Bayangan Kematian: Kutukan Tiga Roh
k lari. Dari salah satu mobil sedan yang berada di tengah, turun se
eluruh dunia. Ditemani oleh beberapa pria lain yang mengenakan pakaian serba hitam d
s dan memerintah. "Temukan para korban! Lacak ide
dengan patuh, sementara mereka berge
yang tertinggal! Putriku tidak boleh terlibat dalam masalah ini!" Dengan kete
intahkan dengan kebijakan dan tidak
👻👻
h muda, terlihat dua orang pria dan wanit
gan terisak. Ia memeluk tubuh seorang pria
," jawab seorang pria yang duduk di sisi Aur
i pertama dari Aurel. Ia adalah seorang maha
r
dengan kasar. Terlihat sesosok pri
Aurel. Sama seperti adiknya, Aron masi
aja membunuh tiga or-" Belum selesai Aron melanj
!" bentak Audrey seraya menatap
aja pulang da-" Lagi-lagi perk
u? Bagus!" ujar Audrey seraya me
enyampaikan isi pikirannya, lagi-lagi
seraya mengucap sumpah, namun nyatanya... Kau hanya mengan
r! Aku hanya..." Audrey meng
akan dimainkan sebentar lalu dibuang ketika bosan!" seru Audrey sedikit berter
uara lirih, terlihat matanya berkaca-ka
lak!" tegas Audrey seraya memalingkan wajahnya
enamkan wajahnya di balik rambut sang adik. "Sekara
engan sangat lembut. Ketika sang adik me
enjawabnya. "Kak Rain adalah kakaknya kak Rani. Mantan kekasih kakak. Sekarang,
a Audrey seraya menatap ke arah Aro
ucap Aron seraya me
kmu semakin trauma." suruh
kali memperbaiki kesalahannya. Dengan li
erintahku barusan?" tanya
dengan sangat terpaksa, Aron p
danya?" tanya Aurel yang merasa sedikit
ua perbuatannya," balas Audrey seraya
an tajam seraya berkata, "Bukan berarti karena kau adalah adik perempuan y
mu! Karena kau sudah terlalu sering melanggar peraturan!" ujar Aud
Audrey. Dengan lirih, ia bertanya, "B
idurlah sendiri, ya! Jika ada apa-apa, aku akan kembali lagi kesin
l seraya melepaskan genggam
epaskan tangannya. Sebelahnya, ia berjalan perlahan m
nakan selimut. Dengan masih sangat ketakutan, ia bergumam, "Sepertinya masih be
. Ia sedikit menggigil karena masih terbayang-bayang para ma
mutnya dan membiarkan tubuh
tanpa berkedip. Setelah beberapa saat,
l seraya menutup kedua matanya dan
Tes..
in yang menusuk tulang. Sontak Aurel langsung membuka kedua matanya dengan cepat. Ia terbelalak ke
langit kamar, ada sesosok pria yang merayap dengan gerakan aneh, seperti cicak yang melintasi dinding. Wajahnya hancur, pe
itu, menetes ke bawah dan membasahi ranjang Aurel, me
gan nada yang sangat mencekam. "Kau harus hidup menderita!" Suaranya terdengar seperti ge