Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Sang Pemuas
Gairah Sang Majikan
Hidup di kalangan keluarga biasa tak membuat seorang pemuda berumur 20 tahun yang bernama Sota segera berubah. Internet telah melenakannya. Setiap hari hanya medsos yang dihadapi. Rayuan demi rayuan dia lancarkan. Tapi tiada perubahan bagi Laila, perempuan yang selama ini menjadi incaran.
Kursi panjang di ruang tamu tempat biasa Sota berbaring. Rumah ukuran sedang tempat bernaung setiap hari. Tak ada keinginan untuk keluar rumah. Artisa, sang ibu mengkhawatirkan masa depan anak bungsunya. Tak bosan setiap hari peringatan selalu dia utarakan.
"Sota, daripada kamu main medsos saja lebih baik kau ikut jejak kakakmu. Bekerja dan mencari uang," kata Artisa.
"Ibu mengganggu saja. Tunggu aku jadian dengan Laila," kata Sota dengan penuh kekesalan. Wajah sang ibu tak dilirik sedikit pun.
"Ta, kalau kau bekerja nanti Laila akan takluk sendiri."
"Ibu mana mengerti. Jika mengandalkan harta aku akan kalah saing. Hanya dengan cara ini aku bisa memiliki Laila."
"Apakah kau berhasil? Tidak kan. Makanya bekerja dulu baru mengincar Laila."
Omelan demi omelan keluar dari mulut Artisa. Tak tahan dengan itu Sota mengeraskan suara di gawainya. Suara ibu kini telah tak terdengar lagi. Jengkel tak diperhatikan anaknya, Artisa melepas earphone yang tertempel di telinga Sota.
"Sota, kamu tadi dengar tidak," kata Artisa agak keras.
"Iya, Bu." Beranjak Sota dari tempat rebahan. Kamar tidur menjadi tujuannya. Pintu kamar ditutup dengan keras, bentuk kekesalan terhadap sang ibu. Terkunci pintu dari dalam kamar tempat Sota berdiam diri.
Kelakukan Sota hanya bisa membuat Artisa geleng-geleng kepala. Tak mau ambil pusing lagi, Artisa melangkah keluar rumah.
Warung makan Mampiro tempat tujuan Artisa. Pintu belakang tempat biasa dia masuk. Seorang lelaki muda dia datangi. Ikan yang ada di wajan terdekat tergoreng sudah.
"Bu, Sota bagaimana?" tanya pemuda yang bernama Apis, dia kakak ipar Sota.
"Seperti biasa, tetap ingin mengincar Laila," jawab Artisa.
"Dasar Sota, mentang-mentang keluarganya baru mapan seenaknya sendiri. Apa Ibu sudah rayu Sota?" tanyanya lagi.
"Aku sudah bosan merayunya. Ayah dan istrimu saja tak sanggup mengatasi sifat malasnya."
"Sabar Bu, mungkin suatu hari nanti dia akan sadar sendiri."
Warung tempat mencari nafkah mulai ramai. Segenap anggota keluarga bekerja sesuai dengan porsi mereka masing-masing. Artisa mengecek bahan baku. Ketika persediaan telah menitip Artisa baru keluar untuk berbelanja.
Kian malam hari warung kian sepi. Para pelanggan telah pulang ke rumah masing-masing.
Artisa kembali lagi ke rumah. Sebungkus makanan dia bawa untuk Sota.
"Bu, aku sudah lapar. Ibu lama sekali pulang," keluh Sota.
"Kenapa kamu tidak buat mie instan atau goreng telur?" tanya sang ayah, Garu.