Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Kuserahkan Suamiku Kepada Pelakor

Kuserahkan Suamiku Kepada Pelakor

Nike Ardila

5.0
Komentar
1.6K
Penayangan
83
Bab

"Hei, Mba! Ini lelaki yang kamu inginkan, bukan? Eh, suamiku maksudnya. Secara kan dia masih suamiku. Ambil-lah! Aku ngga butuh lelaki sampah kayak dia!"

Bab 1 Ponsel Asing

''Hp siapa yang berbunyi? Mas Deno? Nggak, aku hapal betul bunyi nada deringnya. Tapi hp siapa?''

Aku yang sedang menidurkan si kecil bergegas mencari bunyi benda itu di seluruh sudut ruangan bahkan lemari, tak kutemui. Aneh! Di mana benda ponsel itu sebenarnya? Ia kembali berdering, kali ini lebih lama. Kucoba merungkukkan kepala ke bawah.

Tampak cahaya putih, aku langsung berusaha mengambilnya dengan susah payah karena tanganku sulit untuk menjangkaunya. Aku terheran memandangi benda canggih nan sangat asing bagiku. Namun, mataku tertuju pada layarnya.

''2 Panggilan tak terjawab dan 2 pesan dari WA? Siapa?'' Dengan hati terus bertanya bergegas kutelusuri.

''Chika sayangku?'' Membaca nama yang tertulis itu membuat dadaku terasa sesak, hatiku bak ditusuk ribuan belati, dan tanpa disadari buliran air mata lolos begitu saja.

''A-apa Mas Deno bermain di belakangku? Kalo nggak, kenapa nama kontaknya Chika Sayangku? Aku harus cek pesan di wa-nya,'' lirihku dengan buliran air mata yang terus menetes. Tanganku bergetar menekan tombol benda itu.

''Mas, kapan sih mau menikahiku? Kita udah 4 tahun pacaran loh, Mas.''

Tubuhku lemas tak berdaya, kubanting benda pipih itu ke ranjang begitu saja.

''Empat tahun kamu selingkuh Mas? Kenapa aku nggak pernah tahu, begitu licik dan pandainya kamu menutupi semuanya dari aku! Ya, bagaimana pun menyimpan bangkai suatu saat baunya akan tercium juga.''

''Kamu mau bermain denganku, Mas! Oke, aku akan ikuti permainanmu.'' Kuseka air mata dengan kasar.

''Lelaki brengs*k itu nggak perlu ditangisi. Air matamu akan terbuang sia-sia saja, Nelda!''

Aku meraih benda pipih itu kembali, langsung aku hapus pesan yang dikirimkan oleh si pelakor itu dengan tangan gemetar, begitupun dengan panggilan tak terjawab. Lalu kuletakkan kembali di tempat semula.

''Begitu rapatnya kamu tutupi dari aku, Mas.''

Aku kembali merebahkan tubuh ke ranjang sembari menatap langit-langit kamar dan sesekali melirik buah hatiku saat ini yang masih berumur 5 tahun. Jika memandang ke anak hatiku sungguh terasa teriris, tetapi aku tak tahu harus bagaimana saat ini.

Aku hanya bisa berpura-pura tak tahu soal perselingkuhan suami demi menjalankan sebuah remcana. Hatiku sungguh terasa perih sekali. Beraninya Mas Deno bermain api di belakangku apalagi sudah 4 tahun.

''Kamu kira aku ini wanita apaan, Mas!'' gumamku tersenyum sinis. Seketika pintu berderit.

Aku berpura-pura tidur. Itu pasti Mas Deno yang memasuki kamar. Mungkin dia habis mandi, karena biasanya dia pergi ke kantor lebih pagi.

''Kamu masih tidur, Sayang? Nggak solat?''

Cuih! Aku jijik mendengar kata Sayang dari mulut lelaki seperti kamu Mas. Solat? Berpura-pura baik kamu ternyata ya. Kamu bisa berbohong padaku, tetapi tidak pada Allah.

''Tukang selingkuh, nyuruh aku solat. Hahah!'' gumamku dalam hati. Aku masih berusaha berpura-pura terlelap.

''Yang, bangun dong. Udah jam berapa ini, bikini aku sarapan.'' Dia mengguncang tubuhku pelan.

''Apaan sih, Mas. Aku masih ngantuk nih. Kamu bikin mi aja sana.'' Suaraku berpura-pura seperti orang bangun tidur. Kuusap mata pelan.

''Mi? Kok kamu gitu sih? Kan kamu tahu, aku nggak suka makan mi.'' Terdengar suaranya mulai kesal denganku. Nanti malah curiga Mas Deno dengan sikapku. Ahh! Aku harus bersikap seperti biasanya. Aku bergegas duduk sambil mengumpulkan nyawa.

''Ma'af deh, Sayang,'' lirihku yang berusaha untuk bersikap seperti biasanya. Entah kenapa perutku seketika mendadak mual ketika menyebut kata sayang.

''Iya, kok kamu bicara kayak gitu. Kamu kan tau kalo Mas nggak suka mi,'' ucapnya yang masih merapikan rambut lantas menatap cermin. Aku menyunggingkan bibir.

''Habisnya aku ngantuk banget, Mas.''

''Ya udah, aku bikini kamu sarapan. Tapi aku nyuci muka dulu sebentar.'' Dia hanya mengangguk lantas tersenyum menatapku.

''Sandiwara kamu sungguh luarbiasa, Mas!'' gumamku dalam hati.

Aku bergegas melangkah ke kamar kecil. Beberapa menit kemudian, aku telah selesai mencuci muka. Lantas melangkah menuju dapur. Kubuka kulkas. Alhamdulillah ada ikan dan juga seikat sayur.

Sebenarnya aku malas memasak buat suami yang tukang selingkuh, tetapi apalah daya sekarang aku hanya bisa bersikap seperti biasanya walau begitu menyakitkan.

Aku bergegas menyiapkan semua bahan. Membersihkan ikan terlebih dahulu lantas memoles dengan bumbu-bumbu halus yang kubeli kemaren yaitu bawang putih, bawang merah, kunyit, dan kububuhi garam kasar sesuai selera. Lalu kurebus hingga matang.

''Hatiku sungguh sakit. Terbayang olehku isi pesan wanita pelakor itu!'' Aku mengepalkan tangan.

''Lelaki pembohong dan nggak tahu diri, nggak seharusnya aku pertahankan!'' kesalku dalam hati. Aku tak mau gegabah dalam bertindak, demi menjalankan semua rencanaku aku akan berpura-pura tak tahu bahwa aku sudah mengetahui perselingkuhan Mas Deno.

**

Ikanku tampak sudah matang bergegas aku menggorengnya. Beberapa menit kemudian, aku telah selesai memasak dan membereskan dapur terlebih dahulu.

Seketika ada sosok tangan yang melingkar di pinggangku membuat sulit untuk bergerak, tanganku terhenti yang tengah mengelap kompor gas. Aku merasa muak dan jijik membayangkan dia yang selingkuh dengan wanita lain, apalagi kalau dia pernah memeluk pelakor itu.

''Mas, ngapain sih? Ini aku sedang kerja loh,'' sungutku. Mencoba untuk melepaskan rangkulannya namun tenaganya mengalahkan tenagaku. Mas Deno tidak tahu hatiku begitu sakit teringat pesan dari si pelakor itu.

''Mas kangen kamu. Emang kenapa? Masa suami sendiri dimarahin.'' Cuih! Aku sangat muak! Seperti hendak keluar isi perutku mendengar ucapanmu yang mungkin juga kamu ucapkan ke si pelakor itu.

''Sudah basi tahu nggak!'' kesalku dalam hati.

''I-iya, Mas. Kan Mas tahu, aku lagi kerja nih,'' lirihku kembali. Dia masih bergelayut manja.

''Mas pasti laper kan? Ya udah sarapan dulu, kan Mas mau kerja. Ntar telat loh,'' ucapku melepaskan tangan Mas Deno dari pinggangku. Dia seperti terheran menatapku. Semoga saja dia tak curiga dengan sikapku kali ini.

Tanpa mempedulikannya, aku bergegas membawa masakanku ke ruang makan, lalu menatanya di meja.

Aku tersenyum memandangi masakanku. Tak lupa pula kuletakkan nasi di meja makan. Seketika Mas Deno menghenyak di kursi.

''Kamu kok berubah sekarang, Yang?'' Aku menatapnya heran dan berpura-pura tak mengerti apa yang sedang diucapkannya.

''Apa sih maksudmu, Mas?'' tanyaku sembari mengernyitkan kening.

''Kamu kayak berubah sekarang, Nel,'' ulangnya kembali.

''Hah? Berubah? Kamu nggak demam kan, Mas?'' Aku bergegas memeriksa keningnya. Lantas dia terkekeh. Lalu beralih menatapku.

''Apaan sih kamu. Mas kan serius nanya.''

''Kamu yang apaan, Mas. Kamu bilang aku berubah dari mananya berubah coba?'' kesalku.

Tanganku masih sibuk mengaduk kopi hangat untuk Mas Deno, sekilas menoleh pada lelaki yang masih berstatus sebagai suamiku itu.

''Mas meluk kamu aja merasa gimana gitu, aku ini suami kamu loh. Nggak biasanya kamu bersikap kayak gitu,'' jawab Mas Deno ketus. Tampak dari raut wajahnya yang kesal.

''Alahh! Gayamu, Mas. Aku jijik memeluk kamu yang bekas dipeluk wanita murahan itu!'' batinku.

''Kan aku lagi sibuk kerja, Sayang. Masa sih itu aja kamu langsung ngambek. Kayak anak kecil aja,'' ucapku lirih dan bergegas memeluknya walau terasa jijik olehku.

''Iya, iya. Ma'af deh, Yang,'' sahutnya seketika. Aku menghela napas pelan.

Segitu aja ngambek. Kamu egois, Mas! Di belakang aku aja selingkuh!

''Jangan-jangan itu untuk menutupi aibmu aja. Dasar lelaki!'' Aku tersenyum sinis.

''Ya udah, kita sarapan dulu ya,'' ucapku sembari melepaskan pelukan darinya.

Dia mengangguk lantas tersenyum. Sejak pengkianatannya terbongkar membuat aku malas memandanginya, hatiku hancur.

''Mas, Mas. Kamu lihat aja, aku lebih licik dari kamu!'' gumamku sembari tersenyum sinis memandanginya. Oke, aku akan melakukan sesuatu padamu, Mas!

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Kuserahkan Suamiku Kepada Pelakor
1

Bab 1 Ponsel Asing

13/09/2024

2

Bab 2 Ternyata Wanita itu adalah

13/09/2024

3

Bab 3 Pengakuan Si Pelakor

13/09/2024

4

Bab 4 Aku Pun Bisa Bersandiwara

13/09/2024

5

Bab 5 Aneh Sekali Kamu, Mas.

13/09/2024

6

Bab 6 Kesekian Kalinya Berbohong

13/09/2024

7

Bab 7 Disuruh Hamil Kembali

13/09/2024

8

Bab 8 Rencanaku Selanjutnya

13/09/2024

9

Bab 9 Ini Belum Seberapa, Mas!

13/09/2024

10

Bab 10 Viralkan!

13/09/2024

11

Bab 11 Sandiwara Apa lagi Ini

13/09/2024

12

Bab 12 POV Deno

13/09/2024

13

Bab 13 Kecelakaan

13/09/2024

14

Bab 14 Apa Aku Harus Jujur

13/09/2024

15

Bab 15 Disaat Aku Ingin Berkata Jujur

13/09/2024

16

Bab 16 Siapa Dia Sebenarnya

13/09/2024

17

Bab 17 Aku Tak Kan Mudah Percaya

13/09/2024

18

Bab 18 Disekap

13/09/2024

19

Bab 19 Mimpi Buruk

13/09/2024

20

Bab 20 Lelaki Egois

13/09/2024

21

Bab 21 POV Si Pelakor

14/09/2024

22

Bab 22 POV Si Pelakor

14/09/2024

23

Bab 23 Berubah Total

16/09/2024

24

Bab 24 POV Deno

16/09/2024

25

Bab 25 Surat Pengunduran Diri (POV Deno)

17/09/2024

26

Bab 26 Apa Mau Lelaki ini

18/09/2024

27

Bab 27 Saatnya Jujur Ke Mertua

18/09/2024

28

Bab 28 Harus Disingkirkan

19/09/2024

29

Bab 29 Rindu Papa

19/09/2024

30

Bab 30 Lelaki Lain di Rumahku

20/09/2024

31

Bab 31 Lelaki Asing

21/09/2024

32

Bab 32 Apa yang Dia Rencanakan

21/09/2024

33

Bab 33 Aktingmu Luarbiasa, Mas

22/09/2024

34

Bab 34 Kecoplosan

22/09/2024

35

Bab 35 Berantakan

23/09/2024

36

Bab 36 POV Mama Deno

24/09/2024

37

Bab 37 POV Deno

25/09/2024

38

Bab 38 POV Pelakor (Suka Mengurus Hidup Orang)

25/09/2024

39

Bab 39 Dituduh Mertuaku

26/09/2024

40

Bab 40 Mencurigakan

27/09/2024