/0/19206/coverorgin.jpg?v=73b6aa1e2c1c449e7b4a460ba003c584&imageMogr2/format/webp)
Suara berisik alat dapur sudah menjadi makanan sehari-hari seorang Chef. Wajan, spatula, merupakan alat tempurnya. Semua itu adalah rutinitas seorang, Bara Kalandra.
“Pesanan meja nomor 1 dan 4, done!” seru salah satu pelayan bernama Alvin.
Keadaan dapur masih riuh, karena waktu menunjukkan jam makan siang. Peluh yang membasahi wajah Bara, terlihat menarik hampir bagi seluruh wanita. Dengan lengan yang terlihat kokoh saat memegang alat masaknya. Membuat pria itu semakin terlihat seksi bagi kaum hawa.
Memiliki tubuh tegap, kekar dengan tinggi 180 cm, dan jangan lupa wajahnya yang turunan Jerman itu, menambah nilai tambah baginya. Akan tetapi, sampai sekarang, tidak pernah sekalipun dia terlihat menggandeng seorang wanita, kecuali sang sahabat, ibu atau kakak perempuannya.
Tidak ada yang berani bertanya langsung mengenai hal pribadi itu, karena Bara merupakan sosok yang dingin, tak tersentuh. Dia hanya bicara seperlunya, kecuali dengan ibu, kakaknya dan satu sahabatnya, Zoya Caroline.
“Lo pulang ke mana tadi malam?” tanya Zoya penasaran, begitu Bara keluar dari ruang ganti.
Zoya adalah pemilik restoran tempat Bara bekerja. Bukan hal baru bagi para staf melihat Bara dan Zoya yang lengket satu sama lain, meskipun Zoya yang paling banyak berbicara dan menempel pada pria dingin itu.
“Apartemen.” Bara menyahut seadanya.
“Gue boleh nginep di sana? Di rumah gak ada orang, males sendirian,” ucap Zoya dengan penuh harap.
“Hmm.”
Seperti itu kira-kira percakapan Zoya dan Bara sehari-hari. Bara mengenal Zoya sedari kecil, maka dari itu Bara bisa berbicara banyak dengan Zoya. Apalagi Zoya seorang yang ramah, dan sedikit bar-bar. Jauh sekali dari namanya yang sangat anggun.
***
“Tadi malem, mama lo telefon gue. Nanyain anak bujangnya yang gak pulang,” ucap Zoya begitu sampai di apartemen Bara.
“Gue males pulang.” Bara menjawab sembari terus melangkahkan kakinya ke arah kamarnya. Tidak terlalu peduli dengan pertanyaan sahabatnya itu.
“Kenapa?”
“Ujung-ujungnya disuruh nikah.”
“Ya nikah aja kalo gitu,” sahut Zoya dengan membuka seluruh pakaiannya, menyisakan bra dan celana dalamnya saja.
Mereka berdua memang sudah terbiasa seperti itu, dan tidak pernah terjadi apa-apa di keduanya. Bahkan, wajah Bara tidak menunjukkan ekspresi apa pun, datar dan lempeng.
“Gak segampang itu, Zoy!” balas Bara sedikit mengerang.
“Apa karena ... itu?” tanya Zoya hati-hati namun matanya tidak urung melihat ke area privasi Bara.
“Lo udah tau itu!”
“Lo gak ada niatan, sih,” balas Zoya, sedikit menyalahkan pria itu.
Bara merotasikan kedua bola matanya kesal dan malas secara bersamaan. “Udah lah, gue capek! Mau tidur.”
Bara pun memasuki kamarnya, membuka semua yang melekat di badannya untuk mandi, dan beristirahat. Dia begitu lelah, baik fisik dan batinnya.
Mengingat dia yang memiliki keanehan, membuat Bara mengerang frustrasi di bawah guyuran air. Sebenarnya, miliknya bisa terbangun, waktu menonton video dewasa. Akan tetapi, tak seberapa lama sudah lemas, lunglai, bahkan sebelum dia mengeluarkan hasratnya.
Dia telah periksa ke dokter beberapa kali di tempat yang berbeda, tetapi semua hasilnya menunjukkan tidak ada yang salah dan keanehan di dalam tubuhnya, alias normal dan sehat. Itu semakin membuat Bara bingung dan frustrasi memikirkan solusi untuk masa depannya.
***
“Eh! Kebangun, Bar?” sapa Zoya sedikit kaget, begitu melihat Bara keluar kamar.
Bara juga cukup terkejut melihat sahabatnya yang masih belum tidur itu. Namun, dia sangat bisa mengontrol ekspresinya. Dia hanya mengangguk singkat. “Haus.”
“Bokser udah buluk, masih lo pakek aja,” ledek Zoya yang malah fokus dengan bokser yang dipakai sahabatnya itu.
Bara memang hanya memakai bokser saat keluar dari kamarnya, karena Bara suka memakai bokser saja saat tidur. Hal itu memang sudah biasa. Bahkan, mereka hampir tela*njang, dan dilihat satu sama lain. Terlihat sangat di luar nalar, bukan? Hubungan persahabatan di antara keduanya.
“Udah terlanjur nyaman, jadi sayang,” sahut Bara acuh.
Zoya yang sudah terbiasa dengan sikap acuh sahabatnya itu. Ia hanya menghela nafas lelah. Kemudian, dia pamit untuk pergi. “Gue mau keluar bentar lagi.”
“Kemana? Udah malem juga!” Bara memicingkan matanya tajam.
“Cari duda kaya raya, atau brondong juga boleh,” jawab Zoya asal sembari memasang heels miliknya.
“Gila!” sembur Bara tanpa pikir panjang.
Zoya terkekeh geli melihat reaksi sahabatnya itu. Hingga dentingan suara bel, mengalihkan atensi mereka berdua.
/0/15244/coverorgin.jpg?v=989fda4e7f77dd4beb4d6dae7aa14deb&imageMogr2/format/webp)
/0/15179/coverorgin.jpg?v=382cab3baa2563080ea8e6828e564211&imageMogr2/format/webp)
/0/19016/coverorgin.jpg?v=fa0a7ea0d31a1a092582abff71ac8703&imageMogr2/format/webp)
/0/6480/coverorgin.jpg?v=7b42e334b6b42ad5c0d3092eaacb4684&imageMogr2/format/webp)
/0/21167/coverorgin.jpg?v=0eaf36107d3953be702842be2e46ecb6&imageMogr2/format/webp)
/0/18593/coverorgin.jpg?v=6e047c6fb701d65303e74f9099744b7b&imageMogr2/format/webp)
/0/8523/coverorgin.jpg?v=db62730b9b480114cf51a5d41c6d41c7&imageMogr2/format/webp)
/0/18467/coverorgin.jpg?v=b902f1f6a225efeed3093541e2ca7f28&imageMogr2/format/webp)
/0/8553/coverorgin.jpg?v=6d785eaa780a19d00967451b2fad3061&imageMogr2/format/webp)
/0/12466/coverorgin.jpg?v=9708eb3a96ea70a88003a6546546066e&imageMogr2/format/webp)
/0/13462/coverorgin.jpg?v=0c616a1344722e20590590b6ebde98df&imageMogr2/format/webp)
/0/22079/coverorgin.jpg?v=c68721a27793d35ee564bdf9390490d5&imageMogr2/format/webp)
/0/16995/coverorgin.jpg?v=58c39fc3a5e3fe5313df237efab70edf&imageMogr2/format/webp)
/0/16527/coverorgin.jpg?v=2e54cd0c6edd768dfd375d41be6de1f3&imageMogr2/format/webp)
/0/20168/coverorgin.jpg?v=7c253ea68fec9fde246b4d39f47fe669&imageMogr2/format/webp)
/0/16927/coverorgin.jpg?v=7b46931921d8c029c2f0426f3bf18b01&imageMogr2/format/webp)
/0/22211/coverorgin.jpg?v=db1a02172383472971f67db12c755abe&imageMogr2/format/webp)
/0/12434/coverorgin.jpg?v=546c716be25815d3257667681f9301ab&imageMogr2/format/webp)
/0/23987/coverorgin.jpg?v=65539e85f791a9c83ad480a55e39389c&imageMogr2/format/webp)
/0/16023/coverorgin.jpg?v=69d2f9132c92926ac8c1d036a562fb9b&imageMogr2/format/webp)