Menuntut Balas
4.0
Komentar
3.1K
Penayangan
52
Bab

Xavier menyaksikan sendiri bagaimana ayahnya meregang nyawa di tangan mafia. Ia tidak terima atas kematian ayahnya. Rasa sakit hati yang tak terbendung, Xavier mulai belajar ilmu bela diri untuk bisa membalaskan dendamnya pada mafia yang telah menghabisi nyawa ayahnya.

Bab 1 Duka

Dor !

Xavier mencari sumber tembakan itu. Dengan berlari kecil ia menuju tempat tinggalnya. Dari balik pintu ia mendengar suara dua orang pria yang tidak di kenalnya. Dengan berhati-hati, ia mencoba melihat dari celah jendela sambil berjongkok.

"Bos. Xander sudah kami habis," ungkap salah satu pria bertubuh tegap yang sedang berada di dalam rumah sambil menghubungi seseorang melalui ponselnya.

Xavier membulatkan matanya tanda ia terkejut saat melihat ayahnya telah terbujur kaku di lantai. Seketika ia teringat adiknya yang masih kecil. Matanya mencari-cari keberadaan adiknya namun tidak ia temui.

"Ayo, kita segera keluar dari rumah ini sebelum orang lain melihat !," seru pria asing itu.

Xavier bergegas untuk bersembunyi agar ia tidak menjadi korban selanjutnya dari pria asing itu.

Dengan perlahan ia berjalan menuju belakang rumahnya dan masuk melalui pintu belakang.

Pria-pria yang bertubuh tegap itu sudah meninggalkan tempat tinggal keluarga Xavier barulah ia memberanikan diri menuju jasad ayahnya.

Air mata Xavier membasahi pipinya. Karena ayahnya lah yang selama ini banyak berkorban untuk mereka sedangkan ibunya pergi meninggalkan mereka setelah melahirkan adiknya yang bernama Xaviera yang pada saat itu perekonomian keluarganya sedang sulit.

Ia melihat luka di dada kanan ayahnya kemudian menyentuhnya dan bersumpah akan membalaskan dendam atas kematian ayahnya.

"Kakak! Apakah kamu sudah pulang?," tanya seorang gadis mungil pada Xavier.

Xavier memeluk adiknya. Ia bersyukur adiknya selamat.

"Mengapa ayah tidur di lantai, kak?" tanyanya polos.

"Ayah kelelahan. Sebentar lagi kakak akan membangunkan ayah," sengaja Xavier tidak memberitahukan pada adiknya bahwa ayah mereka telah tiada.

Xavier memberitahukan kepada tetangganya perihal kematian ayahnya. Para tetangganya pun berbondong-bondong membantu Xavier dan juga melaporkan ke pihak kepolisian mengenai kematian Xander.

Xavier ingin merahasiakan kematian ayahnya dari adiknya. Ia meminta tolong pada tetangganya selama proses pemakaman, adiknya berada di rumah tetangga mereka. Tetangga mereka pun setuju.

Proses pemakaman telah selesai. Xavier pun menjemput adiknya dari rumah tetangga.

"Kakak darimana saja? Mengapa lama sekali menjemput ku?" tanya adiknya yang pada saat itu berada di punggungnya.

Sambil berjalan Xavier pun menjawab, "Kakak harus kembali bekerja."

"Apakah ayah sudah bangun?" tanya adiknya dengan polos.

"Ayah sudah pergi ke luar negeri untuk bekerja," jawab Xavier.

Dengan hati yang teriris, Xavier terpaksa berbohong pada adiknya. Ia tak ingin ada kesedihan di wajah ceria adiknya.

"Kakak, mari kita bernyanyi !" pinta Xaviera.

"Baiklah,"

Xavier yang pada saat itu masih menggendong Xaviera di punggungnya pun menuruti permintaan adiknya. Bait demi bait lagu ia nyanyikan untuk menghibur hati adiknya walau air matanya masih ingin menetes. Perlahan suara Xavier berubah menjadi parau. Adiknya pun heran dengan perubahan suara kakaknya.

"Kakak kenapa? Apakah kakak sedang bersedih? Mengapa suara kakak seperti itu?" tanya Xaviera heran.

"Kakak tidak apa-apa. Hanya saja tadi kakak terlalu banyak makan gorengan sehingga suara kakak seperti ini," jawab Xavier sambil menyeka air matanya yang sempat terjatuh.

Walaupun Xavier memberi banyak alasan, Xaviera tetap merasa curiga dengan apa yang terjadi pada kakaknya tetapi Xaviera memilih diam dan pura-pura tidak tahu.

Sesampainya di rumah, rumah sudah kembali bersih seperti tidak terjadi apa-apa di rumah mereka. Xaviera pun turun dari gendongan Xavier.

"Segera cuci kaki kamu dan lekas lah tidur," pesan Xavier yang pada saat itu sedang berjalan menuju kamarnya.

"Iya, kak."

Xaviera memperhatikan setiap gerakan kakaknya yang hendak memasuki kamar. Ia melihat raut wajah sedih terlukis di wajah kakaknya. Ia tidak ingin menanyakan karena tidak ingin menambah beban kakaknya.

Xaviera bergegas melaksanakan apa yang di katakan kakaknya. Selesai membersihkan diri, ia pun segera menuju tempat tidurnya. Terdengar suara langkah kaki, ia pun segera menutup matanya. Ia tahu itu langkah kaki kakaknya yang akan memastikan jika dirinya sudah tertidur.

Xavier membuka pintu kamar adiknya. Lampu kamar masih terang. Ia melihat adiknya sudah memejamkan mata. Kemudian ia menarik selimut untuk membungkus tubuh adiknya yang saat itu ia kira sudah tertidur. Dengan lembut ia mengusap puncak kepala adiknya.

"Jadilah anak yang baik dan pandai menjaga diri," ucap Xavier lirih.

Xaviera masih mendengar ucapan Xavier karena pada saat itu Xaviera sedang pura-pura tidur.

Setelah Xavier mengira jika adiknya sudah terlelap, ia pun mematikan lampu kamar dan menghidupkan lampu tidur kemudian menutup kembali pintu kamar adiknya.

Xaviera merasa ada yang aneh dengan kakaknya. Setelah kakaknya keluar dari kamarnya, ia pun kembali membuka matanya. Ada rasa gelisah yang ia rasakan. Tiba-tiba saja ia teringat ketika ayahnya meminta ia sembunyi di dalam ruang bawah tanah dan tak lama terdengar suara ayahnya yang berdebat dengan beberapa orang pria, selanjutnya terdengarlah suara letusan tembakan.

Pikiran Xaviera terlalu bising dengan peristiwa ayahnya meminta agar ia sembunyi dan juga suara tembakan yang sempat ia dengar di siang itu. Tetapi berkat kakaknya mengatakan jika ayahnya telah bangun dan pergi ke luar negeri untuk bekerja, membuat perasaan gelisah nya sedikit mereda. Walaupun demikian, malam ini tetaplah ia tidak bisa memejamkan matanya.

Setelah memeriksa rumah sudah terkunci, Xavier kembali ke kamarnya. Tubuhnya yang sudah berada di atas ranjang tampak gelisah. Berulang kali ia berpindah posisinya tetapi ia tetap merasa tidak nyaman. Ia pun berjalan menuju meja belajarnya dan membuka laptopnya. Sebuah file yang berisi kenangan bersama ayahnya pun ia buka. Walaupun mereka hanya bertiga, terlihat ekspresi bahagia diantara merek bertiga. Kembali hatinya di hujani rasa sedih. Tak ingin berlarut, ia pun menutup kembali laptopnya.

Pikirannya berkelana ke masa depan adiknya. Dengan kondisi seperti ini, ia tidak mungkin meninggalkan adiknya untuk bekerja. Akhirnya terlintas di pikiran Xavier untuk menitipkan adiknya ke panti asuhan agar ia merasa tenang saat bekerja dan juga saat ia akan membalaskan dendam atas kematian ayahnya.

Keesokan harinya, Xavier sudah mengemasi barang-barang adiknya. Xaviera yang melihat kakaknya yang pada saat itu mengemasi barang miliknya pun merasa heran karena tidak ada pemberitahuan sebelumnya.

"Kakak sedang apa?. Mengapa barang-barang aku kakak masukan ke koper?"

"Oh iya, kakak lupa memberitahukan kamu jika hari ini kakak akan menyusul ayah untuk bekerja diluar negeri. Jadi kakak ingin menitipkan kamu ke rumah orang baik dan kamu akan menemukan banyak teman di sana," jawab Xavier.

Xaviera yang mendengar jawaban kakaknya pun membalas dengan ekspresi datar. Sepertinya ada rasa ingin memprotes dengan sikap kakaknya itu.

"Aku saja yang mengemasi barang-barang ku."

Xavier menoleh ke arah adiknya dengan rasa bersalah tetapi ini harus ia lakukan demi keselamatan adiknya.

"Nanti ketika sampai di sana katakan pada mereka nama kamu adalah Grizelle jangan katakan Xaviera," pinta Xavier.

"Mengapa begitu?"

"Grizelle itu juga kan nama kamu. Xaviera Grizelle Werner. Tetapi kamu cukup katakan nama kamu Grizelle dan jangan katakan nama depan kamu dan juga nama belakang kamu yang merupakan nama keluarga kita," pesan Xavier.

Xavier ingin menyembunyikan identitas adiknya. Agar para mafia tidak melacak keberadaan adiknya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Terjebak Gairah Terlarang

Terjebak Gairah Terlarang

kodav
5.0

WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Calli Laplume
4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku