Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Anton mencoba untuk menghubungi Clarissa. Namun ponselnya sampai sekarang belum bisa untuk dihubungi. Dia berusaha untuk menghubunginya berulang kali. Tapi tetap saja dalam nada tulalit.
Anton mencoba untuk menghubungi Isabella. Kemudian sambungan mulai terhubung.
"Halo!”
"Halo Isabella.”
“ Ada apa ya, Kak?”
“ Kenapa ponsel Kakak kamu tidak bisa dihubungi? "Tanya Anton.
“Isabella juga tidak tahu, Kak. Karena Isabella sekarang sedang ada di kota lain.” jawab Isabella dari sambungan telepon.
"Oh ya sudah kalau begitu Isabella. Maaf kak Anton mengganggu waktu kamu. Karena sampai sekarang kakak kamu sangat sulit sekali untuk dihubungi. Ini sudah hampir seminggu lebih Kakak kamu tidak ada kabar sama sekali. " kata Anton.
"Mungkin saja Kakak sedang sibuk. Nanti Isabela bantu telepon ke Kakak deh. "Kata Isabella dalam sambungan telepon.
"Ya sudah terima kasih Isabella. Selamat malam. "Kata Anton mengakhiri teleponnya.
Kemudian sambungan telepon itu pun sudah terputus seketika. Lalu Anton pun berpikir untuk menemui Clarissa di Kota Semarang. Dia ingin sekali bertemu dengan Clarissa karena hingga sekarang tidak ada kabar sama sekali.
Mendadak ponsel Anton mulai berdering. Sebuah pesan pendek terlihat jelas di layar ponselnya. Pesan pendek itu dari Clarissa. Lalu dia segera untuk membaca pesan itu.
Pesan pendek dari Clarissa : Anton, Aku ingin sekali bertemu dengan kamu minggu depan. Apakah kamu ada waktu untukku datang ke kota Semarang?
Kemudian Anton pun membalas pesan chat dari Clarissa: Baiklah aku akan segera datang minggu depan tepat di hari Minggu.
Kemudian Anton pun berinisiatif untuk menelepon Clarissa tapi panggilannya malah ditolak. Lalu Anton pun mengirim pesan kembali.
Pesan chat Anton: Clarissa Kenapa kamu menolak teleponku? Apa yang sebenarnya terjadi kepadamu?
Clarissa mulai menjawab pesan chat dari Anton: Maafkan aku Anton. Karena aku sedang sibuk untuk mengurus sesuatu jadi aku tidak bisa untuk mengangkat teleponmu. Lebih baik kita bertemu minggu depan.
Anton merasa sedikit aneh dengan pesan yang disampaikan oleh Clarissa. Dia merasa sangat aneh sekali dengan pesan tersebut. Bahkan dia merasa ada sesuatu yang sangat janggal yang terjadi pada Clarissa akhir-akhir ini.
Sepuluh menit kemudian Anton mencoba untuk menghubungi Clarissa kembali tapi ponselnya malah tidak aktif. Dia merasa sangat aneh sekali. Bahkan dia berniat untuk segera pergi ke Semarang menemui Clarissa.
Anton sudah membooking tiket kereta api menuju ke Semarang besok Senin. Dia tidak ingin menunda-nunda keberangkatannya. Bahkan dia melakukan cuti di kantornya secara dadakan
Keesokan harinya Anton pun segera untuk pergi ke stasiun kereta api. Dia sudah siap untuk menuju dari Jakarta ke Semarang. Dia ingin sekali untuk menemui Clarissa karena dia juga sudah lama tidak bertemu dengan Clarissa dan keluarganya.
Anton sudah naik di gerbong kereta api. Dia akan menjalani perjalanan selama beberapa jam menuju ke kota Semarang. Ia sangat penasaran sekali dengan apa yang terjadi sebenarnya terhadap Clarissa akhir-akhir ini.
Perjalanan begitu sangat jauh sekali menuju dari stasiun tempat Anton berhenti menuju ke rumah keluarga Clarissa. Firasatnya begitu sangat buruk sekali mengenai Clarissa. Rasa was-was telah dia alami.
Sepanjang perjalanan dia selalu saja memikirkan tentang Clarissa. Dia merasa ada sesuatu yang aneh mengenai Clarissa.
*
Kehidupan tidak akan pernah selamanya indah untuk siapa saja yang mengalaminya hal itu yang telah dirasakan oleh Luna. Dia selalu saja mendapatkan penekanan dari keluarganya. Bahkan dia selalu saja untuk dibeda-bedakan dengan kakaknya.
“Dasar anak tidak berguna! "Kata seorang ayahnya terhadap Luna. Karena Luna tidak memiliki karir yang cukup baik dibandingkan dengan kakaknya. Dia hanya bekerja di sebuah kedai kopi kecil sebagai barista. Sementara kakaknya bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Nirina menatap wajah Luna. Dia seolah merasa dirinya yang terhebat dibandingkan Luna. Dia memiliki jabatan yang cukup tinggi bahkan dia selalu saja mendapatkan pujian dari kedua orang tuanya.
Tatapan sinis yang terlihat di kedua mata Rebecca. Dia adalah ibu tiri dari Luna. Dia selalu saja membedakan antara Luna dengan Nirina.