Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Cinta Tiga Bidadari

Cinta Tiga Bidadari

Jannah Zein

5.0
Komentar
1.4K
Penayangan
44
Bab

Sebuah janji yang pernah terlontar dari mulut seorang Muhammad Abidzar Al Hafiz kepada istri pertamanya, bahwa ia takkan mengambil istri lain lagi setelah menceraikan istri keduanya. Benarkah janji itu akan di tepati? Ataukah hanya sekedar janji manis yang untuk selanjutnya kembali ia ingkari?

Bab 1 Bimbang

Sebuah janji yang pernah terlontar dari mulut seorang Muhammad Abidzar Al Hafiz kepada istri pertamanya, bahwa ia takkan mengambil istri lain lagi setelah menceraikan istri keduanya.

Benarkah janji itu akan di tepati?

Ataukah hanya sekedar janji manis yang untuk selanjutnya kembali ia ingkari?

*****

Bab 1

Seandainya Hafiz bisa berlari, itu akan segera dia lakukan. Betapa inginnya menjauh dari tempat ini. Hal yang sangat dilematis tatkala harus berhadapan dengan orang tuanya, sosok tua nan berwibawa yang tengah melontarkan sebuah permintaan.

Permintaan yang mungkin bagi seorang laki-laki mata keranjang, bahkan dianggap sebagai sebuah anugerah!

"Kamu tahu, Nak, tidak mungkin bagi Abah menolak keinginan kiai Nawawi yang ingin menjodohkan putri bungsunya denganmu." Laki-laki tua itu menatap tajam padanya. Hafiz menghela nafas.

"Hafiz tidak mungkin menerimanya, Bah. Hafiz sudah punya istri, sudah punya Azizah."

"Seorang laki-laki boleh memiliki istri lebih dari satu, Nak," sergah Abah. "Bukankah kau sendiri pernah mempraktekkannya?"

"Poligami itu berat, tidak semudah dan seindah teori. Justru karena pernah praktek, jadi Hafiz tahu bagaimana rasanya. Nyatanya Hafiz sudah gagal, kan?"

Sejenak ingatannya melayang pada sosok Yasmin, istri kedua yang sudah diceraikannya beberapa bulan yang lalu.

"Rasulullah Saw, para sahabat dan ulama juga banyak yang berpoligami. Poligami itu tidak sesulit yang kamu bayangkan. Selama ini pikiranmu selalu di hantui oleh pemikiran-pemikiran luar yang menganggap poligami itu merendahkan derajat kaum wanita."

"Kalaupun kamu pernah gagal, itu bukan berarti poligami itu salah, tapi cara kamu dalam mengurus istri-istrimu yang perlu di perbaiki," tandas Abah.

"Di dalam sejarah, Rasulullah Saw menikahi Sayyidah Khadijah selama 24 tahun dan beliau berumah tangga tanpa istri yang lainnya selama kurun waktu itu. Pernikahan poligami di dalam sejarah rumah tangga Rasul di mulai setelah Sayyidah Khadijah wafat, menjelang hijrah, lalu berlanjut ke periode Madinah."

"Apakah itu tidak cukup menjadikan bukti, bahwa sesungguhnya Rasulullah lebih cenderung menyarankan kepada para umatnya untuk memiliki istri hanya satu saja?" sahut Hafiz tanpa mengangkat wajah yang sejak tadi terus dia tundukkan

"Lantas bagaimana dengan lamaran kiai Nawawi? Apa yang harus kita lakukan? Bagaimana mungkin kita menolak putri bungsunya? Nak, urusannya tidak sesederhana pikiranmu. Pikirkanlah baik-baik."

"Hafiz sudah memikirkan semua ini secara baik-baik. Mungkin Abah benar. Kalau seandainya pernikahan ini terjadi, pasti akan membawa manfaat yang besar terhadap pesantren. Namun, jikalau itu gagal bagaimana? Apakah Abah sudah memperhitungkan resiko itu? Ingat, Bah, pesantren kita bukan taruhan dan pernikahan itu bukan kelinci percobaan!"

*****

Kata-kata orang yang paling dia hormati di dalam lingkungan keluarga besarnya sungguh membuat kepala Hafiz terasa berdenyut. Abah benar menolak lamaran kiai Nawawi untuk putri bungsunya bukanlah urusan mudah.

Apa yang harus dia katakan sekarang kepada Azizah? Sungguh, dia tak sanggup membayangkan harus melihat air mata Azizah yang terus berjatuhan membasahi pipinya. Dia tak sanggup melihat Azizah menangis dan terluka untuk yang kesekian kali.

Menerima pernikahan dengan Yasmin saja sudah terasa begitu berat bagi Azizah. Meskipun pada akhirnya dia dan Yasmin bercerai, tapi sisa luka itu masih begitu terasa. Lantas bagaimana dengan lamaran kiai Nawawi? Haruskah dia menerima putri bungsunya untuk menjadi istri yang ketiga?

Ya Allah, betapa peliknya. Di satu sisi, Hafiz tak mau mengecewakan harapan Abah dan kiai Nawawi, tapi di sisi lain dia juga tak mau menghancurkan hati Azizah. Tak ada perempuan yang mau berbagi, apalagi untuk berkali-kali.

Ah, Hafiz merasa dirinya seperti pengkhianat!

"Abang." Suara lembut itu membuyarkan lamunannya.

"Ada apa, Bang?" Adek lihat semenjak Abang pulang dari rumah abah, wajah Abang terlihat murung. Abang ada masalah dengan Abah?"

Azizah duduk disampingnya. Hafiz mengecup punggung tangan istrinya sekilas.

"Adek, maafkan Abang ya. Abang belum bisa membahagiakan kamu. Selama ini Abang selalu membuatmu bersedih dan meneteskan air mata."

"Adek bahagia bisa bersama dengan Abang. Memangnya kenapa, Bang? Abang ada masalah apa? Cerita sama Adek ya," bujuknya. Azizah menatap Hafiz dengan lembut yang kemudian di balasnya dengan mendaratkan sebuah kecupan di kening Azizah.

"Sungguh, apakah Adek mau mendengarkan cerita Abang?"

"Iya, Abang. Adek kan istri Abang. Kenapa Abang harus merasa sungkan untuk bercerita kepada Adek?"

"Abang tidak tega, Sayang."

"Abang kenapa sih?" Hafiz membiarkan telapak tangan Azizah membelai pipinya. "Apakah ini menyangkut soal Adek?"

"Sebenarnya Abang tidak tega mengatakan hal ini kepadamu, Sayang. Namun, kamu harus mengetahuinya," ucapnya sembari berusaha menahan nafas.

"Dek, kalau seandainya Allah menghendaki di dalam hidup Abang harus memiliki tiga orang bidadari, apakah Adek ikhlas?"

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Cinta Tiga Bidadari
1

Bab 1 Bimbang

16/02/2022

2

Bab 2 Abang mau nikah lagi ya

16/02/2022

3

Bab 3 Mana janjimu, Abang

16/02/2022

4

Bab 4 Kita sama-sama sakit

16/02/2022

5

Bab 5 Gadis keras kepala

16/02/2022

6

Bab 6 Kontraksi

16/02/2022

7

Bab 7 Di rumah sakit

16/02/2022

8

Bab 8 Hadiah kelahiran

16/02/2022

9

Bab 9 Permintaan bibi Sarah

16/02/2022

10

Bab 10 Muhammad Ibrahim Al-Fazari

16/02/2022

11

Bab 11 Tidak punya pilihan

16/02/2022

12

Bab 12 Komitmen awal

18/02/2022

13

Bab 13 Menikahi Naura

18/02/2022

14

Bab 14 Tidak ada lagi penolakan

21/02/2022

15

Bab 15 Mahar yang pantas

21/02/2022

16

Bab 16 Sarapan di kamar

21/02/2022

17

Bab 17 Pindah rumah

23/02/2022

18

Bab 18 Mencintaimu karena Allah

23/02/2022

19

Bab 19 Rasa cemburu

23/02/2022

20

Bab 20 Kita baru memulai

23/02/2022

21

Bab 21 Berbagi waktu

23/02/2022

22

Bab 22 Rasanya tetap sama

23/02/2022

23

Bab 23 Di hari giliran

23/02/2022

24

Bab 24 Menyadari batasan

23/02/2022

25

Bab 25 Sorot mata rindu

23/02/2022

26

Bab 26 Istri yang dipilih

23/02/2022

27

Bab 27 Abang tidak sejahat itu

23/02/2022

28

Bab 28 Drama yang membosankan

23/02/2022

29

Bab 29 Ragu dengan keputusan

23/02/2022

30

Bab 30 Survey tempat usaha

23/02/2022

31

Bab 31 Harus bersabar

23/02/2022

32

Bab 32 Siapa yang salah

23/02/2022

33

Bab 33 Tak bisa tegas

23/02/2022

34

Bab 34 Tak pernah berubah

08/03/2022

35

Bab 35 Launching pertama Azizah bakery

08/03/2022

36

Bab 36 Mendzalimi diri sendiri

08/03/2022

37

Bab 37 Tolong pahami Abang

09/03/2022

38

Bab 38 Adakah cemburu yang tidak menyakiti

09/03/2022

39

Bab 39 Bisnis itu kejam

10/03/2022

40

Bab 40 Abang pulang, Sayang

10/03/2022