya kebangun karena laper yaa, maafin mama ya sayang, mama belum beliin susu buat Anaya, habis ini kita beli yaa, kita minta ayah buat beli susu buat Anaya." Ucapku sambil mengendong anakku. Menepuk punggungnya pelan agar dia lebih tenang sedikit.
Aku mendekati suamiku untuk meminta uang karena kasihan Anaya yang terbangun karena ingin minum susu. Terpaksa aku harus menganggu makannya terlebih dahulu karena kalau menunggunya selesai kasihan Anaya, karena entah kapan akan selesai kalau dia makan sambil bermain di handphone.
"Mas, susu Anaya sudah habis, aku minta uang untuk beli susu Anaya mas. Kasihan sudah sedari tadi siang Anaya belum minum susu." Ucapku pada suamiku itu.
"Kamu gak liat aku lagi makan? Seneng banget ganggu orang lagi makan?" Ucapnya nyalang padaku, terlihat ada kekesalan di balik matanya itu.
"Maaf mas, tapi kasihan anak kita mas." Ucapku memelas, aku sungguh tidak ingin berdebat dengan suamiku sekarang, aku hanya ingin uang dan membeli susu Anaya sekarang.
"Tanyakan pada ibu, siapa tau dia membelikan susu untuk anakmu itu." Ucapnya tanpa menoleh ke arahku dan anaknya.
Aku segera berlari menuju kamar ibu yang berada di samping dapur, aku segera mengetuk pintunya.
"Buu. Ibuuu. Buka pintunya Bu" aku mengetok pintu kamar ibu mertuaku.
"Ada apa sih Alma, ibu capek mau istirahat, baru juga memejamkan mata udah kamu bangunin, ada apaa memangnya?." Cerocos mertuaku saat pintu terbuka, menampilan wajahnya yang terlihat kuyu.
"Ibu beliin susu buat Anaya gak tadi? Kasihan Anaya bu. Belum Minum susu dari tadi siang."
"Lahh, ya enggak lah mana tau ibu susu buat Anaya seperti apa, lagian kamu anak sedari tadi siang gak di kasih minum susu, mau buat anakmu mati kamu!" Marahnya padaku, aku sama sekali tidak ingin meladeni mertuaku hari ini, aku hanya butuh uang dan membeli susu untuk Anaya itu saja.
Mendengar jawaban itu aku langsung kembali ke tempat suamiku duduk kembali.
"Mas, ibu tidak membelikan susu untuk Anaya, tolong beri aku uang sekarang mas, aku akan belikan di tokonya indah sekarang juga." Ucapku menghampiri suamiku lagi.
Brakk