"Iya, sayang. Aku juga merindukanmu. Kamu sabar, ya. Sebentar lagi kita akan bertemu."
Deg..
Langkahnya terhenti karena mendengar kalimat suaminya yang seketika membuat darahnya berhenti mengalir.
"Sa-sayang?!" Senja masih tak percaya dengan apa yang dia dengar.
Ia baru menyadari jika ada yang tidak beres dengan suaminya saat ini. Karena selama ini suaminya selalu mengangkat telepon meskipun berada disampingnya.
Dengan lancang dia menguping kembali pembicaraan sang suami karena rasa penasaran menyergapnya. Apalagi panggilan sayang masih membekas di ingatannya.
"Dengan siapa Mas Han berbicara?" batin Senja yang masih menguping di sana. Dia bersembunyi dibalik korden yang biasanya menutup pintu balkon.
"Iya, Sayang," ucap Han di sela tawanya.
Mata Senja membulat sempurna ketika mendengar Han kembali memanggil sayang dengan lawan bicaranya.
Senja meremas dadanya yang tiba-tiba sesak. Air matanya luruh begitu saja saat mendengar percakapannya suaminya yang entah dengan siapa. Apalagi panggilan sayang yang Han lontarkan telah mengusik hatinya.
Ya, Han Sanjaya adalah pria yang sudah menemaninya selama delapan tahun terakhir. Pria yang dengan gagahnya memintanya pada ibunya untuk meminangnya sebagai istrinya.
Tapi setelah delapan tahun bersama, dia tidak menyangka jika dia harus mendengar bibir suaminya memanggil sayang pada lain wanita.
Curiga? Sangat. Karena sebagai seorang istri Senja tidak pernah mengecewakan suaminya. Ia selalu patuh dan melayani suaminya setulus hati. Lalu apa kesalahannya sampai suaminya berbuat seperti itu?
Tapi dia harus memastikannya terlebih dahulu sebelum mengambil langkah selanjutnya. Bisa saja dia hanya salah sangka pada suaminya. Walau bukti nyata sudah di depan mata.
Senja mengusap air matanya dan berniat keluar dari persembunyiannya. Ia menarik bibirnya mengulas senyuman agar suaminya tidak curiga kepadanya.
"Mas.."
Han gelagapan sekaligus kaget karena dengan tiba-tiba Senja muncul di belakangnya.
"Senja, sayang. Sejak kapan kamu di situ?" Seketika Han menjadi gugup bukan main, karena takut sang istri mendengar apa yang dibicarakan ketika di balkon tadi.
Segera Han langsung menyimpan ponselnya ke dalam saku celananya.
Gegas ia mendekati Senja yang tengah berdiri di depan pintu balkon kamarnya.
"Barusan saja, Mas. Memangnya kenapa? Kenapa kamu kaget seperti itu?" tanya Senja dengan senyum menggoda, memasang wajah yang biasa saja. Seolah tidak terjadi apa-apa dan tidak mendengar apa-apa.
Han mengecup kening Senja berkali-kali. "Tidak. Aku hanya kaget saja saat kamu tiba-tiba muncul dari belakang."
"Benarkah?"
Menangkap sinyal kurang baik dari Senja, Han segera mengalihkan rasa curiga istrinya. "Sudahlah. Ayo kita sarapan. Aku sudah lapar."
Han pun menggandeng tangan Senja untuk keluar dari kamar. Jangan sampai istrinya itu menanyakan sesuatu tentang siapa yang menelponnya tadi. Bisa gawat urusannya, pikir Han gusar
Saat di depan pintu, suara cempreng menyambutnya dengan tawa lebarnya.
"Mama!!"
"Sayang." Senja berjongkok dan memeluk Bina.
Ciuman hangat mendarat di pipi Senja dari Bina. Di susul oleh Han yang juga ingin di cium oleh sang putri.
Senja berusaha keras mengontrol emosi di depan buah hatinya. Jangan sampai sang putri melihatnya bertengkar dengan suaminya karena masalah yang belum jelas keberadaannya.
Rasa penasaran memenuhi otaknya untuk segera mencari tahu secepatnya agar tidak menjadi penyakit hati.
Setelah sarapan bersama, Bina dan Han berpamitan untuk pergi ketujuan masing-masing. Tak lupa mereka mengecup pipi Senja bergantian.
"Aku berangkat ya, Sayang. Hati-hati di rumah. Mungkin aku tiga sampai empat hari di sana. Karena ini klien penting dari luar kota," terang Han sesaat akan masuk ke dalam mobilnya.
Walau penuh rasa curiga, Senja memaksakan senyumnya dan mengangguk.
Setelah ini, ia akan mencari tau apa yang selama ini di sembunyikan oleh suaminya.
Melihat mobil suaminya yang perlahan meninggalkan halaman, Senja bergerak cepat untuk mengambil tas dan kunci mobilnya. Kali ini jangan sampai ia kehilangan jejak suaminya.
Saat ia hendak masuk ke dalam mobil, sebuah mobil berwarna putih memasuki pintu gerbang. Membuatnya bertanya-tanya siapa yang bertamu kali ini.
Saat Senja tau siapa orang itu, dengan berjalan cepat ia menghampirinya.
/0/15160/coverorgin.jpg?v=20250123120543&imageMogr2/format/webp)
/0/2353/coverorgin.jpg?v=ca42abac3b8baf56298ef01259a92c41&imageMogr2/format/webp)
/0/15642/coverorgin.jpg?v=bae564930038a01bde1690b66bd7477b&imageMogr2/format/webp)
![[BUKAN] PELAKOR](https://cos-idres.cdreader.com/site-414(new)/0/2167/coverorgin.jpg?v=db428b5a3581aded04844622906c9a50&imageMogr2/format/webp)
/0/6433/coverorgin.jpg?v=20250120175541&imageMogr2/format/webp)
/0/17691/coverorgin.jpg?v=7e5c276000575bd8df0b24150b3f5521&imageMogr2/format/webp)
/0/10259/coverorgin.jpg?v=54169c1f5c1549138ff5f1f1622f939d&imageMogr2/format/webp)
/0/13576/coverorgin.jpg?v=5d82f09b814dd1b96a2f33a312ae4530&imageMogr2/format/webp)
/0/12391/coverorgin.jpg?v=20250207145157&imageMogr2/format/webp)
/0/5026/coverorgin.jpg?v=6b0541cf5ce5c276a47550f412b121d4&imageMogr2/format/webp)
/0/23723/coverorgin.jpg?v=464023131ef63f7e4423296e448da571&imageMogr2/format/webp)
/0/24665/coverorgin.jpg?v=a18e649a39800399143780954e35dbd1&imageMogr2/format/webp)
/0/6280/coverorgin.jpg?v=03b729dd0330ea7e2218765380599657&imageMogr2/format/webp)
/0/10426/coverorgin.jpg?v=76818ceee2f802563efd68fcee7c15a5&imageMogr2/format/webp)
/0/6539/coverorgin.jpg?v=b442eb536248e6caa6553a30e37250fd&imageMogr2/format/webp)
/0/15682/coverorgin.jpg?v=309d2c68cdf00ae1a052e743831ec10a&imageMogr2/format/webp)
/0/17322/coverorgin.jpg?v=42ab220d18228ed2cbfbbe34b318616c&imageMogr2/format/webp)
/0/14964/coverorgin.jpg?v=09ec48223a6c7d9943b46b4f335ee878&imageMogr2/format/webp)