Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Tiga Ibu Kevin

Tiga Ibu Kevin

Freddy San

5.0
Komentar
890
Penayangan
65
Bab

Kisah nyata ini bercerita tentang perjuangan Kevin, anak dari seorang pria yang memiliki tiga orang istri dengan karakter dan permasalahan mereka masing-masing. Perjuangan berat bagi Kevin ketika harus berpindah tangan dari satu ibu ke ibu yang lain, diiringi pertengkaran hebat dan peristiwa menyakitkan dengan setiap wanita tersebut. KIsah unik di balik asmara sang ayah, ditambah kelakuan absurdnya, membuat perjalanan hidup Kevin jadi penuh warna. Belum lagi proses pencarian jati diri Kevin sebagai remaja yang tumbuh di tengah konflik keluarga, tentu sangat menarik untuk disimak. Bagaimana cara Kevin bertahan dengan semua masalah yang mendera tak ada habisnya?

Bab 1 Kejutan Besar

Janu terlihat sangat tegang di balik kemudi mobil hitam yang kini meluncur dengan kecepatan sedang, membelah jalanan kota Malang yang sore itu terlihat sangat lengang. Memang ini bukan malam Minggu, jadi jalanan relatif sepi di sini. Kalau hari Sabtu atau Minggu, jangan harap bisa lewat dengan nyaman di jalanan kota ini menuju ke arah Utara seperti yang sedang ditempuh oleh Janu saat ini.

"Kita ini sebetulnya mau ke mana sih, Mas?" Vita memandang curiga ke arah sopir pribadi suaminya itu. Dia merasa sedikit menyesal, kenapa tadi mau saja ketika dirinya diajak pergi oleh Janu hanya karena penasaran dengan 'rahasia besar' yang dikatakan oleh pria bertubuh jangkung dan berkulit hitam itu. Ya, rahasia besar tentang suami Vita.

"Saya nggak bisa cerita sekarang, Bu. Biar Ibu lihat langsung saja nanti. Kalau saya cerita sekarang, Ibu juga belum tentu akan percaya," jawab Janu yang matanya tetap fokus menatap ke depan ke arah jalanan. Wajahnya tampak sedikit tegang. Entah, apa yang sebenarnya sedang dia sembunyikan saat ini.

Rahasia besar. Rahasia besar apa, sih? gerutu Vita di dalam hati. Dia sudah merasa sangat tidak sabar, ingin tahu rahasia besar apa yang sebenarnya disimpan oleh sang suami dan sekarang ingin dibongkar oleh Janu ini.

Janu mencoba untuk tetap fokus pada jalanan di depannya, tetapi sebetulnya pikiran dia sedang tidak keruan. Dia tidak tahu, apakah keputusan yang dia ambil sekarang adalah keputusan yang tepat. Rasa bersalah telah menghantuinya selama beberapa tahun belakangan. Janu sudah tidak sanggup lagi untuk menahan. Dia merasa sangat bersalah kepada Vita yang selama ini banyak berjasa pada keluarganya. Janu bisa bekerja sebagai sopir pribadi di sana juga berkat uluran tangan Vita. Kalau tidak, mungkin dia masih tetap jadi pengangguran hingga sekarang.

Perjalanan dari kota Malang, terus mengarah ke Utara, hingga tiba di batas wilayah kotamadya. Setelah melewati gapura pembatas dan masuk ke wilayah kabupaten, Vita masih memandang tidak mengerti kepada pria yang ada di belakang kemudi itu. Ada sedikit rasa tidak nyaman, tetapi berusaha untuk dia telan. Janu adalah orang yang selama ini bisa dia percaya. Tidak mungkin kalau pria ini sampai berniat jahat atau yang aneh-aneh terhadap dirinya dengan membawa ke luar kota. Janu sudah mengabdikan dirinya pada keluarga Harris, suami Vita, sejak lama. Sudah lima tahun lebih. Ada kisah yang panjang tentang bagaimana Janu akhirnya bisa tertaut pada keluarga Harris ini.

"Nggak jauh lagi kok, Bu. Sabar, ya. Sebentar lagi kita sudah sampai, kok," ucap Janu yang paham kalau wanita di sampingnya itu sedang merasa gelisah. Vita tidak menjawab. Dia memutuskan untuk tetap bungkam, meski masih dengan tatapan yang penuh tanda tanya.

Sebelum rel kereta api di kawasan Singosari, Janu membelokkan mobilnya ke kanan, lanjut menyusuri sungai kecil di sepanjang perjalanan. Beberapa ratus meter kemudian, Janu membelokkan mobil, masuk ke sebuah area perkampungan. Kini, laju mobil mulai melambat.

