Cinta yang Tersulut Kembali
Kasih Sayang Terselubung: Istri Sang CEO Adalah Aku
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Sang Pemuas
Terpesona oleh Istri Seribu Wajahku
Hamil dengan Mantan Bosku
Gairah Citra dan Kenikmatan
Perjalanan Menjadi Dewa
Hati Tak Terucap: Istri yang Bisu dan Terabaikan
Cerita dewasa
Dor !
Xavier mencari sumber tembakan itu. Dengan berlari kecil ia menuju tempat tinggalnya. Dari balik pintu ia mendengar suara dua orang pria yang tidak di kenalnya. Dengan berhati-hati, ia mencoba melihat dari celah jendela sambil berjongkok.
"Bos. Xander sudah kami habis," ungkap salah satu pria bertubuh tegap yang sedang berada di dalam rumah sambil menghubungi seseorang melalui ponselnya.
Xavier membulatkan matanya tanda ia terkejut saat melihat ayahnya telah terbujur kaku di lantai. Seketika ia teringat adiknya yang masih kecil. Matanya mencari-cari keberadaan adiknya namun tidak ia temui.
"Ayo, kita segera keluar dari rumah ini sebelum orang lain melihat !," seru pria asing itu.
Xavier bergegas untuk bersembunyi agar ia tidak menjadi korban selanjutnya dari pria asing itu.
Dengan perlahan ia berjalan menuju belakang rumahnya dan masuk melalui pintu belakang.
Pria-pria yang bertubuh tegap itu sudah meninggalkan tempat tinggal keluarga Xavier barulah ia memberanikan diri menuju jasad ayahnya.
Air mata Xavier membasahi pipinya. Karena ayahnya lah yang selama ini banyak berkorban untuk mereka sedangkan ibunya pergi meninggalkan mereka setelah melahirkan adiknya yang bernama Xaviera yang pada saat itu perekonomian keluarganya sedang sulit.
Ia melihat luka di dada kanan ayahnya kemudian menyentuhnya dan bersumpah akan membalaskan dendam atas kematian ayahnya.
"Kakak! Apakah kamu sudah pulang?," tanya seorang gadis mungil pada Xavier.
Xavier memeluk adiknya. Ia bersyukur adiknya selamat.
"Mengapa ayah tidur di lantai, kak?" tanyanya polos.
"Ayah kelelahan. Sebentar lagi kakak akan membangunkan ayah," sengaja Xavier tidak memberitahukan pada adiknya bahwa ayah mereka telah tiada.
Xavier memberitahukan kepada tetangganya perihal kematian ayahnya. Para tetangganya pun berbondong-bondong membantu Xavier dan juga melaporkan ke pihak kepolisian mengenai kematian Xander.
Xavier ingin merahasiakan kematian ayahnya dari adiknya. Ia meminta tolong pada tetangganya selama proses pemakaman, adiknya berada di rumah tetangga mereka. Tetangga mereka pun setuju.
Proses pemakaman telah selesai. Xavier pun menjemput adiknya dari rumah tetangga.
"Kakak darimana saja? Mengapa lama sekali menjemput ku?" tanya adiknya yang pada saat itu berada di punggungnya.
Sambil berjalan Xavier pun menjawab, "Kakak harus kembali bekerja."
"Apakah ayah sudah bangun?" tanya adiknya dengan polos.
"Ayah sudah pergi ke luar negeri untuk bekerja," jawab Xavier.
Dengan hati yang teriris, Xavier terpaksa berbohong pada adiknya. Ia tak ingin ada kesedihan di wajah ceria adiknya.
"Kakak, mari kita bernyanyi !" pinta Xaviera.
"Baiklah,"
Xavier yang pada saat itu masih menggendong Xaviera di punggungnya pun menuruti permintaan adiknya. Bait demi bait lagu ia nyanyikan untuk menghibur hati adiknya walau air matanya masih ingin menetes. Perlahan suara Xavier berubah menjadi parau. Adiknya pun heran dengan perubahan suara kakaknya.
"Kakak kenapa? Apakah kakak sedang bersedih? Mengapa suara kakak seperti itu?" tanya Xaviera heran.