Cinta yang Tersulut Kembali
Kasih Sayang Terselubung: Istri Sang CEO Adalah Aku
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Sang Pemuas
Terpesona oleh Istri Seribu Wajahku
Hamil dengan Mantan Bosku
Gairah Citra dan Kenikmatan
Perjalanan Menjadi Dewa
Hati Tak Terucap: Istri yang Bisu dan Terabaikan
Cerita dewasa
Tap! Tap! Tap!
Derap langkah kaki semakin terdengar kencang dan membuat Bella yang sedang mandi pun segera meraih handuknya. Ia belum terbiasa dan masih beradaptasi tinggal di rumah mertuanya.
"Siapa?" gumamnya agak takut.
Kaki kecilnya melangkah keluar dari bath up yang penuh dengan bunga mawar. Ia lalu berhenti di pintu kamar mandi. Dengan ragu ia putar pegangan pintu itu.
Ceklek!
"Ah, enggak ada siapa-siapa," katanya. Mata Bella berkeliaran melihat sekeliling kamarnya. Tidak ada tanda kehidupan di sana.
Ia pun kembali melepas handuknya dan melanjutkan aktivitasnya yang terganggu. Kali ini ia tidak berendam. Ia berdiri hingga air dari shower membasahi tubuhnya. Ia sangat menikmati rutinitasnya di pagi hari, setelah sang suami pergi ke kantor.
Setelah mandi, lalu ia menuju ke lemari. Ia memilih pakaian yang akan dikenakannya hari ini. "Aku harus terlihat selalu cantik. Chiko pasti akan sangat senang. Bagaimana pun kami 'kan masih pengantin baru. Hihi," gumam Bella sambil tersenyum.
Bella sangat bahagia dengan pernikahannya kemarin. Ia tak pernah menyangka jika akan menikahi Chiko yang selalu membencinya dari kecil.
"Jika bukan karena perjodohan ini, mungkin dia selamanya enggak akan pernah bisa aku miliki.”
Bella memang dijodohkan dengan Chiko karena masalah bisnis kedua orang tuanya. Bisnis properti menjadi salah satu bisnis yang menjamin kehidupan antara orang tua Bella dan Chiko.
Keluarga Bella punya uang, sedangkan keluarga Chiko punya tenaga ahli. Maka dari itu, Bella pun menyetujui kesepakatan untuk menikah agar bisnis itu bisa berkembang pesat.
“Apa pun akan kulakukan demi kedua orang tuaku. Ya, aku harus berbakti.” Bella duduk di kursi dan menatap cermin sambil menyisir rambut basahnya.
Selanjutnya ia memakai cream untuk melembapkan wajahnya. Kulit wajahnya yang memang sudah putih menjadi terlihat lebih cerah jika memakai cream itu. Bella memang paling pandai merawat diri.
“kalau aja Chiko lebih ramah dan lebih peka,” gerutunya sambil mengerucutkan bibir bak puncak piramida.
"Malam pertama aja ... dia enggak nyentuh aku. Payah! Tapi ... aku harap malam ini dia akan melakukan sesuatu. Hihi. Aku enggak boleh jadi istri yang mengecewakan." Lipstik merah dibubuhkan pada bibir tipis miliknya.
“Kamu memang cantik, Bella,” ucapnya penuh percaya diri.
Setelah itu, lalu ia keluar dan pergi ke ruang makan. Di sana hanya ada ibu mertua dan juga adik Chiko yang sedang sarapan.
"Selamat pagi semua ...," sapa Bella dengan senyum yang merekah.
"Pagi ... ayo sarapan, Sayang!" ajak Bu Hena, ibunya Chiko.
Bella mengangguk dan menggeser kursi. Ia melirik Criss yang sedang asyik menikmati makanannya. "Selamat pagi Criss, kayanya kamu sangat menikmati sarapanmu.”
Criss menatapku sinis. Ia bahkan tak berkata apa pun dan malah menyudahi makannya. Ia seolah terganggu oleh kehadiranku. Kemudian Criss pun pergi begitu saja.
"Kenapa anak itu? Apa aku salah bicara?" batin Bella merasa aneh dengan sikap adik suaminya.
Criss memang sangat berbeda dengan Chiko. Padahal wajahnya tidak kalah tampan dengan kakaknya. Akan tetapi, penampilan dan sikapnya yang sedikit urakan membuat ketampanannya seolah tidak terlihat.
Hena yang sadar dengan sikap anak bungsunya itu pun langsung mengalihkan perhatian menantunya.
"Ah, anak itu emang suka begitu. Jangan dipikirin! Ayo, dimakan!" Hena melempar senyum pada Bella. Ia menyimpan telur ceplok di atas piring menantunya.
Hena tidak ingin suasana pagi hari menjadi kacau dan sudah dirusak oleh sikap Criss yang kurang sopan kepada kakak iparnya.
"Ah, iya. Terima kasih, Ma."
Sepiring nasi goreng yang harum dengan telur ceplok di atasnya kini sudah tersaji di hadapan Bella.
“Aku enggak ngerti sama jalan pikiran anak itu. Nyebelin!” gerutunya dalam hati. Ia sangat membenci tingkah Criss yang tengil.