Bayangan Kematian: Kutukan Tiga Roh

Bayangan Kematian: Kutukan Tiga Roh

✨Princess Of Light✨

5.0
Komentar
375
Penayangan
20
Bab

Aurelia, yang akrab disapa Aurel, adalah seorang gadis berusia 15 tahun yang hidup dalam kemewahan sebagai satu-satunya putri dari seorang CEO kaya raya bernama Andra. Namun, nasib buruknya pun datang dengan sangat mengerikan. Suatu malam, secara tak sengaja, Aurel menabrak tiga pengendara motor hingga tewas dalam sebuah kecelakaan misterius. Alih-alih menghadapi konsekuensinya, ia memilih untuk melarikan diri, meninggalkan ketiga korban di tengah malam yang gelap. Tindakannya itu ternyata adalah awal dari kisah horor yang tak terbayangkan. Sejak saat itu, Aurel terus-menerus dihantui oleh kehadiran mengerikan dari tiga roh marah yang dulu menjadi korban kecelakaan tersebut. Apakah Aurel akan mampu melepaskan diri dari teror yang menghantuinya, ataukah ia terjebak dalam mimpi buruk yang tak berkesudahan?

Bab 1 {Bab 1}:

Di tengah malam yang kelam, jalanan sempit ini tampak seperti lorong menuju ke dunia gelap yang tidak berujung. Pohon-pohon tinggi menyerupai jembatan raksasa yang terjulur ke atas, melengkapi kesan rimbun yang seperti pembatas antara dunia nyata dengan kegelapan yang menakutkan. Dedalu semak-semak di sepanjang jalan terlihat seperti tangan-tangan tenggelam yang siap menjebak siapa saja yang melewati jalanan ini.

Waktu berhenti seolah-olah menanti sesuatu yang mengerikan. Hanya keheningan yang mendalam yang mengisi udara malam ini, dihiasi dengan cahaya bulan yang samar-samar menembus celah-celah pohon. Udara terasa tegang, dan setiap suara mesin mobil yang berdentum seperti dengungan serangga raksasa, menambah ketegangan yang melanda.

Dan di tengah keheningan yang menakutkan, mobil sport mewah berwarna merah itu melaju dengan kecepatan tinggi, seakan-akan membawa maut bersamanya.

Aurelia, seorang gadis cantik berusia 15 tahun dengan rambut panjang bergelombang, nekat mengemudikan mobilnya. Keputusannya untuk berkendara di malam yang gelap adalah tindakan nekat, tetapi sepertinya dendam yang membara membakar dalam dirinya.

"Apa-apaan dia itu! Dia pikir dia siapa? Dendam dengan kakakku, malah aku yang dijadikan pelampiasan!" desisnya dengan nada geram saat mengendalikan mobil dengan kecepatan yang semakin tinggi.

Namun, di tengah jalan yang sempit dan kelam, mengemudi dengan kecepatan tinggi adalah taruhan yang sangat berbahaya. Dan seperti yang sering terjadi, nasib buruk bisa datang tanpa aba-aba.

"Awas!" teriak Aurel, berusaha mengerem mobilnya dan menghindari tiga pengendara sepeda motor yang tiba-tiba muncul dari semak-semak.

Brak!

Namun, tabrakan tak terhindarkan. Tiga motor hancur di bawah mobil mewah Aurel, menghasilkan suara gemuruh yang menakutkan. Pohon besar di depan mereka menjadi saksi bisu saat mobil berhenti dengan keras.

"Aduh!" jerit Aurel ketika kepalanya terbentur dengan keras di kemudi. Darah segera mengalir dari lukanya. Mobilnya juga mengalami kerusakan yang serius akibat menabrak tiga pengendara motor dan pohon besar.

"Apa aku baru saja menabrak seseorang?" gumam Aurel dengan panik, tangannya gemetar saat membersihkan darah yang mengalir di kepalanya. Ia melihat keluar melalui pintu mobil, ngeri dengan pemandangan yang menanti di luar.

Aurel bergegas keluar, terguncang oleh bau darah dan asap bensin yang menyengat. Ia menutup hidung dan mulutnya dengan tangan, berusaha untuk tidak muntah. Namun, saat ia mencapai korban-korban tabrakan...

"Ti- tidak mungkin! A- aku baru saja menabrak tiga orang pengendara motor?" bisik Aurel dengan mata penuh ketakutan. Di hadapannya, tiga motor rusak parah, dan tiga korban tergeletak dalam genangan darah yang mengerikan, cahaya senter motor masih menerangi luka-luka mereka yang mengerikan.

"To... Tolong! Tolong aku!" pinta salah satu pengendara motor, suaranya lemah karena luka-lukanya. Ia meraih tangan Aurel yang gemetar.

"Kyaaa!" Aurel terduduk di tanah, matanya terbelalak, ketika ia melihat seorang pria muncul di antara bayangan gelap.

"Tolong! Tolong kami!" pinta pengendara motor lainnya, menarik tubuhnya yang terluka parah.

"Tidak! Aku tidak bersalah! Aku tidak tahu apa-apa tentang kejadian ini!" Aurel berteriak, ketakutan, dan bergegas kembali ke mobilnya.

"Jangan pergi! Tolong kami dulu!" pinta salah satu korban yang lainnya, mencoba meraih Aurel dengan tangan berlumuran darah.

Namun, ketakutan membuat Aurel melarikan diri lebih dulu. Ia memundurkan mobilnya, berusaha melarikan diri dari tempat kejadian, meninggalkan korban-korban menderita di belakang.

"Tidak! Aku tidak akan dipenjara, kan? Ayahku akan mengurus semu-kyaaa!" Aurel tiba-tiba mengerem mobilnya secara mendadak. Tubuhnya terhuyung maju, hampir membenturkan kepalanya lagi pada stir.

"Kali ini aku tidak akan menabrak orang lain lagi, kan?" Aurel bertanya dengan gemetar, mata cemasnya menatap jalanan yang sunyi.

"Ke- kenapa? Kau... Tidak menolong kami?" desis seorang pria berwajah hancur dengan suara serak yang menembus tulang belakang. Ia muncul seperti bayangan dari kegelapan, menempelkan wajahnya yang penuh luka pada kaca depan mobil Aurel.

"Kyaaaaa!" jerit histeris pecah dari bibir Aurel, ketika melihat wajah pria itu yang teramat mengerikan. Dengan kecepatan refleks, ia menundukkan kepalanya seraya memegangi kepalanya dengan kedua tangan, berusaha mengusir gambaran yang menghantui pikirannya. Namun, aura kegelapan dan kengerian terus mengelilingi mereka.

Dengan keberanian yang tersisa dalam dirinya, mendorong Aurel untuk perlahan mengangkat kepalanya dan memeriksa kaca mobilnya.

"O- orang tadi... Menghilang?" desis Aurel, dengan kebingungan melanda, karena orang yang baru saja ia lihat tiba-tiba lenyap begitu saja, tanpa jejak.

"Apa aku berhalusinasi?" lanjutnya, suaranya gemetar, membuatnya ragu untuk melanjutkan perjalanan yang semakin terasa mencekam.

"Ta- tapi... Noda darah ini..." Aurel menatap noda darah yang menempel di kaca mobilnya dengan ngeri. Noda itu tampak seperti pertanda kejahatan mengerikan yang terjadi di tempat itu, mengirimkan gelombang ketakutan yang semakin merayap di dalam mobil.

"Kau takut dipenjara?" Terdengar suara yang mengerikan bergaung dari arah kiri. Mendadak, Aurel terperanjat dan dengan cepat menoleh ke sumber suara itu.

"Kyaaaa!" Teriakan histeris meledak dari bibir Aurel, saat melihat sosok pria menyeramkan dengan wajah yang hampir terbelah menjadi dua, dan luka panjang yang terbuka seperti ban mobil yang robek.

Ketakutan yang mendalam memenuhi dirinya, dan tanpa pikir panjang, Aurel langsung berlari keluar dari mobil yang terasa semakin seperti perangkap mengerikan.

"Ayah! Ayah! Di mana nomor ayah?" Aurel mencoba menekan tombol ponsel pintarnya dengan panik, seraya berusaha berlari tanpa henti.

"Ketem- kyaaa!" Teriakan tiba-tiba meletus dari bibir Aurel ketika ia tiba-tiba tersandung sesuatu dan terjatuh ke tanah dengan keras.

Saat tubuhnya tersungkur, ponselnya terlempar beberapa inci dari tempat ia jatuh. Aura kegelapan semakin menghantui, dan keberadaan misterius yang mengintai Aurel semakin mendekat, membuatnya merasakan kehadiran yang mengerikan di sekelilingnya.

