Sindiran Pedas Istri Kedua

Sindiran Pedas Istri Kedua

HaninaZhafira

5.0
Komentar
2.5K
Penayangan
35
Bab

Mengizinkan suaminya untuk menikah lagi adalah pilihan yang sulit untuk Tiara. Meskipun selalu mengalah, tidak serta merta hidupnya bisa tenang. Tiara kerap kali mendapat sindiran-sindiran pedas dari istri kedua suaminya, baik di dunia nyata maupun di sosial media. Akankah Tiara terus mengalah dan bertahan dengan pernikahannya? Atau nekad memilih jalan yang lain?"

Bab 1 1 -Sindiran di Pagi Hari

"Bodo amat sama komentar anda ya, yang suka nyelonong aja kerjaannya di wall orang. Yang jelas sekarang, saya sangat bahagia sama kehidupan saya. Yang jelas, di sini antara saya dan pasangan saya saat ini, nggak ada istilah dipaksa atau pemaksaan ya. Jodoh, maut, rezeki Tuhan yang ngatur bukan anda! soal hati nggak bisa dipaksakan dan nggak ada yang bisa ikut campur ya! Jadi, buat anda jadi manusia nggak usah sok suci ... jatuhnya kamu MUNAFIK!!! Paham...?"

Begitulah sebuah status yang terpampang di beranda ketika pagi ini aku membuka salah satu aplikasi yang populer di negeri ini. Diposting semalam dengan menandai sepuluh orang. Salah satunya adalah suamiku.

Postingan itu sudah disukai oleh hampir lima puluh orang dan komentar juga mendekati angka seratus. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala melihat semua itu. Aku memang tidak berteman dengan pemilik akun tersebut karena dia menandai orang-orang yang berteman denganku otomatis mampir juga ke berandaku.

Namun, jariku tak bisa berhenti sampai di situ. Jiwa kepoku melonjak-lonjak dan harus segera diikuti maunya. Aku pun berkelana di kolom komentar.

"Kata-kata mutiaranya indah banget, say."

"Hajar Bund."

"Jangan kasih kendor, Sist!"

"Wiiih, disuguhi cerpen untuk pengantar tidur."

"Orang kayak gitu mah jangan dibaik-baikin, nanti ngelunjak."

"Ada ya manusia model begitu?"

"Ih, julid banget tuh orang."

"Orang kayak gitu kudu dikasih pelajaran. Biar kapok!"

"Moga orang itu dapat hidayah, ya, jeng."

"Sabar, say. Pertahankan orang yang kamu cintai. Jangan dengerin orang-orang syirik."

"Berasa baca novel deh pagi-pagi."

"Bunda cantik ternyata bisa ngomel juga. Jangan diambil hati bun, orang syirik abaikan aja."

Begitulah rata-rata komentar yang bertebaran di sana. Memojokkan sosok 'anda' yang dimaksud pada postingan itu. Aku merasa miris, entah kenapa orang-orang cepat sekali menghujat padahal sebagian dari mereka tidak tahu apa yang mereka komentari.

Hampir semua komentar dibalas atau pun ditanggapi dengan stiker oleh si pemilik postingan. Bahkan pada beberapa komentar terjadi saling balas yang cukup banyak sehingga sedikit banyak terkuaklah beberapa hal yang seharusnya tidak dikonsumsi publik.

Aku sangat tahu bahwa postingan itu ditujukan padaku. Dan ini sudah untuk kesekian kalinya. Sepertinya memang sudah hobinya begitu, bikin status tandai beberapa orang kerabatnya kemudian mereka akan berkomentar beramai-ramai. Habis-habisan menyudutkan pihak yang berseberangan itu. Seolah-olah merekalah yang paling benar dan paling segalanya.

"Dasar keluarga norak, bar-bar, malu-maluin. Padahal semua komentar itu cocoknya untuk dia tapi nggak nyadar diri juga." Aku bergumam lalu menyimpan ponsel ke tempat yang aman karena sebentar lagi Hendi, suamiku yang juga sudah menjadi suami wanita itu akan datang ke sini. Pasti postingan itulah yang akan dibahasnya. Jika nanti berujung pertengkaran, jangan sampai ponselku menjadi korban lagi seperti beberapa waktu lalu. Secepat mungkin harus kuamankan.

Perkiraanku tepat, terdengar suara mesin kendaraan di luar. Tak lama seseorang mengucapkan salam. Aku segera keluar kamar dan kami berpapasan di ruang tengah.

"Kamu bikin gara-gara apalagi sama Nadia sampai-sampai dia buat postingan begitu?"

Tanpa basa-basi, Hendi langsung menodongku dengan pertanyaan itu.

"Ya kamu tanya aja sama istri barumu itu! Ngapain nanya aku?" jawabku sesantai mungkin. Padahal dalam hati aku sangat geram.

"Nadia tidak akan mungkin begitu kalau bukan kamu yang mancing-mancing!" Hendi sedikit meninggikan suaranya.

Aku tercengang, beberapa saat setelah itu aku pun berucap pelan dengan menyipitkan mata sebagai bentuk keherananku.

"Aku?"

"Tolonglah Tiara, bersikaplah lebih dewasa. Jangan apa-apa dibawa ke sosmed. Apa perlunya tentang kehidupan kita harus diketahui banyak orang?"

"Kamu datang ke sini terus ngomongnya seperti itu padaku, salah tempat! Kamu buta huruf apa buta hati? Datang-datang nyalahin aku."

Kali ini suara aku sedikit naik.

"Nyatanya, semua ini memang berawal dari kesalahan kamu, kan? Kamu berkomentar sana-sini di postingan orang yang ujung-ujungnya menyudutkan keberadaan Nadia?"

Suara Hendi semakin meninggi. Aku ingat sekarang, dua hari yang lalu aku memang berkomentar di status teman lama kami. Dia menyiratkan kegundahan hatinya atas konflik yang tak berujung dengan keluarga suaminya.

"Semangat! Semua akan indah pada waktunya."

Kutulis di kolom komentarnya sebagai bentuk empati padanya. Kami pun saling berbalas komentar beberapa kali hingga dia menarik kesimpulan dari pembicaraan kami itu bahwa apa yang kita lakukan kelak akan kembali pada kita.

Di berandaku sendiri aku membagikan sebuah quote tentang kesabaran. Quote dari halaman seorang penulis terkenal. Sepertinya dia atau pun keluarganya memang sengaja memantau aktivitasku di sosial media. Kurang kerjaan amat!

"Tanpa aku harus ngejelek-jelekin dia juga udah jelek imejnya di mata orang-orang," celetukku.

Kulihat perubahan di muka Hendi. Dia pasti tidak terima ucapanku tadi.

"Ulah kamu yang membuat Nadia dipandang jelek sama orang-orang. Stop status-status lebay kamu itu. Kalau tidak, aku tidak akan pernah lagi menginjakkan kaki di rumah ini!"

"Papa ...." Rara, putri kami telah berdiri di ambang pintu. Dia berlari kecil ke arah kami dan langsung memeluk papanya. Sepertinya dia sangat rindu. Tak lama berselang Khalif --kakaknya-- juga masuk. Mereka tadi pergi ke rumah ibu untuk sarapan.

"Papa semalam kok tidak tidur di sini lagi? Rara susah tidur semalam."

Putri kecilku itu memang sangat dekat dengan papanya. Dialah yang membuatku harus bertahan dengan kondisi seperti ini. Khalif pun menghampiri papanya. Setelah mencium tangan dia pun menuju kamar mengambil tas dan sepatu.

"Rara ikut ngantarin Kak Khalif, ya," pinta gadis kecil yang baru genap lima tahun itu. Dia pun memeluk papanya lebih erat lagi.

"Iya, sana ambil jaket sama kaca mata biar nggak kelilipan," ujar Hendi sambil menurunkan Rara dari pangkuannya. Rara segera berlari ke kamar.

"Ingat Tiara, jangan bikin gara-gara lagi!"

Hendi berbicara dengan suara penuh penekanan disertai tatapan tajam. Kemudian dia keluar. Khalif yang baru saja keluar dari kamarnya berjalan ke arahku. Ia mengulurkan tangan untuk berpamitan.

"Mama baik-baik aja?" tanya Khalif dengan lembut.

Kalimat sederhana itu hampir saja membuat mataku mengembun. Buru-buru aku tersenyum padanya. Walaupun baru berusia sepuluh tahun, anak sulungku itu sudah mulai peka terhadap apa yang terjadi di rumah ini.

"Mama baik-baik aja. Cuma agak ngantuk. Semalam Syira sering kebangun."

"Kakak sekolah dulu ya, Ma," pamitnya dengan santun.

"Hati-hati, ya, Nak. Nanti dari sekolah langsung pulang, ya!"

Khalif mengangguk kemudian menggandeng Rara menyusul papanya keluar. Aku mengantar mereka sampai ke pintu. Melepas kepergian mereka hingga punggungnya tak terlihat lagi.

Hari masih pagi tetapi perasaanku sudah tak menentu. Tidak cukupkah wanita itu mengusik kehidupanku di dunia nyata?

***

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Putra Rahasianya, Aib Publiknya

Putra Rahasianya, Aib Publiknya

Gavin
5.0

Namaku Alina Wijaya, seorang dokter residen yang akhirnya bertemu kembali dengan keluarga kaya raya yang telah kehilangan aku sejak kecil. Aku punya orang tua yang menyayangiku dan tunangan yang tampan dan sukses. Aku aman. Aku dicintai. Semua itu adalah kebohongan yang sempurna dan rapuh. Kebohongan itu hancur berkeping-keping pada hari Selasa, saat aku menemukan tunanganku, Ivan, tidak sedang rapat dewan direksi, melainkan berada di sebuah mansion megah bersama Kiara Anindita, wanita yang katanya mengalami gangguan jiwa lima tahun lalu setelah mencoba menjebakku. Dia tidak terpuruk; dia tampak bersinar, menggendong seorang anak laki-laki, Leo, yang tertawa riang dalam pelukan Ivan. Aku tak sengaja mendengar percakapan mereka: Leo adalah putra mereka, dan aku hanyalah "pengganti sementara", sebuah alat untuk mencapai tujuan sampai Ivan tidak lagi membutuhkan koneksi keluargaku. Orang tuaku, keluarga Wijaya, juga terlibat dalam sandiwara ini, mendanai kehidupan mewah Kiara dan keluarga rahasia mereka. Seluruh realitasku—orang tua yang penuh kasih, tunangan yang setia, keamanan yang kukira telah kutemukan—ternyata adalah sebuah panggung yang dibangun dengan cermat, dan aku adalah si bodoh yang memainkan peran utama. Kebohongan santai yang Ivan kirimkan lewat pesan, "Baru selesai rapat. Capek banget. Kangen kamu. Sampai ketemu di rumah," saat dia berdiri di samping keluarga aslinya, adalah pukulan terakhir. Mereka pikir aku menyedihkan. Mereka pikir aku bodoh. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

My Doctor genius Wife

My Doctor genius Wife

Amoorra
4.8

Setelah menghabiskan malam dengan orang asing, Bella hamil. Dia tidak tahu siapa ayah dari anak itu hingga akhirnya dia melahirkan bayi dalam keadaan meninggal Di bawah intrik ibu dan saudara perempuannya, Bella dikirim ke rumah sakit jiwa. Lima tahun kemudian, adik perempuannya akan menikah dengan Tuan Muda dari keluarga terkenal dikota itu. Rumor yang beredar Pada hari dia lahir, dokter mendiagnosisnya bahwa dia tidak akan hidup lebih dari dua puluh tahun. Ibunya tidak tahan melihat Adiknya menikah dengan orang seperti itu dan memikirkan Bella, yang masih dikurung di rumah sakit jiwa. Dalam semalam, Bella dibawa keluar dari rumah sakit untuk menggantikan Shella dalam pernikahannya. Saat itu, skema melawannya hanya berhasil karena kombinasi faktor yang aneh, menyebabkan dia menderita. Dia akan kembali pada mereka semua! Semua orang mengira bahwa tindakannya berasal dari mentalitas pecundang dan penyakit mental yang dia derita, tetapi sedikit yang mereka tahu bahwa pernikahan ini akan menjadi pijakan yang kuat untuknya seperti Mars yang menabrak Bumi! Memanfaatkan keterampilannya yang brilian dalam bidang seni pengobatan, Bella Setiap orang yang menghinanya memakan kata-kata mereka sendiri. Dalam sekejap mata, identitasnya mengejutkan dunia saat masing-masing dari mereka terungkap. Ternyata dia cukup berharga untuk menyaingi suatu negara! "Jangan Berharap aku akan menceraikanmu" Axelthon merobek surat perjanjian yang diberikan Bella malam itu. "Tenang Suamiku, Aku masih menyimpan Salinan nya" Diterbitkan di platform lain juga dengan judul berbeda.

Bosku Kenikmatanku

Bosku Kenikmatanku

Juliana
5.0

Aku semakin semangat untuk membuat dia bertekuk lutut, sengaja aku tidak meminta nya untuk membuka pakaian, tanganku masuk kedalam kaosnya dan mencari buah dada yang sering aku curi pandang tetapi aku melepaskan terlebih dulu pengait bh nya Aku elus pelan dari pangkal sampai ujung, aku putar dan sedikit remasan nampak ci jeny mulai menggigit bibir bawahnya.. Terus aku berikan rangsang an dan ketika jari tanganku memilin dan menekan punting nya pelan "Ohhsss... Hemm.. Din.. Desahannya dan kedua kakinya ditekuk dilipat kan dan kedua tangan nya memeluk ku Sekarang sudah terlihat ci jeny terangsang dan nafsu. Tangan kiri ku turun ke bawah melewati perutnya yang masih datar dan halus sampai menemukan bukit yang spertinya lebat ditumbuhi bulu jembut. Jari jariku masih mengelus dan bermain di bulu jembutnya kadang ku tarik Saat aku teruskan kebawah kedalam celah vaginanya.. Yes sudah basah. Aku segera masukan jariku kedalam nya dan kini bibirku sudah menciumi buah dadanya yang montok putih.. " Dinn... Dino... Hhmmm sssttt.. Ohhsss.... Kamu iniii ah sss... Desahannya panjang " Kenapa Ci.. Ga enak ya.. Kataku menghentikan aktifitas tanganku di lobang vaginanya... " Akhhs jangan berhenti begitu katanya dengan mengangkat pinggul nya... " Mau lebih dari ini ga.. Tanyaku " Hemmm.. Terserah kamu saja katanya sepertinya malu " Buka pakaian enci sekarang.. Dan pakaian yang saya pake juga sambil aku kocokan lebih dalam dan aku sedot punting susu nya " Aoww... Dinnnn kamu bikin aku jadi seperti ini.. Sambil bangun ke tika aku udahin aktifitas ku dan dengan cepat dia melepaskan pakaian nya sampai tersisa celana dalamnya Dan setelah itu ci jeny melepaskan pakaian ku dan menyisakan celana dalamnya Aku diam terpaku melihat tubuh nya cantik pasti,putih dan mulus, body nya yang montok.. Aku ga menyangka bisa menikmati tubuh itu " Hai.. Malah diem saja, apa aku cuma jadi bahan tonton nan saja,bukannya ini jadi hayalanmu selama ini. Katanya membuyarkan lamunanku " Pastinya Ci..kenapa celana dalamnya ga di lepas sekalian.. Tanyaku " Kamu saja yang melepaskannya.. Kata dia sambil duduk di sofa bed. Aku lepaskan celana dalamku dan penislku yang sudah berdiri keras mengangguk angguk di depannya. Aku lihat di sempat kagett melihat punyaku untuk ukuran biasa saja dengan panjang 18cm diameter 4cm, setelah aku dekatkan ke wajahnya. Ada rasa ragu ragu " Memang selama ini belum pernah Ci melakukan oral? Tanyaku dan dia menggelengkan kepala

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku