Di sebuah ruangan yang gelap dan terasa mencekam, terdapat seorang pria yang di gantung dengan posisi terbalik, tengah menjerit kesakitan dan suara jeritan itu menggema cukup keras ketika dua orang pria tanpa ampun memukuli tubuh nya dengan tongkat panas. Disisi lain terdapat dua pria bertubuh kekar dengan balutan kemeja dan celana hitam tengah memegangi senapan dan berjaga di depan pintu masuk.
Dan tak lama dari itu, seorang pria jangkung dengan mengenakan tuksedo hitam, masuk ke dalam ruangan itu dengan tampang nya yang datar dan mata nya seakan berkobar di penuhi dengan api kebencian menatap ke arah seorang pria yang tengah di gantung secara terbalik tadi.
Dia adalah Alan Delvanio— bos mafia yang di kenal karena kekasarannya, arogansi, agresif dan dominasi nya yang kejam. Dunia berguncang di bawah kekuasaan nya, tidak ada yang berani menantang nya dan semua hidup dalam ketakutan akan kekuasan nya.
Orang yang berjalan di belakang nya, sekaligus yang menjadi tangan kanan nya— seorang pria yang juga menggunakan jas hitam dengan aura ketampanan nya yang tak kalah dari bos nya. Justine Roland, pria itu sangat di percayai oleh Alan dan tidak seorang pun kecuali Justine. Seperti sebuah ikatan persaudaraan yang terjalin karena kesetiaan Justine selama ini. Tugas Justine adalah lebih memprioritaskan untuk berusaha menjaga bos nya dan sebisa mungkin untuk tetap setia bekerja bersama Alan.
Setibanya Alan di dalam ruangan itu, 2 bodyguard yang di perintahkan untuk menyiksa orang tergantung itu menghentikan tindakan mereka, menundukkan kepala mereka di depan Alan sebagai tanda kepatuhan mereka.
Alan membuka kancing dan melepaskan jas nya, berjalan menuju seorang pria yang di ikat dengan tatapan mata nya yang mematikan. Alan menyerahkan jas nya pada seorang bodyguard yang telah memukuli tahan nya itu. Lalu berdiri di depan pria terikat sembari menggulung lengan kemeja hitam nya. Jari - jari kekar nya mengepal, Alan melepaskan tinjuan nya ke arah pria terikat itu, melampiaskan semua amarah nya di setiap serangan, membuat pria itu menjerit kesakitan.
"Katakan pada ku, kepada siapa kau membocorkan informasi rahasia itu?." Tanya nya menuntut dengan tegas. "Kau telah menipu ku dan kau pasti tau jika aku sangat benci dengan pengkhianat."
Dengan raut wajah nya yang sangat geram. Alan meraih pistol milik nya dan mengarahkan ke arah pria itu. "Apa kau ingin mengaku sekarang? Atau kau ternyata lebih memilih mati?." Tanya Alan dengan nada bicara nya yang mengancam.
Mendengar hal itu, ke dua mata pria itu melebar karena ketakutan. "Sa-saya telah menyampaikan informasi itu pada tuan Bryan." Dengan gugup, pria itu membeberkan semua nya.
Alan mengernyitkan dahi nya setelah mendengar nama seseorang yang keluar dari mulut tahanan nya dan tanpa ragu - ragu lagi, Alan lantas menarik pelatuk di pistol nya dan dahi tahanan itu tertembak.
"Ini adalah contoh bagi orang - orang yang berani mengkhianati aku. Mereka akan menghadapi kematian secara langsung atau neraka penderitaan yang mereka dapatkan." Kata Alan dengan seringai jahat di bibir nya, lalu berjalan keluar dari ruangan pengap itu.
Setelah dari ruangan itu, Alan mengunjungi ruang tamu nya yang megah di mansion nya. Terdapat seorang wanita muda dengan mengenakan gaun terbuka dan sepatu high heels tinggi yang sengaja ia panggil untuk melayani nya, tengah duduk menunggu kedatangan nya.
Alan langsung mendudukkan diri nya di sofa single dan menatap dingin ke arah wanita itu yang duduk bersebrangan dengan nya.
Tanpa diperintah lagi, wanita muda itu berjalan dengan sensual mendekati Alan, berlutut didepan kaki jenjangnya dan melepaskan ikat pinggang Alan.
Sementara itu, Alan lantas menjambak rambut wanita muda itu. "Cepat lakukan tugasmu, lalu pergi. Aku tidak punya waktu seharian untukmu!." Bentak Alan.
Wanita muda itu pun terlihat ketakutan dan mempercepat gerakannya membuka resleting celana jeans Alan sebelum akhirnya sedikit menurunkannya. Barulah setelah itu, ia meraih kejantanan nya dan akan menghisapnya dengan kuat. Membuat Alan memejamkan matanya dan menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.
