Sindiran Pedas Istri Kedua
Di mana-mana, kalau OKB mem
ni aku tidak berminat lagi untuk membaca komen
ang ada anak-anak di rumah, ingin rasanya aku tertawa terpingkal-pingkal un
luarga kelas atas tetapi tiada hari tanpa kepo dengan sosial mediaku
gan. Bibirku jadi tak henti-hentinya mengembangkan senyum. Lucu juga kadang kehidupan ini.
*
" tanya Hendi ketika di
im masih tersanda
lah," jawabku sambil ter
beli tas
itam pun masih ditar
encoba memakainya dan belum sempat d
lagi flash sale,
sendiri atas jawaban y
kandidat calon ke
abnya deng
mping kantor pos
u salah
temu dia di sa
etapi bisa kutebak, paling kelanjuta
cang dengan suasana yang agak dingin dan santai. Mungkin Nadia lagi jinak, pikirku. Sehingga dia tidak bicara ma
Aku mau jemput dulu," ujar Hendi setel
a katanya mau makan sama Papa
luar dari kamar yang biasa dig
te Nadia?" tanya gadis kecil itu
ng berpandangan. Kemudian t
adia semalam terus di sana ada Papanya Rara
K. Rumahnya hanya berselang
papanya tidak ada di rumah, berarti sedang bekerja di tempat yang ja
dia terluka ataupun mendapat pemahaman keliru karena menda
gar dia dan Nadia tinggal di daerah yang agak jauh dari kami. Tujuannya u
lang papanya sedang ada di kota lain. Ternyata
Papa. Jadi? Mau makan dulu ap
mengalihkan
akak dulu, deh. Sekalian beli es k
ersorak gembira. Setelah itu mere
*
laupun belum habis masa cuti, tetapi
antar ke sekolah oleh papanya dan nanti pulangny
siang di sebuah resto yang baru saja grand opening. Usut punya usut,
makan, kami pun tidak melewatkan sesi berfoto ria. Apalag
u tas Bunda, ya. Bunda mau
ng bermerk. Bahkan tasnya pun ada yang berharga puluhan juta. Dan tas yang dibawanya kali ini dibeli dengan harga dua b
awa tas kecil yang hanya muat HP dan dompet. Selesai sesi foto, HP-ku tak berhenti bergetar.
a. Bahkan ada yang candid saat aku tengah menenteng tas merah marun mil
ama-sama. Tidak yang terlalu ramai juga, paling yang terdiri dari empat sampai lima orang saja. Kem
berkumpul dengan
an diri sendiri tidak ada salahnya. Siapa lagi yang akan
*