Bayangan Kematian: Kutukan Tiga Roh
loooong!" teriak Au
?" tanya Audrey yang kini sudah berdiri di
tan. Ia melihat kakaknya yang berlutut di sampingnya dengan tatapan
s air yang berada di atas meja kecil di dekatnya
raya meraih gelas berisi air itu d
ketegangan yang masih terasa di dalam dirinya. Setelahny
n Aurel. Dengan tatapan penuh perhatian, ia berjalan unt
duki oleh Aurel. Dengan ekspresi lembut, Audrey bertanya, "Memangnya
u-ragu. Yang ia ingat, ia harus cepat-cepa
udrey mendorong tubuh Aurel dengan lembut agar ia kembali berbaring
rti tadi!" ujar Aurel dengan tatapan penuh ketakutan. Matanya be
an lembut dan mengelusnya dengan penuh perhatian. Ia kemudian berkata, "Sekarang, d
lihat khawatir. "Aku mau, Kak! Aku
il tutup matamu." Audrey mengataka
dan langsung menghembuskannya sebagai ancang-an
sana, dan sangat pintar. Suatu hari, ia menerima misi yang..." Audrey melanjutkan dengan suaranya yang lembut dan tenang, menggambarkan kerajaan langit da
👻👻
erengah-engah, merasakan nafasnya yang s
n gelap, namun, ada perasaan aneh seakan d
a tanah yang dia pijak mendadak
dengan lengan untuk melindungi di
, Aurel membuka matanya sedikit
lihat sebuah istana besar yang bersi
l yang tadi dia pijak, kini berhenti
s masuk?" batin Aurel, ragu t
kah dari pulau terapung i
Aurel kagum melihat pulau itu
terang di depannya. Dengan rasa ingin tahu yang b
r
rada di depannya. Rasa heran dan kebingungannya semakin m
g tak terlihat. Kemudian, muncul seorang gadis cantik berp
uknya dengan semangat. "Kau tuan putri! Tuan putri cahaya ya
r di wajah gadis itu
bertanya, "Apa kau bisa menolongku? Aku baru
apkan ketakutan yang
antu," jawab gadis i
uan putri pasti berhati malaika
dengan nada menakutkan di telinga kanan Aurel. Dala
rhadapan dengan tiga sosok menyeramkan. Matanya membelalak, dan tubuhnya membeku,
i, memegangi erat kedua bahu Aurel. Kemudian, di
alipun menoleh ke belakang. Dalam keheningan, dia melambaikan
ba-tiba memutar tubuhnya kembali menghadap Au
l dengan mata tajam. "Tidak ada yang boleh merasa bahagia di dunia yang k
nusuk ke dalam jiwa. "Seorang gadis yang diberkahi sejak
anpa ampun. Dia menghadap pin
emuanya hanya ilusi yang aku ciptakan untuk memuaskan diriku sendiri! Dan sekara
akan merasakan dirimu hancur berkali-kali oleh tiga korbanmu. Setiap kali tubuh
gan kedua tangan terentang, dia berkata, "Ka
n, "Jadi, nikmati saja siksaanmu dengan hening." Suara tawa ja
r
menghilang di dalamnya, meninggalkan Aurel dala
m bentuk ilusi yang sangat nyata. Mereka menatapnya dengan tatapan hampa, wajah mereka
enuh kesakitan dan ketakutan yang memenuhi area sekitar istana, sep
n suasana yang semakin menyeramkan dan tak terduga, seola