/0/23058/coverorgin.jpg?v=4c0ec1f46fbfddc72bcf6894813f78e9&imageMogr2/format/webp)
GADIS 16 TAHUN DIPERKOSA LALU DIBUNUH BELASAN PEMUDA MABUK
______________________________________
Seorang remaja putri (16) siswi kelas sebelas disebuah SMA swasta ditemukan tewas dalam keadaan terikat di tiang listrik. Di samping sebuah bangunan tak berpenghuni yang jauh dari pemukiman warga.
Siswi yang baru saja memenangkan sebuah perlombaan olimpiade matematika itu ditemukan tewas sehari setelah dirinya menerima piala.
Hasil dari penyelidikan, polisi menemukan banyak kejanggalan dari meninggalnya siswi berprestasi tersebut.
"Dia tersengat listrik. Tapi di samping hal itu kami menemukan banyak luka lebam di sekujur tubuhnya," ujar Kabid Humas Polda setempat saat dimintai konfirmasi berita.com, Kamis (28/10/2023).
Selain luka lebam, polisi juga menemukan luka di sekitar alat vitalnya. Korban diduga telah diperkosa lebih dari satu kali.
"Kami mengamankan sebelas pemuda yang diduga memperkosa dan membunuh korban. Dari kesaksian salah satu pelaku, jumlah mereka seharusnya 15 orang. Jadi yang empat masih buron."
Polisi menemukan beberapa barang bukti di tempat kejadian. Tak jauh dari lokasi meninggalnya korban, ada sepeda yang diyakini milik korban tergeletak begitu saja di atas rumput.
"Korban meninggalkan sepedanya di tanah tak terurus. Selain itu kami juga menemukan piala yang sudah hancur dibeberapa bagiannya."
Polisi masih akan mengusut tuntas kasus kekerasan dan pembunuhan yang terjadi pada gadis malang tersebut.
Sejauh ini, kata pihak kepolisian, berdasarkan hasil pemeriksaan bahwa motif para pelaku memerkosa dan membunuh korban karena dalam keadaan mabuk usai mengonsumsi alkohol.
"Masih ada banyak yang harus diusut. Kami akan meminta keterangan para pelaku nanti di kantor polisi."
*****
"DOR....!!!"
Cherry terkekeh saat berhasil mengejutkan Raka yang baru saja membuka pintu, iya, setelah bel rumah berulang kali Cherry pencet.
Tubuh gadis itu terhuyung ke depan kala Raka menarik tangannya kasar hingga dia terjatuh dalam pelukannya. Raka menghirup wangi rambut Cherry, sambil tangannya mengeratkan pelukan, seolah Cherry akan kabur jika dia melonggarkannya sedikit saja.
Cherry sedikit mendorong dada Raka agar bisa melihat wajah cowok itu, "Kaget gak?"
"Hm." Raka menyingkirkan rambut nakal yang menghalangi wajah cantik Cherry.
"Tapi raut wajahnya kayak gak kaget gitu." Cherry menekuk wajah.
Raka mengecup bibir gadisnya sekilas membuat Cherry menutup mulutnya dengan tangan lalu celingukan melihat rumah Raka, siapa tahu pembantu atau lebih parahnya lagi orang tua Raka melihat kejadian barusan.
"Jangan asal nyosor!" bisik Cherry menarik telinga Raka.
Cowok itu tertawa. Dia mengacak rambut hitam Cherry, "Ini belum waktunya liburan tengah semester."
"Terus kenapa? Gak boleh ke sini kalau gak waktu liburan? Jangan-jangan kamu ada selingkuhan ya," tuduh Cherry menyipitkan mata.
"Gak gitu."
"Kita putus!"
"Coba ulangi lagi?" Raka mengeratkan pelukannya.
Dia sangat sensitif dengan dua kata itu. Rasa-rasanya dia ingin melayangkan tamparan di pipi Cherry, tapi akalnya masih waras untuk tidak menyakiti gadis yang dicintainya itu.
"Raka! Aku gak bisa napas. Lepasin!" Cherry menggeliat mencoba meloloskan diri.
"Ulangi dulu yang tadi," kata Raka.
Cherry menggeleng keras, "Gak mau. Aku cuman bercanda tadi."
Raka mengangkat sebelah sudut bibirnya, "Kangen dihukum?"
"Gak mau dihukum! Dibilangin bercanda juga."
Cherry mengerucutkan bibir. Kesalahan sedikit saja Raka selalu membawa kata hukuman. Sungguh, setiap mendengar ungkapan itu bulu kuduknya meremang. Mungkin benar hanya sekedar cium bibir, tapi tetap saja rasa takut di hati Cherry kalau-kalau Raka kelepasan, pasti ada.
Raka cowok normal, tidak mustahil juga jika dia punya nafsu dengan lawan jenis, kan? Apalagi jika orang itu adalah pacarnya sendiri.
"Cium dulu kalau gitu," kata Raka, sesuai dengan pemikiran Cherry.
"Gak boleh gigit tapi."
Cowok itu memutar bola matanya malas, "Hm."
Cherry mendongak sambil mengerucutkan bibirnya, "Gak nyampek nih."
Cup!
Raka menunduk dan menyatukan bibir mereka sekilas. Cherry cekikikan, dia kembali menjewer telinga Raka yang sekarang sudah kebal karena sering jadi sasarannya kala Cherry gemas.
"Eh, ada tamu." Satu suara lain terdengar.
Cherry lantas melepaskan pelukan Raka dengan kerasnya. Dia meringis, merapikan penampilannya kala mendapati yang baru saja bersuara adalah Bunda Raka.
"Bunda." Cherry menjabat tangan Bunda Raka, tak lupa dia mencium punggung tangannya sopan.
Tangan wanita paruh baya itu terangkat, mengusap rambut pekat Cherry lembut. Tatapannya beralih pada Raka. Berbeda dengan Cherry, beliau memberikan tatapan tajam pada putranya itu, "Raka! Berapa kali Bunda bilang, jangan maksa orang lain buat nurut sama kamu."
Raka mendengus kesal, "Gak dipaksa, Bunda."
Cherry melengos tidak suka. Ingin rasanya membela diri, namun tatapan Raka yang seakan ingin segera melahapnya membuat dia urung mengadu pada Bunda Raka.
"Yuk, masuk, sayang." Bunda Raka menuntun Cherry masuk ke dalam rumah megahnya.
Raka yang tertinggal di belakang menghela napas panjang. Menggeleng atas kelakuan ibu tercintanya. Dia selalu disalahkan. Padahal kelakuannya tidak jauh berbeda dengan ayahnya yang kelewat posesif pada bundanya.
Bukankah seorang anak punya sifat sama dengan orang tua adalah satu hal yang wajar?
Cherry duduk di atas sofa ruang tamu, diikuti oleh bunda Raka yang duduk di sampingnya
Tak tertinggal, Raka juga duduk di samping Cherry dan langsung merengkuh pinggang gadis itu.
/0/15980/coverorgin.jpg?v=1edf805aae073e3f3005abb9fe1177f3&imageMogr2/format/webp)
/0/20150/coverorgin.jpg?v=aa37026c8ee9aaa5efab73689584202c&imageMogr2/format/webp)
/0/6202/coverorgin.jpg?v=88ee7245d7d579680734f729a908f110&imageMogr2/format/webp)
/0/4293/coverorgin.jpg?v=e28720e679d41d3e065444c213d5b3ce&imageMogr2/format/webp)
/0/14417/coverorgin.jpg?v=e07075b3d1122bfcdd7ce07062178544&imageMogr2/format/webp)
/0/27637/coverorgin.jpg?v=9dc427f1beef1e71450e9d991dc5559b&imageMogr2/format/webp)
/0/17169/coverorgin.jpg?v=45534e54ad36109b6f207435dbe4052f&imageMogr2/format/webp)
/0/8394/coverorgin.jpg?v=3fd5a44b463fb4bca776667b01420ff2&imageMogr2/format/webp)
/0/14473/coverorgin.jpg?v=b98912be56cc2351c9b34aed1f31055a&imageMogr2/format/webp)
/0/4751/coverorgin.jpg?v=6746a9a0e35bdd42d4cbb667e17a0cca&imageMogr2/format/webp)
/0/12965/coverorgin.jpg?v=46baa2dc5a60c63e7b885ee567e31fe9&imageMogr2/format/webp)
/0/13299/coverorgin.jpg?v=8129e08c5be673a953fc32d0071ef17d&imageMogr2/format/webp)
/0/13449/coverorgin.jpg?v=16f865d9e5398d09b0ab8a1dd1b65466&imageMogr2/format/webp)
/0/16652/coverorgin.jpg?v=fa7359d26ad1f2c42f55484ddbac1ffa&imageMogr2/format/webp)
/0/9285/coverorgin.jpg?v=2ea03bed058bb2f14a21dd07d1595e00&imageMogr2/format/webp)
/0/15107/coverorgin.jpg?v=208c28207300472730dfbcb512e16406&imageMogr2/format/webp)
/0/19244/coverorgin.jpg?v=d120edfc595220e29f599bab7a546f88&imageMogr2/format/webp)
/0/21618/coverorgin.jpg?v=a7b5668813765121b2e786b3df0b999a&imageMogr2/format/webp)