Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Kasih Sayang Terselubung: Istri Sang CEO Adalah Aku
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Dikejar Oleh Sang Miliarder
Mantanku yang Berhati Dingin Menuntut Pernikahan
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Jangan Main-Main Dengan Dia
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
“Ayo anak-anak, kerjakan soalnya. Ibu tunggu kalian sampai tiga puluh menit ke depan.”
“Iya, Bu!” seru para Murid.
Perempuan yang dipanggil ibu itu tersenyum lalu duduk di bangkunya. Mahika Nada nama perempuan itu. Ia mengambil sebuah penggaris yang bada di atas meja.
Hika berdiri dan berjalan menuju anak didiknya. Perempuan itu berjalan mengitari tiap meja. Mengawasi para murid agar menyelesaikan soal tanpa menyontek.
“Dimas, kerjakan soalnya. Bukan main ponsel terus,” tegur Hika seraya mengambil ponsel dari tangan Dimas. “Ibu pinjam dulu, nanti pulang sekolah ambil ke ruang Guru,” sambungnya.
Dimas yang merupakan siswa bandel itu hanya bisa diam. “Baik, Bu.”
Perempuan dengan balutan kemeja batik itu kembali mengawasi anak-anak didiknya. Hingga akhirnya tiga puluh menit telah berlalu. “Kalian kumpulkan di depan!” perintahnya.
“Baik, Bu.” Para murid mulai maju ke depan. Mengumpulkan lembar jawaban.
"Kalian boleh istirahat," ujar Hika.
"Baik, Bu.”
Para murid berbondong-bondong keluar dari kelas. Sementara Hika masih membereskan lembar jawaban dan buku paketnya. Setelah itu ia keluar dari kelas menuju ruang guru.
“Kenapa, Bu? Kayak lelah gitu,” tanya Oza.
Hika yang baru saja duduk di kursinya menoleh lalu tersenyum. “Enggak ada apa-apa, Pak.”
“Kirain,” ujar Oza. “Mau makan di kantin luar atau di kantin, Sayang?” tanyanya lirih.
“Mas!” tegur Hika tersentak kaget. “Ini masih di sekolah,” ujarnya mengingatkan.
“Enggak apa-apa lah. Ini di ruang Guru. Bukan di kelas. Lagian mereka juga udah pada tahu kalau kita pacaran,” ujar Oza dengan kerlingan mata.
Tidak ada sahutan dari Hika selain embusan napas kasar. Perempuan itu mengeluarkan dua kotak makan siang dari dalam tasnya lalu menyerahkan satu kepada Oza. “Aku tadi buatnya kelebihan."
Oza menerimanya dengan senang hati. “Enggak usah buat alasan. Mas tahu, kamu sengaja buat lebih.”
Hika mengulum senyum sambil menunduk. Mencoba menyembunyikan wajahnya yang merona. Namun, dengan cepat Oza menarik dagu lancip itu.
“Ehem! Ini masih di sekolah, Pak Oza, Bu Hika.” Seorang pria paruh baya yang merupakan kepala sekolah itu menegur.
Sontak Oza dan Hika segera menunduk lalu berkata, “Maaf, Pak.”
“Tidak apa-apa, tetapi jangan diulangi. Walaupun ini ruang Guru, tapi suka ada murid yang masuk.”
“Iya, Pak.”
Setelah mengatakan itu, Oza memilih kembali ke mejanya. Mereka makan terpisah dengan menu yang sama. Hingga tidak terasa, jam pelajaran kembali di mulai.
***
“Kamu pulang kapan?” tanya Oza kepada Hika.
Mereka bisa sedikit bebas karena para murid sudah lebih dahulu pulang. Hika yang tengah mengecek hasil ulangan anak-anak muridnya mendongak. “Aku nanti aja, ini tanggung.”
“Tapi ini udah sore, Sayang.”
“Enggak apa-apa. Ada Mang Dono yang keliling.”
“Aku khawatir, tapi enggak bisa nemenin kamu. Ada jadwal les,” ujar Oza penuh sesal.
Hika tersenyum lalu mengangguk. "Enggak apa-apa, Mas. Aku juga bentar lagi selesai.”
“Ya sudah. Aku pergi dulu, assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumussalam.”
Setelah Oza tidak terlihat, Hika kembali melanjutkan kegiatannya. Hingga tidak terasa langit jingga telah datang. Suara adzan magrib berkumandang.
Akhirnya Hika memilih melaksanakan salat magrib lebih dulu. Lalu kembali melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda. Waktu menunjukkan pukul tujuh malam.
Hika memilih untuk pulang. Ia akan memeriksa sisanya di rumah. Dengan mengendarai motor matic, Hika meninggalkan sekolah.
Saat akan membelokkan arah, tiba-tiba ada mobil menubruk motor Hika. Sontak, Hika yang tidak bisa menjaga keseimbangan terjatuh. “Kalau motor yang benar!” bentak seorang laki-laki yang turun dari mobil tersebut.
“Liat mobilku jadi penyok!” bentak Orion lagi.
“Kamu yang salah. Kenapa malah menyalahkan aku?” tanya Hika tidak terima.