Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
"Aku mencintai wanita lain. Meski kita menikah, kita tidak akan menjadi suami istri pada umumnya."
Kalimat itu seperti petir yang menggema di siang bolong. Menghancurkan harapan yang dimiliki oleh perempuan bernama Ayla Salsabila itu.
“Kalaupun kita benar-benar menikah, jangan harap aku akan memperlakukanmu seperti istri pada umumnya.”
Sekali lagi suara pria itu mengalung, mengingatkan Salsabila bahwa perjodohan yang telah dirancang para tetua sudah ditolak mentah-mentah oleh pria bernama Alan Putra Dirgantara.
Ya, namanya Alan. Lengkapnya Alan Putra Dirgantara. Siapa pun yang mendengar namanya pasti tahu siapa dia dan asal usul keluarganya.
Dia adalah salah satu jelmaan pria-pria yang digandrungi oleh banyak wanita. Tampan, berkharisma, berwibawa, penuh misterius dan tentu saja sukses. Semua yang didambakan oleh para wanita ada pada pria yang kini tengah duduk di depannya itu.
“Dan kenapa kau baru mengatakannya sekarang?”
Tidak ada ekspresi berarti yang Salsabila tunjukkan saat menjawab segala ucapan yang dilontarkan oleh Alan. Nada suaranya datar, begitupun dengan raut wajah yang ditunjukkan.
“Karena aku tidak ingin membawamu semakin jauh dalam hubungan tidak jelas ini,” jawab Alan kembali, tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Mendengar hal tersebut, amarah langsung mengambil alih perasaan Salsabila. “Dan kau pikir aku belum terlalu jauh masuk ke dalam hubungan ini, huh? Kenapa kau tidak menolaknya sejak awal dan malah menerima perjodohan ini seakan-akan kau tidak memiliki wanita lain.”
Ya, dua minggu yang lalu orang tua Alan dan wali Salsabila telah merancang pertemuan untuk membicarakan perjodohan antara dirinya dan Alan. Semuanya berjalan lancar, Alan sama sekali tidak menunjukkan penolakan, sedangkan Salsabila sendiri tidak punya kuasa untuk menolak.
Dan sekarang tiba-tiba pria itu mengutarakan bahwa ia memiliki wanita lain dan meminta Salsabila untuk membatalkan pernikahan? Apa pria itu sudah tidak waras?
Alan tergugu di tempatnya mendengar kalimat panjang sarat akan kemarahan yang dilontarkan oleh Salsabila. Kalau boleh jujur, Alan baru mengutarakan sekarang karena ia tidak ingin melukai lebih dalam perasaan Salsabila jika ia tahu kebenaran itu setelah pernikahan terjadi.
“Oleh karena itu aku memberitahumu kebenarannya. Aku mencintai wanita lain dan jika kau tidak suka silakan batalkan pernikahan ini!”
Salsabila menggeleng-gelengkan kepalanya. “Kau gila! Pernikahan 1 minggu lagi, undangan sudah disebar dan kita baru saja melakukan fitting gaun pernikahan. Dan kau pikir apa yang akan mereka katakan jika tiba-tiba aku mundur dari pernikahan ini?”
“Segala kerugian biar aku yang menanggung semuanya. Kau hanya perlu mengatakan bahwa pernikahan ini batal, kau bisa mencari alasan yang tepat untuk itu.”
“Ini tidak se-klise dalam pikiranmu, Alan!” suara Salsabila meninggi. “Orang-orang begitu antusias dengan pernikahan ini, dan jika tiba-tiba aku membatalkannya mereka pasti bersedih. Tidak ... aku tidak ingin melakukan itu.”
Alan tahu, akhir-akhir ini orang tuanya begitu bahagia, terlebih lagi ibunya. Mereka begitu antusias menyambut pernikahannya yang sudah lama dinantikan. Hanya saja, Alan tidak bisa membohongi hatinya terus menerus, dia tidak bisa berpura-pura lagi mencintai perempuan di hadapannya, karena sudah ada wanita lain pemilik hatinya.
“Tetapi—“
“Batalkan sendiri!” potong Salsabila dengan cepat. “Jika kau ingin pernikahan ini batal, bicara sendiri sama orang tuamu. Jangan mengorbankan aku!” putus Salsabila dengan nada final.
“Kau gila! Ibuku akan jantungan jika aku mundur dari pernikahan ini. Aku tidak mau menyakitinya dan membuatnya bersedih, jadi jangan harap aku yang melakukannya sendiri.”
Dasar pecundang!
“Dan kau kira bunda Fani juga tidak sedih jika tiba-tiba aku membatalkan pernikahan ini? Meskipun dia hanya waliku di panti asuhan, tetapi dia sudah seperti ibu kandung bagiku. Jadi sama sepertimu yang tidak ingin membuat ibumu bersedih, akupun seperti itu, melihat bunda Fani menangis adalah satu-satunya hal yang tidak akan aku lakukan.”