Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Seorang security membuka akses gerbang utama mansion setelah mendengar suara klakson mobil yang ia kenali. Mobil Mercedez Benz hitam mengkilat itu memasuki garansi yang terletak di ujung halaman mansion.
Pria berjas hitam keluar dari mobil itu, badan tegap dan gagahnya semakin menambah kesan menawan.
"Nyonya Isabella tidak mau makan, Tuan," pria berseragam security itu memberitahu Alex, Tuan rumah yang kaya raya sekaligus pebisnis sukses.
Alis hitam tebal itu mengkerut heran. "Kenapa tidak mau makan?" Ia melanjutkan dalam hatinya, Selalu saja membuatku jengah. Dasar istri tidak berguna!
"Nyonya Isabella menunggu Tuan pulang. Bahkan, bubur yang di siapkan pembantu sejak pagi tadi belum di makan sama sekali," ucapnya lagi.
Alex mempercepat langkahnya, memasuki lift dan menekan tombol lantai dua, dimana itu adalah letak kamar istrinya.
Di dalam lift, ponsel Alex bergetar. Ia mengambil ponsel berlogo apel dari saku celananya.
Sebuah pesan dari Samantha.
(Maaf mengganggumu. Bolehkah aku meminjam uang 900 dollar saja?)
Alex menarik nafasnya dalam-dalam. Bukan hal biasa lagi jika Samantha sering meminjam uang dengan dirinya. Samantha adalah karyawan magang di posisi admin logistik. Ia merekrut Samantha karena setelah lulus kuliah, perempuan itu sulit mendapatkan pekerjaan.
"Dia saja belum mengembalikan uangku. Huh, baiklah, jika saja bukan karena aku menyukaimu, aku tidak akan memberikan uangku sebagai pinjaman dengan semudah itu," Alex menekan aplikasi mobile banking dan mentransfer uang 900 dolar ke rekening Samantha.
Tiba di lantai dua, Alex menuju ke kamar, pintu yang setengah terbuka. Ia bisa melihat Isabella berbaring di ranjang.
"Sayang, kau pulang?" Suara lemah Isabella menyapa Alex saat langkah sepatu terdengar mendekat.
Alex mengambil bubur di atas meja nakas. "Waktunya makan. Habiskan ini. Pentingkan saja kesehatanmu," ucap Alex cuek, ia mengambil sesendok bubur mendekatkannya di bibir Isabella.
"Kenapa pulangmu lama?" Isabella bertanya penasaran, semenjak 2 Minggu ini, suaminya sering pulang larut malam. Pikirannya tidak bisa tenang, selalu tertuju pada Alex.
'Aku harus berbagi waktu dengan istri keduaku. Yang benar saja aku terlalu lama dengamu, Isabella. Aku juga perlu bersenang-senang,' jawab Alex dalam pikirannya. Meskipun ia juga mencintai Isabella, waktu berfoya-foya bahagia juga ia butuhkan daripada terhanyut dalam kesedihan meratapi Isabella yang sulit untuk pulih kembali.
Isabella demam sudah satu Minggu lamanya ini. Isabella tidak mau berobat ke dokter, ia ingin di rawat oleh Alex hingga sembuh. Tapi Alex seperti malas merawatnya. .
Karena keberadaan Alex, Isabella tersenyum dan menerima suapan bubur dari Alex.
"Apa ini bubur tadi pagi?" Tanya Alex tanpa menatap wajah Isabella, ia fokus mengaduk bubur lembut itu. Wajah sayu dan pucat, membuatnya tidak tertarik sama sekali. Kecantikan Isabella tidak terpancar seperti biasanya.
Isabella mengangguk lesu. "Rachel tidak mengganti bubur baru. Dia tadi berpamitan padaku ingin menjenguk anaknya di desa."
Bibir Alex mendengus, yang benar saja bubur tadi pagi. Alex merasakan aromanya sudah tidak enak, basi.
"Aku buatkan bubur yang baru. Ini sudah basi," Alex keluar kamar, ia pergi ke dapur dan membuat bubur yang baru.
Di kamar, Isabella meneteskan air matanya. Ia menangis karena sikap Alex yang semakin dingin.
"Seharusnya kau tau itu bubur basi dan tidak menyuapkannya padaku. Aku mengerti kau sudah mengetahuinya sayang," suara Isabella berbisik lemah. Sama saja Alex ingin memperburuk pencernaannya dengan makanan yang basi.
***
Di kafe elit, Samantha duduk bersama teman-temannya.