Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Tiga Ranjang Suamiku

Tiga Ranjang Suamiku

Celebes

5.0
Komentar
22.7K
Penayangan
121
Bab

Hidup Maya terlihat sempurna. Sebagai pengacara, dia berprestasi. Sebagai istri, dia memiliki suami penuh kasih. Tak hanya itu. Dia pun cantik. Hanya saja, semua runtuh ketika 12 tahun kebersamaan dikhianati sang suami yang tega berpoligami tanpa mengatakan apa pun padanya! Bahkan, Maya mendapati suaminya memiliki dua ranjang lainnya dengan para wanita yang sama sekali tidak dia duga. Lantas, bagaimana Maya mengungkap semuanya? Apakah Maya akan tetap mempertahankan pernikahannya atau ... pergi demi menjaga kewarasan? Ikuti perjuangan seorang wanita untuk mempertahankan hak, melawan tragedi, pengkhianatan, dalam, "Tiga Ranjang Suamiku."

Bab 1 Tugas Mendadak

"Tidak mungkin! Dia lelaki sempurna. Selama ini, pernikahan kami berjalan tanpa ada masalah. Suamiku ... tidak mungkin melakukan itu!"

"Sadarlah Maya. Terimalah keadaanmu saat ini!"

Pikiranku berbelit tidak karuan. Selama ini aku selalu percaya dengan lelaki yang memberikanku kehidupan layaknya seorang ratu dalam negeri dongeng. Tapi, kini aku menghadapi kenyataan pahit.

"Aku ... tidak percaya. Dia adalah ... argh!"

Dengan lemas aku duduk, menundukkan kepala. Berusaha mengingat jelas dua bulan kejadian sebelum aku menemukan tiga ranjang itu. Aku harus mengingatnya!

Saat itu, aku mendapati dirinya menghubungi seseorang.

"Mas, Farus!"

"Maya!"

Sampai di rumah, aku mendapati suamiku menghubungi seseorang di teras depan rumah. Dia sangat terkejut ketika aku menepuk pundaknya. Dia bergegas masuk ke dalam. Aku segera mengikutinya, menuju dapur untuk mengambil minuman. Pekerjaanku sebagai pengacara sangat melelahkan.

"Tadi siapa, Mas? Kok, mendadak ditutup?" tanyaku sangat penasaran.

"Selama satu minggu, aku harus bekerja di luar kota."

"Apa? Kenapa mendadak sekali?"

Dengan pelan Mas Farus mendekat ke arahku, refleks aku mundur pelan. Langkah mundurku terhenti saat aku berada di ujung tembok. Mas Farus terus melangkah sangat pelan, hingga wajahku dan wajahnya hanya berjarak satu senti saja. Aku dapat merasakan embusan napasnya, bahkan harum tubuhnya menusuk hidungku. Sangat kentara.

Kesempatan itu tidak dilewatkan sedikit pun olehnya. Mas Farus perlahan mengecup bibirku dengan lembut. Hanya beberapa detik saja kemudian melepasku.

"Jaga dirimu. Aku harus menemani para dokter magang. Jangan khawatir. Febri akan ikut denganku," ucapnya lembut tepat di telingaku kemudian bergegas masuk ke dalam kamar kami.

Entah apa yang ada di dalam pikiranku, saat suamiku yang sangat sempurna itu mencium bibir ini. Walaupun itu sangat cepat, aku selalu terhipnotis pesonanya. Tapi, ini sangat aneh. Tidak biasanya dia akan melakukan tugas selama itu. Selama dua belas tahun pernikahan, baru kali ini Mas Farus akan meninggalkanku selama ini.

"Dokter magangnya ... ada gadisnya tidak?" ucapku bercanda. Aku menyusulnya di dalam kamar. Oh Tuhan! Bagaimana bisa aku menolak tubuh kekar itu di hadapanku? Kedua mata ini dipenuhi pandangan ketampanannya. Farus Abraham adalah dokter spesialis kandungan tertampan yang pernah aku lihat.

"Ngapain sih, lihatin gitu?" ucapnya pelan sambil terkekeh.

"Aku gak nyangka ternyata suamiku sangat tampan. Hmm, pasti para dokter magang itu akan terpesona sama kamu, Mas."

"Ah, kamu berburuk sangka saja ama aku, Maya. Dengerin aku ya, kamu boleh merasa curiga sama aku. Tapi, Mas akan menjaga hubungan pernikahan kita dengan sangat baik. Lagi pula, aku kan sama Febri. Mana mungkin mau macam-macam."

Febri adalah adik kandung suamiku. Dia dokter spesialis penyakit dalam. Mereka berdua sangat pintar, dan bersekolah karena mendapat beasiswa. Hatiku masih cemas. Melepaskan suamiku seperti itu. Tapi, aku harus menerimanya. Ini pekerjaan penting untuknya.

"Kamu itu mikir apa sih?" Mas Farus mendadak memelukku. Rasanya sangat hangat. Aku memang tidak boleh berpikiran buruk.

"Mas mau pakai baju. Sudah, jangan mikir macam-macam," ucapnya sekali lagi meyakinkan aku. Dengan tersenyum aku memandangnya. Hingga lamunanku teralihkan pada getaran ponselnya.

"Mas, ada yang telefon," teriakku pelan.

Terburu-buru aku mengambil ponsel itu di saku jaket kesayangan Mas Farus. Aku segera melihat siapa yang menghubunginya malam-malam begini. Tidak ada nama, dan hanya nomor tidak dikenal. Entah kenapa, aku merasa tidak asing dengan dua nomor di belakang. Seperti nomor milik ...

"Maya!"

"Ah, Mas. Kamu ini mengejutkan aku saja."

Mas Farus merebut ponsel itu dari genggamanku. Dia sejenak memandang ponsel itu, kemudian menutupnya.

"Abaikan saja," ucapnya kemudian meletakkan ponsel itu kembali di saku jaketnya. Mendadak, dia menarikku ke ranjang. Memandangku dengan tersenyum tampan.

"Sebelum pergi, aku mau jatah," bisiknya. Kemudian dia menjamah seluruh tubuhku. Malam terjadi sangat panas. Kami berdua akhirnya terlelap setelah melampiaskan hasrat masing-masing.

**

Pagi datang dengan cepat. Seperti biasanya, aku menyiapkan sarapan. Kedua anak kembar kami bernama Ema dan Ana, selalu saja bersemangat tiap hari. Mereka duduk di bangku SMP.

"Kalian jaga Bunda, ya. Ayah akan pergi satu minggu," ucap Mas Farus. Dia berdiri, mengecup kening kedua anakku yang hanya terdiam menatapnya.

"Ke mana, Yah?" tanya Ema kembar pertama. "Tidak biasanya Ayah pergi selama itu," lanjutnya sambil melirikku.

"Sudahlah, itu adalah pekerjaan penting Ayah kalian. Lagi pula, Ayah pergi dengan Paman Febri. Ayo, segera habiskan sarapan kalian. Nanti kalian terlambat," balasku sambil tersenyum.

"Ucapan ibumu benar. Kalian, belajar yang rajin. Baiklah, Ayah pergi dulu," balas Mas Farus, kemudian memeluk anaknya satu persatu.

Kami melepas kepergian Mas Farus dengan cemas. Ah, apa yang aku pikirkan. Selama ini pernikahan kami baik-baik saja. Bahkan, nyaris sempurna. Tidak perlu mencemaskan apa pun.

"Bunda, kami pergi." Ana memelukku, bergantian dengan Ema. Mereka menuju mobil penjemput. Dengan memaksa senyuman, mereka melambai kepadaku. Aku paham. Mereka pasti juga merasakan hal yang sama denganku.

"Maya!"

Seseorang memanggilku dari luar pagar rumah, keluar dari taxi. Dia berlari menghampiriku. Tentu saja dia Melisa. Sahabatku yang baru saja datang dari Singapura. Aku sangat merindukannya. Dia selalu bersamaku sejak sekolah.

"Ah, kau datang?" ucapku terkejut.

"Kau bercanda, kan?" balasnya sambil menggelengkan kepala. "Seperti melihat hantu saja. Hei, aku ini memang datang," lanjutnya sambil bersedekap.

"Hahaha. Apa wajahku terlihat bercanda? Tentu saja aku terkejut. Sudah lama sekali kau tidak mengunjungiku. Ayo, masuk."

Kami masih saling melempar senyuman. Melisa tidak hentinya menatap semua sudut rumahku. Padahal, dia sangat kaya. Keluarganya pengusaha sukses.

"Rumahmu lebih bagus. Ngapain lihat gitu?" ucapku sambil menyodorkan secangkir teh hangat yang sudah disiapkan di atas meja oleh Mbok Sri. Pelayan yang sudah bekerja di rumahku sejak kembar lahir.

"Kamu beruntung. Suamimu tampan, rumahmu bagus, punya anak kembar. Apalagi ... kau sangat hebat. Pengacara sukses dan berprestasi."

"Untuk apa memuji aku. Kau sendiri, kapan menikah?" balasku sambil menepuk pundak kanannya.

"Aku sudah meni--"

PRANG!

Suara nyaring datang di ruang kerja Mas Farus. Aku segera ke sana. Apa yang terjadi? Semoga saja tidak ada hal serius.

"Mbok, kenapa?" tanyaku sambil melotot. Mbok ternyata memecahkan vas bunga. Hah, untung saja dia tidak terluka. Aku segera membantunya. Tapi, apa itu? Selembar foto seorang wanita muda di bawah meja. Dengan cepat aku mengambilnya. Aku tidak percaya. Kenapa gambar wanita muda dengan busana seksi bisa ada di selipan buku Mas Farus?

"Tidak seharusnya seorang dokter berpakaian terbuka seperti itu. Ih, menyebalkan," sela Melisa. Dia merebut foto itu dan menatapnya sambil menggeleng.

