Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Sang Pemuas
Gairah Sang Majikan
Nico dan Nina adalah mantan kekasih dimasa kuliah, mereka berpisah karena banyak hal, awalnya ibu Nico jelas tidak suka anaknya berhubungan dengan wanita yang status sosialnya berada jauh di bawah mereka.
Tentu saja Nico dan Nina awalnya tidak menghiraukan itu, namun lama-kelamaan hubungan mereka terasa seperti neraka, mereka sering sekali bertengkar, dan akhirnya hubungan mereka kandas juga. Nico pindah ke Amerika sedangkan Nina melanjutkan kuliahnya.
Enam tahun berlalu sejak mereka berpisah, Nina memiliki hidup yang cukup berat karena sang ayah meninggal dunia tak lama setelah ia berpisah dengan Nico, dan setahun kemudian, ibunya menyusul sang ayah ke surga, seakan masih belum cukup sulit, kini Nina juga kehilangan tempat tinggal karena rumah yang ia sewa akan dijual oleh pemiliknya.
Nina belum memiliki pekerjaan meski ia sudah menyandang gelar sarjana. Ia tidak bisa menyewa tempat tinggal baru karena sebenarnya rumah yang ia sewa sebelumnya ia bayar dengan membantu bersih-bersih di toko si pemilik rumah.
Dulu ia tidak tahu bahwa mencari pekerjaan sesulit ini, tapi ia memutuskan untuk kembali mengirim lamaran ke beberapa perusahaan dengan harapan bisa mendapatkan pekerjaan.
Nina duduk sendirian dengan koper dan tas di pinggir jalan, sambil berpikir ia harus kemana malam ini, satu-satunya sahabat yang ia miliki sudah pindah ke Jerman setelah menikah. Tidak ada lagi tempat untuknya meminta tolong.
* * *
-Nina.-
"Kau dari mana nak?" tanya seorang nenek yang entah sejak kapan ia duduk di sampingku.
Aku menoleh kaget. "Bukan dari mana nek, tapi mau kemana."
"Mau kemana?" tanya si nenek dengan suara paraunya.
Aku mengangguk. "Aku tidak punya tempat tinggal."
Si nenek seakan tidak puas dengan jawaban ku.
Aku menghela nafas. "Rumah yang sebelumnya ku sewa kini sudah dijual pemiliknya, dan aku tidak punya uang untuk menyewa rumah baru."
Si nenek mengangguk sambil berpikir.
(Ku harap ia nenek kaya raya yang sedang menyamar atau tersesat, dan menemukanku lalu merasa iba, kemudian memberikan aku pekerjaan.) Jiwa merana ku mulai berkhayal.
"Aku bekerja di sebuah apartemen di dekat sini." Si nenek mulai berbicara lagi. "Setiap hari aku membersihkan apartemen itu dan kurasa kau bisa tinggal di sana untuk sementara."
Aku mengerutkan kening, (bagaimana aku bisa tinggal di apartemen milik orang lain?) pikirku.
"Aku sudah tua, lagipula anakku meminta ku untuk berhenti bekerja, jadi kebetulan hari ini aku sudah menyampaikan pada pemilik apartemen bahwa aku akan berhenti bekerja, namun pemilik apartemen itu memintaku untuk mencarikan pengganti sebelum aku benar-benar berhenti."
"Maksud nenek, anda memintaku menggantikan nenek?"
Nenek mengangguk. "Kau bisa mendapatkan tempat tinggal sementara dan bisa mendapatkan gaji juga."
Gelar sarjana ku menjerit. Tapi ini satu-satunya cara agar aku bisa mendapatkan tempat tinggal. "Baiklah." ucapku setuju.
"Kalau begitu nenek akan menghubungi pemilik apartemen nya dulu ya." Si nenek mengeluarkan ponsel dari sakunya.
Aku melirik tajam. (Keren, smartphone nya lebih mahal daripada milikku.)
Si nenek berbicara dan menjelaskan kepada seseorang di telepon. "Baiklah terimakasih." ucapnya mengakhiri. "Kau bisa tinggal di sana." katanya.
"Sungguh?" Aku bersemangat dan sangat merasa bersyukur.