Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Cinta Tuan Muda Mars

Cinta Tuan Muda Mars

Yoelfu

5.0
Komentar
211
Penayangan
9
Bab

Mars Anderson jatuh cinta dengan seorang gadis bernama Venus Wiley hanya karena gadis itu adalah satu-satunya orang yang sanggup menyelamatkannya ketika dia terbaring sakit di rumah sakit. Untuk mendapatkan Venus, Mars harus menyelidikinya selama satu bulan sebelum pada akhirnya dia meminta orang-orangnya untuk menjemput paksa gadis itu. Setelah pernikahan dan pesta besar-besaran itu dilakukan tak disangka sisi lain dari kehidupan Venus terungkap. Mulai dari Venus yang dianggap pewaris dari perusahaan besar VN Group, Sampai mereka memaksa Mars dan Venus untuk berpisah. Bagaimana Mars mempertahankan Venus di dalam kehidupannya?

Bab 1 Permintaan Tak Masuk Akal

"Dapatkan dia untukku!"

Sebuah perintah terlontar dari bibir seorang lelaki berperawakan tinggi. Wajahnya tampan bak Dewa Yunani, rahangnya tegas seperti pahatan seniman terkemuka, dan tatapan matanya tajam seperti mata elang. Suaranya terdengar dingin dan berat seolah segala macam ucapan yang keluar dari mulutnya pantang untuk ditolak atau diabaikan.

Meneguk segelas wine dengan sekali teguk, lelaki itu berbalik dan menatap satu per satu orang-orang yang sedang berdiri dengan patuh di tengah ruangan. Meletakkan gelas di atas meja kerjanya, lelaki itu kemudian melangkah untuk mendekati orang-orangnya.

"Sudah waktunya aku mendapatkannya. Malam ini, segera jemput dia dan bawa dia ke hadapanku!" lelaki itu menatap satu per satu, tiga lelaki kepercayaannya dengan mengeluarkan aura intimidasi yang dimilikinya. Biasanya, dia tak pernah mengulur waktu begitu panjang untuk dirinya mendapatkan sesuatu. Tapi untuk kali ini lelaki itu harus benar-benar menunggu. Meskipun kesabarannya setipis benang, tapi dia tak memiliki pilihan lain.

"Baik, Tuan." Persetujuan itu menandakan jika segala perintah yang ditetapkan oleh Mars Anderson harus segera dilakukan. Waktu mereka tidak banyak. Untuk sampai malam tiba, hanya membutuhkan waktu beberapa jam saja. Semua memang sudah dipersiapkan. Hanya saja untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan buruk, mereka harus segera bergegas. Selama satu bulan ini pengintaian sudah dilakukan. Dan tentu saja akan memudahkan pekerjaan mereka.

Terlebih lagi, Mars, benar-benar sudah tidak sabar untuk mendapatkannya. Bagaimanapun caranya, jika Mars sudah mengatakan hari ini, maka hari ini harus didapatkan. Itulah ketentuannya tak peduli sesulit apa pun itu.

Kembali ke kursi kebesarannya setelah orang-orangnya pergi dari ruangan besar miliknya, Mars kembali membaca tentang informasi pribadi dari seorang perempuan bernama Venus Wiley. Entah sudah berapa kali dia membaca informasi itu, bahkan dia merasa sudah menghafalnya di luar kepala. Tapi tetap saja, dia terus meneliti lagi dan lagi siapa tahu ada sesuatu terselip di sana yang tidak diketahuinya.

Venus!

Nama itu sudah menjadi nama favorit bagi Mars akhir-akhir ini. Dia belum pernah bertemu dengan gadis itu, tapi dia merasa ikatan di antara dirinya dan gadis itu begitu kuat. Jika malam ini anak buahnya bekerja dengan benar, maka dia akan bertemu dengan gadis itu. Ah... dia menjadi tak sabar.

"Tuan Mars!" ketukan pintu ruang kerjanya terdengar. Melihat jam yang terpasang di dinding kamarnya, waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Sepertinya, orang-orangnya sudah mendapatkan apa yang diinginkan. Segera membukakan pintu ruangannya, dia mendapati dua anak buahnya sudah berdiri di depan ruang pribadinya. "Nona Venus sudah ada di bawah, Tuan."

Tidak ada yang lebih melegakan dibandingkan dengan mendengar jika Venus sudah ada di dalam rumahnya. Datang untuknya. Sepertinya, malam ini akan menjadi malam bersejarah bagi lelaki itu. Sejalan dengan langkah kakinya, Mars merasa jantungnya berdetak tak karuan. Dari atas tangga, Mars bisa melihat seorang gadis duduk dengan tenang. Gadis itu memunggungi dirinya dan Mars tak bisa melihat wajahnya.

Jika dilihat dari belakang, rambut gadis itu terurai indah. Surai hitam itu benar-benar berkilau. Punggungnya kecil dan entah kenapa itu terlihat sangat sexy di mata Mars. Sejenak, Mars berhenti dan memperhatikan dengan seksama punggung gadis itu. Namun, setelahnya dia segera menemui Venus.

***

Venus mencoba untuk menatap sekelilingnya. Berada di rumah mewah nan asing baginya, membuat gadis itu merasa sedikit ketakutan. Sejak tadi dia mencoba untuk menekan ketakutannya sendiri tapi entah kenapa perasaan itu terus saja menderanya ketika kepalanya memikirkan beberapa kemungkinan yang akan terjadi.

Dia dikelilingi beberapa penjaga berbadan kekar dengan pakaian hitam. Wajah mereka tegang bak anggota militer. Venus mengutuk dirinya sendiri ketika dia mengingat kebodohannya ikut bersama dengan mereka. Seharusnya dia bisa menolak dengan kuat permintaan mereka dan kemudian melarikan diri. Bersembunyi ke tempat yang aman agar tidak ditemukan.

'Bodoh, kamu tidak akan bisa melakukannya. Mereka berlima dan kamu sendiri.' Batin Venus mengingatkan pemberontakan di dalam dirinya sendiri. Yang ada di dalam kepalanya ketika dia terjebak adalah dia perlu ikut dengan sukarela atau dia akan mati mengenaskan. Namun, kebodohan yang dilakukannya membuatnya kesulitan sekarang.

Suara langkah kaki terdengar dari arah belakangnya. Venus merasa jantungnya tak lagi bisa diajak kompromi. Ketakutan itu terdengar lebih jelas di telinganya. Kedua tangannya saling meremas dan punggungnya terasa tegang. Seorang lelaki pada akhirnya muncul dihadapannya seperti gerakan slow motion. Wajahnya tampan, bibirnya tertutup rapat tanpa senyum tersemat di sana. Terlihat betapa lelaki itu adalah lelaki bengis atau bahkan pembunuh berdarah dingin.

'Tuhan! Selamatkan aku!' batinnya berteriak.

"Selamat malam, Venus!" sapanya dengan suara berat yang dimilikinya.

"Selamat malam."

Berada di tempat asing dengan orang-orang tak dikenal di dalamnya, membuat Venus merasa seperti akan dihukum mati. Apalagi ketika dia merasa jika dia tak pernah melakukan kesalahan dengan orang-orang ini sebelumnya, perasaan untuk segera menyelesaikan apa saja yang menjadikan dirinya terdampar di tempat ini bisa segera terselesaikan.

"Saya tahu kamu merasa kebingungan dengan semua ini." Mars mengawali percakapan. Venus tidak berani benar-benar menatap ke arah mata Mars karena lelaki itu seolah ingin mengulitinya. Tatapannya begitu tajam dengan bola matanya berwarna coklat gelap. Venus akui dia tak pernah melihat lelaki setampan itu.

"Ada beberapa hal yang perlu saya sampaikan kepadamu," lanjutnya lagi. Venus mendengarkan suara lelaki itu dengan khidmat seolah tak boleh ada satu pun yang terlewatkan.

"Kamu bisa menatap mata saya?" ketika Mars berbicara, dia lebih suka lawan bicaranya menatap ke arah matanya secara langsung. Itu menandakan jika ucapannya benar-benar diperhatikan. Maka, dengan instruksi tersebut, Venus melakukan apa yang diperintahkan kepadanya.

Meskipun Venus merasa kagum dengan tampang lelaki itu tapi dia tak boleh memperlihatkannya. Dia tahu ada banyak sekali lelaki tampan di dunia ini. Tapi, lelaki di depannya itu begitu sangat menawan. Tidak! Dia datang ke tempat itu bukan untuk memberikan penilaian kepada Lelaki itu.

"Venus Wiley, kamu harus menikah denganku." Seperti mendapatkan tusukan tajam di dalam jantungnya, Venus melebarkan matanya karena ucapan tiba-tiba yang dilontarkan Mars terdengar mengerikan dan sangat tidak masuk akal. Tanpa basa-basi sama sekali, lelaki itu seolah melemparkan bom atom kepadanya.

"Apa yang Anda maksud?" Venus pada akhirnya menjawab. "Anda membicarakan pernikahan dengan saya?" dia memang pada awalnya merasa takut dengan Mars. Tapi, dia tak boleh hanya memasrahkan diri pada 'ketidakadilan' yang diberikan kepadanya. "Maaf, Tuan. Tapi saya rasa Anda salah orang. Saya bahkan tidak mengenal Anda. Saya tidak tahu nama Anda. Bagaimana bisa Anda tiba-tiba membicarakan tentang pernikahan? Lucu sekali." Gadis itu bahkan harus sedikit melirik di sekitarnya untuk memastikan jika dia tidak sedang dikerjai. Ya, siapa tahu ada kamera tersembunyi, bukan?

Mars menyeringai kecil mendengar bantahan Venus. Suara gadis itu terdengar lembut namun mengandung ketegasan yang luar biasa. "Tentu saja kamu akan segera mengetahui dan mengenal tentangku." Mars kembali bersuara, "Aku akan menjelaskan siapa diriku dan kenapa kita harus menikah." Venus tidak tahu laki-laki macam apa yang akan menikahi seorang gadis dengan cara 'menculiknya' seperti ini. Gila, ini benar-benar gila!

***

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku