Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Setelah Kau Pergi

Setelah Kau Pergi

Memey Azzura

5.0
Komentar
1.6K
Penayangan
2
Bab

Buku ini tidak jadi di terbitkan.

Bab 1 Tingkah Zizi.

Kehamilan Nana memasuki masa morning sickness. Tak ada satu makanan yang masuk dalam perutnya yang bertahan lama.

Begitu masuk beberapa saat kemudian keluar kembali. Ditambah dengan kondisi fisiknya yang menurun membuat dia tidak bisa beranjak dari ranjang.

Buat ke kamar mandi saja dia harus di papah. Burhan terpaksa menyewa seorang perawat khusus menjaga istrinya.

"Suster Farah, tolong jaga istri saya sebaik mungkin. Selama saya bekerja, jangan meninggalkan dia jika tidak ada yang menggantikan. Anda paham," tegas Burhan.

Hari ini hari pertama perawat Nana bekerja. Dan hari ini juga burhan harus kembali ke kantor. Hampir dua minggu libur untuk memastikan kondisi belahan jiwanya.

"Baik, Pak," sahut Farah hormat.

"Kamu bisa panggil ibu Bella, dia juga istri saya. Jika kamu makan siang. Atau Bi Siti untuk gantian jaga Bu Nana."

Mulut Farah setengah menganga mendengar penjelasan Burhan. Hebat juga ilmu pria tua itu punya istri lebih dari satu.

"Is-istri," ucap Farah terbata sembari menunjuk Nana tersenyum.

"Banyak tanya, tugas Anda menjaga istri saya. Bukan mencari tau tentang kehidupan saya." Burhan mendengus.

"Sayang, Abang pergi dulu. Kamu sama Farah ya." Burhan mengecup kening Nana membuat gadis polos di dekat mereka menutup wajah.

"Dasar Pak tua. Gak mikir ada orang di sini," rutuk Farah.

"Buk, benar Bapak punya dua istri. Trus tinggal serumah. Wah, g*la ya nyatuin dua istri dalam satu atap," cecar Farah dengan polosnya.

"Hm, iya gak masalah selama itu tidak saling menyakiti," sahut Nana pelan.

"Bu, dimana-mana gak ada sesama istri itu akur. Dalam hati pasti ada rasa iri atau apalah gitu saya gak paham." Farah terdiam.

Luka kala ayahnya membawa wanita lain kerumah kembali berdarah. Waktu itu dia masih duduk di bangku SMA.

Dengan santainya ayahnya datang dan memperkenalkan istri baru pada ibunya. Mengajak tinggal bersama, hingga beberapa bulan kemudian sang ibu di temukan tewas. Dalam kamar usai menenggak racun serangga.

Awalnya dia mengira ibu wanita yang telah melahirkannya itu bahagia. Ternyata menyimpan semua luka teramat dalam di balik senyum tulusnya.

Sejak saat itu Farah membenci yang namanya laki-laki beristri lebih dari satu. Dia tidak ingin ada lagi wanita lain jadi korban seperti ibunya.

"Kami berbeda, nanti kamu juga akan tahu bagaimana kami." senyum Nana mengembang memejam mata perlahan.

Farah yang masih kesal memaki poto Burhan bersama Nana. Dalam hati dia terus memaki dengan menunjuk-nunjuk wajah Burhan.

Burhan sudah tiba dikantor satu jam yang lalu. Namun belum ada satu pun yang di kerjakan.

Pikiran masih tertuju pada Nana. Berat baginya melepas belahan jiwanya dari pantauan.

Pria dalam balutan kemeja biru muda masih mencoba menghubungi nomor istri keduanya. Sekedar bertanya kabar Nana tapi tak kunjung di angkat.

Tangannya meraih cangkir kopi yang sudah dingin. Pria itu mengesap beberapa kali. Dengan pandangan tak beranjak dari layar gawai.

Berharap Bella menghubungi balik. Mengingat hampir puluhan kali menelepon.

"Bro, Napa lagi? Gak bisa apa datang pagi itu muka ceria dan cerah secerah matahari pagi ini," ujar Ferdi menghampiri Burhan yang tidak karuan.

"Lo, kalau gak kepo pusing ya kepala Lo. Makanya buruan lamar tu Tary."

"Sabar bro. Nikah mah gampang, tapi kehidupan setelah nikah yang sulit. Kasihan kantor ini orang-orangnya pada banyak masalah."

"Lo nyindir Gue. Gue kirim ke KUA baru tau."

"Mau banget, apa lagi sekalian Lo bayarin resepsi."

"Ada ya, cowok matrek kek Lo. Buat nikah aja Lo pelit. Astaga, kok Gue baru nyadar."

"Santai Bro. Gue becanda, ini Gue lagi nyari tanggal yang tepat. Rencananya mau minta Lo ama Nana yang lamar Tary buat Gue. Tapi Nana lagi gak sehat ya udah ntar Gue minta Emak sana adik Gue dan suaminya aja."

"Serius!!"

"Jangan gitu muka Lo. Itu sangat menghina."

"Alhamdullah, Akhirnya si jomblo akut berubah status. Bilang Lo mau kado apa? Atau Lo mau honeymoon ke Bali kek Gue ama Bella maren."

"Makasih, gak usah terlalu royal. Kalau bisa keliling Eropa aja."

"Asem Lo, itu mah mau Lo."

Obrolan mereka terhenti saat gawai Burhan berdering.

"Wa'alaikumsalam, iya Abang hanya ingin mengetahui keadaan Nana," ucap Burhan setelah menggeser tombol hijau di layar gawainya.

"..."

"Okeylah, lanjutkan pekerjaanmu. Abang lagi bicara serius sama bujang tua ini."

"..."

"Dalam waktu dekat dia mau ngelamar Tary. Nanti coba kamu temui Nana minta dia menghubungi Mama Maya agar tinggal sama kita sementara sampai proses pelepasan status lajang bujang tua ini lepas."

"..."

"Iya, ya udah ya. Jangan lupa istirahat dan makan ya. Love you. Assalamualaikum." Burhan meletakan gawainya.

"Siapa yang Lo kata bujang tua." Ferdi mendelik. "Lo ngatain orang terang-terangan amat."

Dirumah Bella membawa Zizi kekamar Nana. Menyampaikan apa yang di minta Burhan dalam telepon.

"Mami," teriak Zizi naik ke ranjang king size Nana. Memeluk dan menc*um Nana geram.

Gadis kecil tiga tahun itu orangnya geram-geraman. Kadang dia akan mencubit tanpa sebab.

"Ratu Mami, apa kabar?"

"Baik sekali, tapi tidak sebaik main sama Mami." Zizi menggerakkan bibirnya kekiri dan kekanan berulang-ulang.

"Kok, gitu." Nana menarik Zizi untuk berbaring disebelahnya.

"Bunda itu cerewet, ini gak boleh. Itu gak boleh. Pusing Zizi." Dia menggeleng dan menepuk dahi.

"Udah dulu ya, kangen-kangenannya. Bunda mau bicara sama Mami. Anak sholehah sama suster Farah dulu. Okey," sela Bella mengangkat tubuh gempal putrinya menyerahkan pada perawat Nana.

"Suster tolong jaga anak saya ya," pinta Nana di balas anggukan oleh Farah dan membawa Zizi keluar.

"Gak mau," tolak Zizi.

"Sayang, kita main di bawah yuk. Kita main apa saja," bujuk Farah sedikit menarik tangan gadis kecil itu.

"Suster, jangan tarik-tarik. Sakit tau," seru Zizi membesarkan matanya.

Gadis dua puluh satu tahun itu tercengang. Zizi anak yang cerdas dan judes serta pemberani.

"Aku aduin Papi. Mau." Zizi menyilangkan tangan.

"Maaf, suster gak sengaja. Anak cantik maafin suster?" tanya Farah menangkupkan tangan menyejajarkan tinggi dengan gadis comel ini.

Zizi tersenyum miring, usianya masih balita. Dia harus memberi pelajaran pada suster jahat.

Farah mengikuti ke mana pun bocah tiga tahun itu pergi. Rupanya dia pergi ke kamar, karna masih baru. Farah menunggu di luar kamar.

Dalam kamar Zizi mengambil semua alat kosmetik Bundanya. Membawanya ke tempat bermain.

Biasanya boneka Barbie jadi objek. Kali ini ada suster jahat penggantinya.

Bi Siti berada dalam kamar hanya menggeleng. Wanita tua itu sudah paham kelakuan gadis kecil itu.

Pendiriannya kuat, tegas dan sulit untuk di pengaruhi. Mewarisi sifat kedua orang tuanya.

Hanya Nana yang bisa mengendalikannya. Bella ibu kandungnya selalu mengeluh menghadapi tingkah polah putrinya.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Memey Azzura

Selebihnya

Buku serupa

Pemuas Nafsu Keponakan

Pemuas Nafsu Keponakan

Romantis

5.0

Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku