Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Alex POV
"Kau terlambat lagi, Al. Apakah bos mu itu tidak memberikan karyawannya waktu untuk bersenang - senang?", Samuel menyambut kedatanganku.
Aku baru saja lepas dari jeratan lembur yang membosankan dari pemilik perusahaan tempatku bekerja. Dan aku langsung menuju V-Night Club untuk sedikit melepaskan penat bersama sahabat - sahabatku.
"Aku sudah bosan bekerja dengan laki - laki tua bangka itu. Kalau saja bukan karena dia teman almarhum kakekku, tentu aku sudah menghancurkan ruang kerjanya itu sejak dulu...", sungutku kesal. Samuel dan yang lain serempak tertawa.
"Sudahlah, lebih baik kau minum ini...", Fabio menyerahkan segelas tequila . Aku mengambilnya dan langsung meneguknya dalam sekali tegukan.
"Malam ini, banyak gadis - gadis cantik yang bisa memuaskanmu, yah paling tidak menghilangkan kesalmu itu, Al!", William mengedarkan pandangannya, "Lihat disana!!!", ia berseru sambil menunjuk kearah segerombolan gadis
(eh, entahlah mereka masih gadis atau tidak. Mungkin tidak? hahaha. Mana ada seorang gadis yang masih benar - benar "gadis" di club seperti ini di jam segini).
Aku menyeringai.
"Matamu selalu tajam jika berurusan dengan wanita, Will!!", William tertawa yang tanpa menunggu aba -aba sudah berjalan menuju gerombolan wanita muda itu dan mendekati salah satunya.
"Kau tidak kesana, Al?", Jonathan menepuk pundakku karena melihatku masih setia di kursiku. Aku tertawa dan menonjok pundaknya.
"Kau sendiri? Setahuku, selama kita berkumpul, kau bahkan tidak berani mendekati salah satunya. Apa kau tidak ingin menikmati "milik" mereka?", Jonathan tertawa dan menggeleng.
"Kalian saja. Aku tidak berminat", aku tertawa.
Alex. Siapa yang tidak mengenal Alexander Craigh, cucu pemilik Perusahaan Telekomunikasi terkemuka di New York, Fransiscus Craigh. Tapi, meskipun kakekku seorang pengusaha, Frans, begitu aku memanggil kakekku, selalu mengajarkan aku untuk memulai usahanya dari nol. Dan meskipun aku akan menjadi seorang penerus usaha kakekku, Frans memintaku untuk mempelajari semua trik dan langkahnya sendiri. Begitulah kini setelah ia meninggal.
Meskipun aku bekerja keras, tapi aku sangat menikmati hidupku. Aku selalu saja menghabiskan malamku dengan bersenang-senang bersama wanita - wanita yang bisa menemani tidurku dalam satu malam. Bersama teman - teman, Fabio, William, Samuel dan Jonathan, aku selalu berganti - ganti pasangan tiap malamnya. Kecuali Jonathan tentunya. Karena entah kenapa, temanku yang satu itu sampai hari ini bahkan dengan hebat mempertahankan keperjakaannya. Kami berempat bahkan sudah sepakat akan menjebaknya untuk memecahkan keperjakaan itu.
"Hai, tampan...", seorang gadis cantik berdada montok menghampiriku. Aku menyeringai. Jelas, dia tertarik padaku, "Kau mau bersenang-senang denganku?", ucapnya sambil bergelenjot manja di punggungku.
"Tidak, terima kasih. Sudah berapa kali "milikmu" dimasuki hah? Aku tidak ingin mencicipimu!", aku melepaskan tangannya dengan paksa. Wanita itu mendengus kesal lalu berlalu meninggalkanku. Jonathan menahan tawanya.