Alan nampak begitu menikmati permainan lidah wanita itu.
Setelah milik nya berdiri tegak, Alan akan memerintahkan wanita itu memakaikan pengaman di kejantanannya dan membiarkan wanita itu duduk di pangkuan sembari memasukkan kejantanannya ke dalam kewanitaan. Wanita itu akan bergoyang dan membuat Alan merasa kenikmatan, sementara pria itu duduk hanya diam saja, menikmati permainan nya.
Alan akan menggunakan seks untuk melampiaskan rasa frustasinya atau ketika dia merasa stress.
Tak lama, setelah kejantanan Alan mengeluarkan kecebongnya di dalam pengamanan yang ia kenakan. Pria itu akan langsung menyuruh wanita panggilannya itu pergi dari mansion nya dan akan kembali ketika ia memanggilnya untuk memuaskannya lagi.
Ia meninggalkan ruang tamu itu dengan kembali mengancingkan resleting celana jeansnya. Melanjutkan langkahnya masuk kedalam lift untuk sampai ke kamar tidur nya yang mewah, gelap dan misterius seperti dirinya.
Di dalam, pelayan kepercayaan nya— Marie, sedang melakukan rutinitasnya merapikan kamar Alan. Dia satu-satunya orang yang di berikan akses untuk masuk kedalam kamar dan Alan juga menghormatinya.
"Siapkan pakaianku, ada rapat yang harus aku hadiri." Perintah Alan dan Marie hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, sebelum akhirnya melangkahkan kakinya menuju walk in closet di dalam kamar Alan.
Sementara itu, Alan masuk kedalam kamar mandi guna memberikan dirinya dari sisa-sisa kenikmatan dan juga keringat. Setelah menanggalkan pakaiannya. Alan membiarkan air mengalir ditubuhnya yang kencang dan berotot yang dihiasi dengan sixpack. Pikirannya di penuhi dengan pemikiran tentang pria yang telah ia bunuh sebelumnya, ia berusaha untuk memahami pengkhianatan yang telah di lakukan oleh salah satu orang terbaiknya yang telah dengan beraninya membocorkan informasi rahasia mereka pada saingannya.
Beberapa saat kemudian, Alan telah keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk putih yang melekat di pinggangnya. Tuksedo hitam bersihnya tergeletak diatas tempat tidur. Dengan gerakan cepat, dia membuang handuknya, membiarkannya mendarat di sandaran kursi sofa. Sementara itu, Alan mengenakan kaos putih tipis di susul dengan kemeja nya.
/0/19413/coverorgin.jpg?v=8ca69b34f04331f3b7f020dcf42e1db3&imageMogr2/format/webp)
/0/15751/coverorgin.jpg?v=1bdf86b5ee5478fbb236687f80b2d534&imageMogr2/format/webp)
/0/15598/coverorgin.jpg?v=f653fa1c67a8c0cb568160fc4e500d33&imageMogr2/format/webp)
/0/12477/coverorgin.jpg?v=90393f923757376d5a1fe4bb91048bed&imageMogr2/format/webp)
/0/7996/coverorgin.jpg?v=4e5da07b45835d037ca084ecb2c1da9f&imageMogr2/format/webp)
/0/18033/coverorgin.jpg?v=354447084e0607c2d29dd15e7f034522&imageMogr2/format/webp)
/0/14071/coverorgin.jpg?v=009075a2713d3615445f0e0a89cff038&imageMogr2/format/webp)
/0/13481/coverorgin.jpg?v=05af35bf6937c4c2c3759c55661896ae&imageMogr2/format/webp)
/0/19899/coverorgin.jpg?v=ef25e24013022f1e5084d13e9fc9e886&imageMogr2/format/webp)
/0/14731/coverorgin.jpg?v=927f4fb1d364819af2fa48c52b77907e&imageMogr2/format/webp)
/0/7088/coverorgin.jpg?v=3cd83effd415f842e346e05b12fa2d11&imageMogr2/format/webp)
/0/14151/coverorgin.jpg?v=4e824bc6d47cb1f003fcf40586c93ee3&imageMogr2/format/webp)
/0/5168/coverorgin.jpg?v=79b9005cb01a5264f8298e6bdffd90fd&imageMogr2/format/webp)
/0/17282/coverorgin.jpg?v=a34e9b4d14493b1290fca4ee43eafa69&imageMogr2/format/webp)
/0/7971/coverorgin.jpg?v=dca440106a4673dbd2ad510e2059881b&imageMogr2/format/webp)
/0/12472/coverorgin.jpg?v=c7988bac3f3d14b659a233bcc5a771bf&imageMogr2/format/webp)
/0/15327/coverorgin.jpg?v=027a1fcecb93017dd1d87345850b5037&imageMogr2/format/webp)
/0/7196/coverorgin.jpg?v=7592a2eb81064573854cf2324235abe9&imageMogr2/format/webp)