"Itu mungkin pegawai magang. Lihatlah. Di atas ada nama dan keterangannya," balasku. Sebenarnya hatiku benar-benar tidak karuan. Sumpah! Aku sangat terkejut. Tapi, tidak mungkin aku membuka aib suamiku. Siapa tahu, ini hanya kebetulan saja.

"Melisa, kau tadi mau mengatakan apa? Hmm, aku mendengar kau akan mengatakan sesuatu." Aku merebut foto itu dan memasukkannya ke kantong kemejaku. Aku berusaha mengalihkan perhatian Melisa.

"Ah, yang tadi?" ucapnya sedikit tertawa.

"Iya, aku sebenarnya sudah meni--"

Suara ponselku membuat Melisa tidak menyelesaikan perkataannya lagi. Aku tersenyum, dan segera mengangkatnya. Hatiku benar-benar lega. Febri menghubungiku. Pasti dia akan mengatakan keadaan Mas Farus. Aku harus segera mengangkatnya.

"Febri, bagaimana kabar Mas Farus? Apa kalian sudah sampai?" tanyaku dengan bersemangat.

"Mbak, aku mau memberikan titipan Ibu. Minuman kesehatan yang biasa Ibu racik sendiri. Mbak ada di rumah, kan?"

Aku semakin bingung. Bukankah seharusnya Febri bersama Mas Farus? Tapi, kenapa dia malah akan ke rumah?

"Loh, kamu tidak sama Mas Farus?" tanyaku memastikan.

"Hari ini aku ambil cuti, Mbak. Aku segera antar ke rumah ya, Mbak?"

"Febri, tunggu!" Aku mencegah Febri menutup ponsel. Aku semakin tidak mengerti. Ada apa ini?

"Feb, kamu tidak menemani dokter magang bersama Mas Farus?" tanyaku sekali lagi. Hatiku benar-benar sangat berdebar.

"Apa? Tidak ada tugas seperti itu, Mbak. Sudah ya, Mbak. Aku pergi dulu."

Deg!

'Jadi ... sebenarnya ke mana Mas Farus? Apakah dia berbohong?'

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Celebes

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Tiga Ranjang Suamiku
1

Bab 1 Tugas Mendadak

11/07/2023

2

Bab 2 Mencari Tahu Semuanya

11/07/2023

3

Bab 3 Tidak Mendapat Petunjuk

11/07/2023

4

Bab 4 Salah Sasaran

11/07/2023

5

Bab 5 Menemukan Sesuatu

11/07/2023

6

Bab 6 Apakah Memang Dia

11/07/2023

7

Bab 7 Ada Yang Disembunyikan

11/07/2023

8

Bab 8 Kabar Mengejutkan

11/07/2023

9

Bab 9 Pandangan Lain Dari Biasanya

11/07/2023

10

Bab 10 Semakin Tidak Percaya

11/07/2023

11

Bab 11 Sudah Pasti Ada Kekeliruan

13/07/2023

12

Bab 12 Memang Ada Hal Tidak Baik

13/07/2023

13

Bab 13 Isi Ponsel Suamiku

13/07/2023

14

Bab 14 Akhirnya Terjadi

13/07/2023

15

Bab 15 Siapa Ranjang Ketiga

13/07/2023

16

Bab 16 Masih Berusaha Menyimpan Rahasia

13/07/2023

17

Bab 17 Ranjang Ketiga

13/07/2023

18

Bab 18 Drama Yang Terungkap

13/07/2023

19

Bab 19 Bertemu Melisa

13/07/2023

20

Bab 20 Semakin Mencoba Waras

13/07/2023

21

Bab 21 Waktunya Membalas

13/07/2023

22

Bab 22 Kejutan Lain

15/07/2023

23

Bab 23 Ingin Mengakhiri Hidup

15/07/2023

24

Bab 24 Jebakan Mendadak

15/07/2023

25

Bab 25 Saran Ema

15/07/2023

26

Bab 26 Dokumen Pemecatan

15/07/2023

27

Bab 27 Mulai Membalas

15/07/2023

28

Bab 28 Berusaha Mendominasi

15/07/2023

29

Bab 29 Ingin Sekali Menyerah

15/07/2023

30

Bab 30 Tinggal Satu Atap

15/07/2023

31

Bab 31 Persaingan

15/07/2023

32

Bab 32 Saling Membalas

22/07/2023

33

Bab 33 Berusaha Tetap Tenang

22/07/2023

34

Bab 34 Tidak Terduga

22/07/2023

35

Bab 35 Mempermalukan

22/07/2023

36

Bab 36 Ciuman Adik Ipar

22/07/2023

37

Bab 37 Ternyata Mengikuti

22/07/2023

38

Bab 38 Menjadi Pahlawan

22/07/2023

39

Bab 39 Pesan Melisa

22/07/2023

40

Bab 40 Terbongkar

22/07/2023