"Aurel, mengapa kamu menelepon ayah?" tanya sebuah suara, yang ternyata adalah suara Andra, ayah kandung Aurel, terdengar dari ponsel yang tergeletak tidak jauh dari tempat Aurel tersungkur saat ini.

"Ayah!" Aurel berusaha meraih ponselnya dengan gemetar. Namun... "Kyaaa!"

Saat ia hampir menyentuh ponselnya, tiba-tiba Aurel ditarik dengan kasar oleh sosok pria yang telah membuatnya terjatuh.

"Meminta tolong pada ayah? Sungguh pengecut!" gumam sosok itu dengan suara yang membuat bulu kuduk Aurel merinding, sementara bayangan kegelapan semakin menyelimuti Aurel dalam ketakutan yang semakin dalam dan mengerikan.

"Aurel! Ada apa?" Andra yang terdengar sangat panik bertanya dari ponsel.

"Ayah! Tolong aku!" teriak Aurel sambil berusaha meraih ponselnya dengan gemetar, berusaha melonggarkan cengkeraman pria misterius yang masih menahannya.

"Sekarang kau di mana?" Andra berteriak melalui ponsel, rasa paniknya semakin terasa.

"A- aku ada... Aku ada di... Kyaaaa!" Aurel berteriak dengan keras, sebelum akhirnya terhenti oleh suatu kejadian yang lebih mengerikan.

"Aurel!" Andra memekik dengan penuh kekhawatiran, merasa putrinya berada dalam bahaya yang tak terbayangkan. Suasana semakin mencekam dan misterius, kegelapan sepertinya semakin mengintai untuk menghantui mereka.

Krak!

Ponsel Aurel hancur berkeping-keping ketika sebuah kaki yang penuh darah menginjaknya, lalu ponsel itu digesek-gesekkan ke tanah berkali-kali oleh kaki tersebut.

Pemilik kaki menurunkan tubuhnya, berjongkok di hadapan Aurel yang terbaring tersungkur. Dengan cengkeraman yang mencekam, ia meraih rahang Aurel dan memaksanya untuk menatap wajahnya yang penuh kekejaman. Dengan suara yang mengerikan, ia berkata, "Inilah akibatnya jika kau berusaha melarikan diri dari tanggung jawab!"

Bayangan mengerikan ini memenuhi setiap sudut pikiran Aurel, menciptakan ketakutan yang begitu mendalam sehingga sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Gairah Liar Ayah Mertua

Gairah Liar Ayah Mertua

Gemoy
5.0

Aku melihat di selangkangan ayah mertuaku ada yang mulai bergerak dan mengeras. Ayahku sedang mengenakan sarung saat itu. Maka sangat mudah sekali untuk terlihat jelas. Sepertinya ayahku sedang ngaceng. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi deg-degan. Aku juga bingung apa yang harus aku lakukan. Untuk menenangkan perasaanku, maka aku mengambil air yang ada di meja. Kulihat ayah tiba-tiba langsung menaruh piringnya. Dia sadar kalo aku tahu apa yang terjadi di selangkangannya. Secara mengejutkan, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan terjadi. Ayah langsung bangkit dan memilih duduk di pinggiran kasur. Tangannya juga tiba-tiba meraih tanganku dan membawa ke selangkangannya. Aku benar-benar tidak percaya ayah senekat dan seberani ini. Dia memberi isyarat padaku untuk menggenggam sesuatu yang ada di selangkangannya. Mungkin karena kaget atau aku juga menyimpan hasrat seksual pada ayah, tidak ada penolakan dariku terhadap kelakuan ayahku itu. Aku hanya diam saja sambil menuruti kemauan ayah. Kini aku bisa merasakan bagaimana sesungguhnya ukuran tongkol ayah. Ternyata ukurannya memang seperti yang aku bayangkan. Jauh berbeda dengan milik suamiku. tongkol ayah benar-benar berukuran besar. Baru kali ini aku memegang tongkol sebesar itu. Mungkin ukurannya seperti orang-orang bule. Mungkin karena tak ada penolakan dariku, ayah semakin memberanikan diri. Ia menyingkap sarungnya dan menyuruhku masuk ke dalam sarung itu. Astaga. Ayah semakin berani saja. Kini aku menyentuh langsung tongkol yang sering ada di fantasiku itu. Ukurannya benar-benar membuatku makin bergairah. Aku hanya melihat ke arah ayah dengan pandangan bertanya-tanya: kenapa ayah melakukan ini padaku?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku