Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Setelah Talak Tiga

Setelah Talak Tiga

Li Kasuarina

5.0
Komentar
24.1K
Penayangan
48
Bab

Laki-laki yang mentalak istrinya sebanyak tiga kali tidak akan bisa rujuk kembali kecuali si istri menikahi sang muhallil

Bab 1 Talak Tiga

"Ikhlaskan suamimu menikah lagi, Aisyah! Lagipula kamu tidak bisa kan memberikan aku cucu?"

Wanita bernama Aisyah itu hanya tertunduk menahan tangis di hadapan perempuan yang disebutnya sebagai ibu mertua. Sementara itu, sang suami yang seharusnya jadi tameng untuk istri malah lebih berpihak pada ibunya.

"Tapi, Bu ... perasaan Aisyah masih berat untuk ikhlas. Aisyah perlu waktu ...." ucapnya sambil memelas. Memohon belas kasih dari mertua yang menatapnya jengah.

"Sudah kuduga, Wisnu. Istrimu memang sangat keras kepala. Kau pilih saja dua opsi, menikah lagi atau tak kuanggap lagi sebagai anakku." wanita tua itu berkata dengan kejam. Tanpa peduli dia sedang menoreh luka sedalam-dalamnya lada wanita yang berposisi yang sebagai istri anaknya.

Wisnu terdiam sejenak. Satu sisi dia sangat mencintai istrinya dan tidak ingin kehilangannya lagi. Sudah cukup bagi Wisnu untuk mentalak istrinya sebanyak dua kali. Jika dia tak bisa menahan diri lagi kali ini, maka perpisahan abadi ada di depan matanya. Namun, Wisnu jyga takut membuat murka dan sedih hati ibunya yang sudah merawatnya susah payah menjadi seorang ibu tunggal. Begitulah cerita yang selalu didengarnya.

"Wisnu akan menikah lagi, dengan perempuan pilihan Ibu," ucap Wisnu setelah menghela nafasnya berat. Bu Ratna yang mendengar keputusan anaknya tersenyum bahagia. Sementara Aisyah malah semakin di banjiri air mata. Wisnu hanya sekilas menatap istrinya lalu mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Mas ... tidak bisakah kita bicarakan ini lagi?" Aisyah memelas pada suaminya. Berharap laki-laki yang sudah bersumpah dua kali itu mau memikirkan kembali keputusannya.

"Heh mandul, kamu pikir kamu bisa mengendalikan anakku, heh? Urusi saja rahimmu yang kering kerontang itu hingga sampai saat ini aku tak bisa memiliki cucu," ucap Bu Ratna ketus.

"Bu, bukannya Aisyah sudah cek dan hasilnya baik-baik saja, Kan?" Aisyah mencoba membela dirinya. Bukan pemahaman yang di dapat mertuanya melainkan sebuah kalimat tuduhan tentang Wisnu, anaknya.

"Jadi maksudmu anakku yang mandul?" Bu Ratna naik pitam. Tangannya mulai menunjuk-nunjuk pada Aisyah yang duduk di hadapannya.

"Bu ... sudahlah. Wisnu pasti akan menikah lagi sesuai keinginan ibu." Wisnu mencoba menenangkan ibunya yang terbawa emosi. "Dan kamu, Aisyah! Berani sekali membuat ibuku marah. Kamu tahu, surgaku ada di telapak kaki ibuku!" bentak Wisnu pada istrinya yang menangis sesegukan karena tersudut oleh dua orang egois yang ingin punya anak dan cucu.

Bu Ratna memandang menantunya sinis. Dia benar-benar tak habis pikir kenapa menantu yang di bayangaknnya akan jadi pebisnis terkenal malah memilih menjadi ibu rumah tangga dan hidup dari hasil kerja keras anaknya. Sebab itulah Bu Ratna sangat membenci menantunya. Di tambah Aisyah belum bisa memberikan cucu untuknya. Kemarahan Bu Ratna semakin menjadi. Berkali-kali dia hadir sebagai duri dalam daging di pernikahan Wisnu dan Aisyah sehingga Wisnu khilaf menjatuhkan talak dua kali pada istrinya.

Hingga menyisakan satu kesempatan terakhir.

"Besok, kamu ikut ibu untuk bertemu dengan calon istrimu." titah Bu Ratna. Wisnu mengangguk mengiyakan. Tidak sanggup menolak ibunya. Laki-laki yang berstatus sebagai seorang suami itu malah menyakiti hati perempuan yang seharusnya dibahagiakannya.

***

Aisyah pulang ke rumahnya sendirian karena sang suami memilih menginap di rumah ibunya. Menyetir sendirian di tengah hujan, wanita itu mencoba menguatkan batinnya sekuat-kuatnya. Aisyah mencoba kuat ditengah-tengah kelemahan semua wanita. Di madu.

Sesampainya di rumah, wanita itu segera mengambil sajadahnya dan bersujud lama mencurahkan isi hati pada yang maha pencipta.

"Allah ... jika suamiku bukanlah takdirku lagi, maka berikanlah aku takdir yang terbaik sesuai kehendakmu. Aku ikhlas ... aku ikhlas ... aku ikhlas ...." Aisyah mengulang kalimatnya berkali-kali dengan dada yang tertusuk. Wanita itu sama sekali belum ikhlas membiarkan dirinya akan berbagi suami dengan orang lain hanya karena pernikahan mereka yang memasuki satu tahun belum berhasil mendapatkan keturunan. Sudah berkali-kali Aisyah menyuruh Wisnu untuk cek ke dokter seperti dirinya. Tapi suaminya selalu menolak dan berkata kalau dia baik-baik saja. Sebenarnya ada terbesit curiga di hati wanita itu kalau-kalau suaminya nenyembunyikan sesuatu. Namun, dia malah memilih menutup aib suaminya bahkan di hadapan mertuanya. Aisyah selalu percaya kalau istri adalah baju untuk suami dan dia wajib menutup aib suaminya. Tapi Wisnu malah dengan ringan hati menyakiti hati istrinya. Persis sebuah pepatah; air susu dibalas air tuba.

***

Bu Ratna mengajak sang putra kesayangan untuk pergi ke kafe tempat dia janjian dengan perempuan yang menurutnya pantas untuk menjadi istri anaknya. Wanita tua itu sumringah ketika dilihatnya Winda sudah duduk di sebuah meja menunggu kedatangannya.

"Nah, itu dia," ucap Bu Ratna dengan semangat sambil menyeret putranya.

" Oh ... ini ya yang namanya Mas Wisnu. Halo Mas, aku Winda." gadis muda yang cantik dengan gaun hijau yang terbuka itu menjulurkan tangannya pada Wisnu. Wisnu membalas jabat tangannya dengan canggung.

"Bagaimana? Cantik kan?" Bu Ratna bertanya pada putranya yang memandang terpana pada Winda.

"Ca-cantik, Bu." ucap Wisnu terbata. Seumur hidup, dia tidak pernah membayangkan akan begini. Bertemu dan akan menikah dengan wanita cantik dan seksi.

"Ya jelas cantik lah. Istrimu kalah jauh. Winda ini orangnya smart, cantik, pandai berdandan lagi. Dia juga kerja loh," Bu Ratna mempromosikan Winda habis-habisan. Gadis itu tersenyum senang di puji setinggi langit oleh calon mertuanya.

"Memangnya Winda bekerja apa?" tanya Wisnu membuka pembicaraan.

"Model." jawaban Winda membuat Wisnu terpana. Tahu akan pikiran putranya, Bu Ratna segera menyenggol kaki Wisnu dan mencairkan suasana.

"Hehe jadi, kapan kita melangsungkan pernikahan kalian, nak Winda?"

"Semakin cepat, saya pikir semakin baik. Menikah siri saja tidak apa-apa." ucap Winda yang membuat hati Bu Ratna berbunga-bunga. Wanita tua itu membayangkan dirinya tak lama lagi akan menimang seorang cucu dan memiliki menantu yang bisa dibanggakan di hadapan teman-temannya.

****

Hari itu juga Wisnu pulang ke rumah. Aisyah menyambut suaminya dengan sumringah tapi sang suami sejak awal kedatangannya memasang wajah masam.

"Mas, ada apa?" tanya Aisyah yang mengikuti suaminya masuk ke dalam kamar. Wanita itu terkejut melihat sang suami malah sibuk mengemasi pakaian dan barang-barangnya.

"Mas, kamu mau kemana?" Aisyah memegang lengan suaminya. Tapi Wisnu refleks mendorong sang istri hingga hampir tersungkur ke lantai.

"Malam ini aku akan menikah dengan Winda. Aku harap kamu mengerti," ucap Wisnu tanpa perasaan. Mungkin paras cantik dan tubuh seksi Winda melekat di kepalanya sehingga membuatnya mati hati pada istri solehah yang selalu ada dalam susah dan senangnya.

"Bagaimana bisa ... Ya Allah ...." Aisyah terkejut mendengar ucapan suaminya. Wanita itu segara memeluk sang suami dengan erat.

"Mas ... tolonglah. Aku tidak bisa berbagi suami meski ganjarannya surga." ucapnya sambil terisak dalam pelukan suaminya.

Wisnu tetap pada pendiriannya. Dia berkata dengan dingin sedingin salju di kutub utara. "Baiklah kalau itu keinginanmu. Maka mulai detik ini, kau Aisyah binti Ahmad aku talak engkau dengan talak tiga. Jangan berpikir aku akan kembali padamu atau memintamu kembali. Aku sudah bukan suamimu lagi. Jadi kau tak usah takut akan berbagi suami."

Aisyah terkejut. Memundurkan dirinya. Tangisnya menghilang namun bagian dalam dirinya remuk. Ini kali ketika sang suami menalaknya. Artinya, mereka tidak akan pernah bisa bersama lagi.

Setelah mengucap talak, Wisnu segera pergi. Laki-laki yang di rundung kasmaran pada gadis cantik itu begitu semangat menyiapkan pernikahannya yang akan berlangsung beberapa jam lagi.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Li Kasuarina

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku