Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Seorang gadis yang cantik berkulit putih dan tinggi semampai bernama Vika dijodohkan oleh kedua orang tua nya dengan seorang pria yang jauh lebih tua dari nya.
"Nak, ada yang Ayah dan Ibu ingin bicara kan dengan mu. Sini duduk dulu," panggil Bu Salma sembari menepuk kursi yang ada disebelah nya.
"Iya, ada apa Bu, Pak! Kelihatan nya serius banget?" tanya Vika heran menatap Ibu dan Ayah nya bergantian.
"Nak, umur kamu kan sudah 20 tahun sudah waktu nya kamu menikah," ucap Bu Salma sembari mengelus pucuk kepala anak nya itu.
"Tapi, Bu. Aku pengen nya bekerja dulu lagi pula aku belum punya calon!" ucap Vika cemberut.
"Ibu dan Ayah sudah menjodoh kan kamu dengan anak nya Pak Salim dan Bu Widia, mereka kemaren melamar kamu untuk anak nya dan Bapak menerima nya. Anak nya sekarang sudah jadi PNS, jadi kamu tidak perlu khawatir lagi karena hidup mu akan terjamin dan tidak akan kekurangan seperti sekarang ini," ucap Pak Ridwan panjang lebar menjelas kan kepada Vika.
Betapa terkejut nya Vika mendegar penjelasan Bapak nya, seperti disambar petir di siang bolong tanpa bertanya terlebih dulu Bapak dan Ibu nya menerima lamaran itu.
"Kenapa Bapak dan Ibu tidak bertanya lebih dulu kepada ku? Kenapa langsung menerima begitu saja? Vika tidak mau Pak. Bu, Vika belum siap untuk menikah?"
"Bapak dan Ibu sudah menerima lamaran nya dan tidak akan membatalkan, kamu harus menurut dengan Bapak sama Ibu. Ini juga demi masa depan mu." Pak Ridwan kekeh tetap ingin menjodokan Vika dengan Arga anak nya Pak Salim dan Bu Widia.
Vika terdiam dia tidak bisa berkata-kata lagi, lalu dia pergi ke kamar dan membanting pintu dan mengunci nya dari dalam.
Braakk! Pintu di banting dengan kuat, membuat Pak Ridwan Bu Salma terlonjak kaget.
"Bagaimana ini Pak? Vika seperti nya marah, Bapak sih langsung menerima saja tidak bertanya dulu kepada Vika." Bu Salma menyalahkan Pak Ridwan karena telah bertindak gegabah.
"Ini juga Bapak lakukan demi Vika, Bu! Arga itu kerja jadi PNS dan dia orang mampu jadi jika Vika menikah dengan dia. Hidup nya tidak akan serba kekurangan seperti kita," ucap Pak Ridwan menjelaskan kepada sang istri.
Tak lama kemudian ada yang mengetuk pintu, gegas Vika membuka pintu dan tampak lah seorang pria berperawakan tinggi besar berkulit sawo matang berdiri di ambang pintu.
"Maaf, Mas nya nyari siapa ya?" tanya Vika.
"Perkenakan nama ku Arga, saya kesini ingin menemui Pak Ridwan dan Bu Salma." Arga memperkenal kan diri.
Vika menatap pria itu. 'Jadi dia yang akan dijodohkan dengan ku,' batin Vika.
"Oh mau bertemu Bapak sama Ibu, silahkan masuk, Mas." Vika mempersilahkan Arga masuk.
Setelah masuk Vika mempersilahkan Arga duduk.
"Silahkan duduk, saya kebelakang dulu memanggil Bapak sama Ibu." Vika berlalu pergi ke dapur meninggalkan Arga.
"Bapak, Ibu. Itu ada Mas Arga anak nya Pak Salim, dia mencari Bapak." Vika memberitahukan kepada Bapak dan Ibu nya.
"Kamu buat kan Nak Arga minum, Ibu sama Bapak mau menemui Nak Arga dulu," pinta Bu Salma kepada Vika, Vika mengangguk dan segera membuat minuman untuk tamu Bapak nya itu.
Pak Ridwan dan Bu Salma lalu pergi ke depan untuk menemui Arga.
"Eh. Ada Nak Arga! Ada apa kesini Nak?" tanya Pak Ridwan, setelah duduk di kursi yang terbuat dari rotan.
"Begini Pak, saya sudah mendengar cerita dari Bapak saya. Kalau Bapak sudah menerima lamaran nya, makanya saya kesini langsung menemui Bapak. Untuk memastikan dan membicarakan hari pernikahan nya sekaligus saya ingin berkenalan kepada Vika." Arga menjelaskan maksud kedatangan nya.
"Oh begitu ya Nak Arga." Pak Ridwan mangut-mangut sedangkan Bu Salma hanya mendengar kan dua pria itu berbicara.
Tak berselang lama, Vika datang membawakan tiga cangkir teh hangat dan menyodor kan nya kepada Arga, Bapak dan Ibu nya.
"Silahkan di minum."
"Vika! Duduk sini, Nak!" pinta Pak Ridwan.
Vika menurut, lalu mendudukan diri nya ke kursi.
"Ada apa ya Pak?" tanya Vika, padahal dia sudah tau kalau semua ini pasti ada sangkut paut nya dengan lamaran itu.
"Ini Vik, Nak Arga ingin membicarakan pernikahan kalian sekaligus berkenalan dengan mu."