Sejurus kemudian, setelah dua kali belokan, Janu menghentikan mobil, lalu mematikan mesin. Mereka tiba di halaman sebuah rumah tanpa pagar yang tergolong besar dan mewah dibandingkan dengan bangunan-bangunan lain di sekitarnya. Janu turun, diikuti oleh Vita yang masih belum paham, apa sebenarnya mau si sopir ini.

"Rumah siapa ini, Mas?" Vita menatap kebingungan, begitu turun dari mobil dan berdiri berhadapan dengan sang sopir.

"Ibu masuk saja. Pak Harris ada di dalam sana bersama selingkuhannya, Bu. Maafkan saya karena baru membongkar rahasia ini sekarang," ucap Janu sambil menunduk lesu.

Kalimat yang keluar dari mulut sopir itu, terasa seperti ribuan anak panah yang melesat tiba-tiba dan menancap ke seluruh tubuh Vita. Antara cemas dan lemas, marah juga sedih, semua rasa bercampur menjadi satu. Tanpa banyak bicara lagi, Vita bergegas melangkah, menuju ke bangunan mewah tersebut.

Tak bisa dilukiskan lagi perasaan Vita saat itu. Suami yang selama ini dia kenal sebagai suami sempurna. Suami yang sangat perhatian dan penuh tanggung jawab terhadap keluarga. Seorang ayah yang sangat baik, perhatian, dan lembut, mungkinkah berselingkuh? Dia menekan tombol bel di samping pintu besar itu berkali-kali hingga muncul seraut wajah yang sangat terkejut melihat kedatangan dia.

"Mama, kok ... bisa ...." Harris berucap dengan terbata-bata.

"Jadi benar, Papa selingkuh?" Vita menatap tajam ke arah sang suami yang kebetulan membukakan pintu. Padahal, setahu Vita, Harris bilang kalau dia sedang ada di Madura untuk mengontrol salah satu pabrik rokok milik keluarga mereka yang ada di sana.

"Masuk dulu, jangan berisik. Nggak enak dilihat sama tetangga." Harris segera menggamit tangan sang istri, lalu membawanya masuk ke dalam rumah.

Di ruang tamu, Vita sudah tak mampu lagi untuk membendung tangis. Dia menangis tersedu-sedu. Kedua telapak tangannya menangkup di wajah dan terlihat gemetar hebat. Harris membiarkan wanita itu untuk melampiaskan emosinya terlebih dahulu. Dia ingin menunggu sampai istrinya itu merasa tenang, baru mereka akan bicara baik-baik. Kalau sekarang, dia rasa akan percuma. Hanya akan dipenuhi oleh emosi dan amarah belaka.

Mendengar suara tangisan, seorang perempuan muda keluar dengan rambut acak-acakan, seperti baru bangun tidur. Mendengar kehadiran seseorang selain dirinya dan sang suami, Vita lantas mendongakkan kepala.

"Marni?" Vita yang mengangkat wajah karena mendengar suara langkah kaki orang lain datang mendekat ke arah mereka, merasa sangat terkejut karena melihat mantan pengasuh anak-anaknya ada di sana.

Marni pernah bekerja selama beberapa tahun sebagai asisten rumah tangga, sekaligus mengasuh anak-anak di rumah Harris. Seingat Vita, gadis itu minta untuk berhenti bekerja dan pamit pulang kampungnya dengan alasan akan menikah.

"Jadi, selama ini ... kamu berselingkuh dengan suami saya? Kamu pamit berhenti kerja dan pulang ke kampung karena menikah, ternyata menikah dengan suami saya?" Mata Vita membelalak.

"Tega sekali kamu, Marni. Apa kamu tidak ingat semua kebaikan kami selama ini sama kamu? Setega ini kamu merusak kebahagiaan anak-anak yang pernah kamu asuh!" teriak Vita dengan histeris.

Perempuan yang dipanggil Marni itu diam saja. Dia malah tersenyum sinis, kemudian duduk di sofa, tepat berhadapan dengan Vita. Dia sudah siap untuk menjadi penonton tunggal pada drama yang akan dimainkan oleh Harris dan Vita.

"Sudah, Ma. Nggak usah bahas yang aneh-aneh, deh. Kenyataannya memang sudah seperti ini. Nggak bisa lagi diubah. Toh, selama ini Papa juga masih bertanggung jawab sama keluarga, kan? apa pernah Papa lalai? Apa pernah kalian hidup kekurangan? Kalian bisa hidup dengan mewah, tidak kekurangan satu apa pun selama ini. Bukankah itu saja sudah cukup? Bahkan, lebih dari cukup," ucap Harris yang mencoba untuk menenangkan sang istri, tetapi dia malah bicara dengan nada yang sangat pongah.

Tentu saja, bukannya menenangkan, kalimat Harris itu justru makin melukai dan menyulut emosi Vita sebagai istrinya.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Freddy San

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku