Bab 1. Tragedi Pernikahan
Seorang wanita yang mengenakan baju pengantin, memasuki mobil jemputan yang dikirimkan oleh calon suami. Wajah yang sudah dipoles make-up tipis tersebut sudah membuat Denara Maurenza begitu cantik dan anggun. Bibir tipis tertarik ke atas sehingga menciptakan sisi lesung pipi ketika menyinggung seuntai senyuman.
Bunyi notifikasi masuk. Jari lentiknya segera menggeser layar ponsel dan membaca pesan yang dikirimkan oleh calon suaminya.
[ Aku tidak sabar ingin melihat kecantikan darimu, sweety. Segeralah datang. Aku menunggumu ]
Perlahan, mobil metalik mewah warna hitam itu melaju membelah jalan raya untuk menuju ke sebuah gedung mewah milik calon suaminya, Reyzain.
Denara segera menyusun kalimat untuk dikirimkan kepada calon suaminya. [ Hehehe, bersabarlah sayang. Aku akan datang kepadamu. Dan setelah itu, kau berhak ingin melakukan apapun padaku! ]
[ Bolehkah tunjukkan foto atau sekadar Video Call? Sungguh aku ingin melihat dirimu secara langsung ]
Denara tersenyum singkat dan melanjutkan balasan. [ Tunggulah sampai aku tiba di gedung pernikahan kita. Kau bisa memandang diriku dengan puas nantinya ]
[ Aku tidak sabar. Dan mintalah sopir pribadiku untuk segera cepat, please ]
[ Biarkan saja kau menunggu, aku jadi penasaran, pasti wajahmu saat ini kusut. Wkwkwk ] Denara malah meledek.
[ Awas saja bila kita sudah sah. Aku tidak akan membiarkan dirimu lari dan beranjak sejenak dari kukunganku! ] Lagi-lagi Reyzain melemparkan godaan hingga membuat pipi Denara merona seketika.
[ Aku menantikannya. Sebuas apa kira-kira suamiku nantinya? Hahaha ] diujung kalimat, wanita yang mengenakan gaun putih tersebut menyisipkan emoticon terbahak-bahak.
[ Tunggu saja nanti. Love you ]
Saat Denara ingin mengirimkan sebuah balasan, mendadak mobil yang dikendarai oleh dirinya dan sopir tidak bisa dikendalikan sebab rem blong. Membuat wajah cantiknya terlihat pucat. Apalagi saat di tikungan, mobilnya menabrak mobil putih yang hampir saja memasuki pelataran gedung pernikahan.
Bruuuk!
Bunyi dentuman membuat dua mobil itu rengsek. Sang sopir masih terjebak dalam mobil yang menghimpit dirinya, cairan kental warna merah tersebut menetes dari kening, telinga dan juga hidung. Denara terpental keluar dan kepalanya langsung saja menabrak besi penyangga lampu. Darah segar membanjiri kepalanya hingga menembus ke trotoar parkiran.
Sementara di mobil putih, Artur yang menyetir menghembuskan nafas terakhirnya seketika. Sementara wanita di sebelahnya hanya menatap dashboard mobil sehingga membuat dirinya pingsan.
Dalam hitungan detik, orang-orang yang mendengar bunyi dentuman mobil yang bertabrakan tersebut saling berhamburan keluar. Reyzain menyeret langkah kakinya pada sosok wanita yang sudah terkapar di lantai parkiran mobil.
Jantungnya berdetak kencang dengan kekhawatiran yang sangat kentara terlihat dari seraut wajah oval yang mengenakan tuxedo warna putih yang senada dengan Denara. Saat langkahnya semakin dekat, dan ketika mengetahui bahwa yang tergeletak adalah calon istrinya, Reyzain berteriak histeris. "Tidaaak! Denaraaa!"
Lelaki itu segera mendekap Denara, baju putihnya terkena noda cairan merah yang terus-menerus mengalir dari tempurung calon istri. Ia segera membopong tubuh lemah itu ke dalam mobil guna melajukan menuju ke rumah sakit dengan menyetir kesetanan.
Sesampainya di rumah sakit, tubuh Denara segera diletakkan di brankar dan memasuki ruangan ICU. Sayangnya ia tidak diizinkan masuk sebab sang dokter mencegahnya.
"Mohon Tuan tunggu sebentar supaya tim medis memeriksanya!" cegah perawat wanita yang melarang Reyzain untuk masuk.
Meskipun kesal, ia menurut. Bibirnya terus berdoa agar calon istri selamat. "Ara, semoga kau baik-baik saja. Bagaimana bisa kau mengalami kecelakaan saat kita hendak melakukan pemberkatan pernikahan?" tanyanya yang dijawab oleh angin.
Di saat Reyzain menunggu, datanglah tiga orang yang sangat Reyzain kenal. Salah satunya adalah sopir pribadinya. Juga sahabat dekat calon istrinya, Valenzuela dan Artur. Meskipun penasaran ia tetap menunggu sang dokter yang memeriksa Denara keluar.
Setelah menunggu kurang lebih tiga puluh menit, Dokter Edmon memberikan informasi.
"Hmmm, tuan, sebenarnya saya ingin mengatakan sesuatu!" ucapan yang ambigu itu membuat Reyzain bertanya-tanya.
/0/15239/coverorgin.jpg?v=20250123120615&imageMogr2/format/webp)
/0/12164/coverorgin.jpg?v=20250122183109&imageMogr2/format/webp)
/0/3570/coverorgin.jpg?v=d5742184555360c3885488556c45dfc7&imageMogr2/format/webp)
/0/16152/coverorgin.jpg?v=20240617110157&imageMogr2/format/webp)
/0/2839/coverorgin.jpg?v=a5453b0ae8ffb01a33039d54ea0e2ad2&imageMogr2/format/webp)
/0/16783/coverorgin.jpg?v=6f5af9220dd74d8a2e32f1388e982978&imageMogr2/format/webp)
/0/8828/coverorgin.jpg?v=9f0cb9a48303b3fe771a93609807e46a&imageMogr2/format/webp)
/0/7370/coverorgin.jpg?v=00309cc73bf41177261dc1503e2463a9&imageMogr2/format/webp)
/0/6523/coverorgin.jpg?v=8e0004fc35f893d47a86f931aafe544d&imageMogr2/format/webp)
/0/15159/coverorgin.jpg?v=3a71ec34291e2bd259b4575096d502d8&imageMogr2/format/webp)
/0/3089/coverorgin.jpg?v=0ea2572eb873c3ee6e372fcdbf92fd1c&imageMogr2/format/webp)
/0/13527/coverorgin.jpg?v=d165abf67620b08b551b5432c07a8280&imageMogr2/format/webp)
/0/26240/coverorgin.jpg?v=20250808183613&imageMogr2/format/webp)
/0/4760/coverorgin.jpg?v=5b5d159c31f41b5b4c23c4a193c5afd1&imageMogr2/format/webp)
/0/7535/coverorgin.jpg?v=ae17e37198eb7df76e60deca15aa6276&imageMogr2/format/webp)
/0/17123/coverorgin.jpg?v=31efb5ecddd9f400cc439783ff87d800&imageMogr2/format/webp)
/0/6032/coverorgin.jpg?v=2263c7469afa25cfb2758512dc946d57&imageMogr2/format/webp)
/0/22931/coverorgin.jpg?v=20250404185425&imageMogr2/format/webp)