Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Jerat CEO Tunangan Paksa

Jerat CEO Tunangan Paksa

Muhammad Aditya

5.0
Komentar
Penayangan
5
Bab

Setelah melakukan balas dendam yang emosional terhadap mantan kekasih dan sahabat baiknya yang telah mengkhianatinya, Melinda Arum justru terjerat dalam sebuah pertemuan tak terduga dengan seorang pria bernama Reyhan Azrael. Pertemuan itu bermula dengan kesalahan kecil-salah masuk ke toilet pria yang membuat Melinda terpaksa mencari jalan keluar dengan cepat. Namun, nasib membawa mereka lebih dekat, dan Reyhan, yang ternyata adalah CEO dari salah satu perusahaan terbesar di Jakarta, tiba-tiba menawarkan bantuan. Dengan bantuan Reyhan, Melinda berhasil lolos dari masalah besar yang menimpanya. Namun, bantuan itu datang dengan harga yang tidak ia duga. Reyhan meminta balas budi yang tak bisa ia hindari: agar Melinda menjadi tunangannya! Tuntutan itu membuat hati Melinda bergejolak, antara bingung, marah, dan terperangah. Dan dari sinilah perjalanan mereka dimulai-sebuah hubungan yang penuh ketegangan, kebohongan, dan rasa sakit yang mendalam.

Bab 1 membalas dendam pada Raka dan Nadia

Melinda Arum menghela napas panjang, mencoba menenangkan detak jantungnya yang masih berdetak tak terkendali. Wajahnya yang dulu sering cerah dan penuh semangat kini tampak lelah dan hampa. Seminggu terakhir bagai mimpi buruk yang terus menghantui, sebuah kenyataan pahit yang tak pernah ia bayangkan akan menimpanya. Dulu, hidupnya terasa sempurna: ia memiliki seorang kekasih yang dicintainya dan sahabat yang selalu ada di sisinya. Namun, dunia yang tampak indah itu runtuh seketika setelah ia mengetahui bahwa pria yang ia cintai, Raka, ternyata selingkuh dengan sahabat baiknya sendiri, Nadia.

Itu adalah pukulan telak yang membuatnya merasa hancur, tak tahu harus berbuat apa. Melinda merasa seperti terjatuh dari tempat yang tinggi, dengan luka yang sangat dalam di hatinya. Ia menghabiskan berhari-hari untuk membalas dendam pada Raka dan Nadia, berusaha untuk mengembalikan sedikit harga dirinya yang terluka. Ia ingin mereka merasakan apa yang ia rasakan-rasa sakit yang begitu perih, pengkhianatan yang sulit dihapus dari ingatannya.

Namun, dalam kesedihannya, pertemuan dengan seorang pria tak terduga di sebuah mall membuat segala hal berubah. Kejadian itu terjadi pada malam yang gelap, saat Melinda sedang melangkah keluar dari kafe setelah bertemu dengan teman-temannya. Ia merasa sedikit lebih baik setelah beberapa gelas anggur, namun hati dan pikirannya masih berat.

Melinda bergegas menuju toilet, tak peduli dengan keramaian di sekitarnya. Namun, dalam keadaan setengah mabuk, ia tanpa sengaja memasuki toilet pria yang ada di ujung lorong. Ia langsung terkejut dan hampir ingin berbalik ketika sebuah suara dalam yang dingin terdengar dari balik pintu toilet.

"Tidak ada di sini," suara pria itu berkata dengan nada yang sangat tenang, namun terasa memerintah.

Melinda menatap pria yang baru saja muncul dari balik pintu, matanya tampak lelah namun tajam. Dalam sekejap, ia langsung menyadari bahwa ia berada di tempat yang salah. Pria itu tampak sangat tegap, mengenakan jas rapi yang menunjukkan statusnya yang tinggi. Namun, yang paling mencolok adalah tatapannya-sebuah tatapan yang penuh keyakinan dan kontrol. Melinda merasa kaget, wajahnya merah seketika karena malu.

"Maaf, saya tidak sengaja masuk," kata Melinda buru-buru, berusaha untuk mundur dengan cepat.

Namun, pria itu tidak langsung menghindar. Justru dia berdiri tegak, menatap Melinda dengan sebuah senyuman yang sangat tipis, seolah sedang mengamati setiap gerak-geriknya. "Tidak masalah," katanya dengan suara yang dalam, seolah sedang mengukur sesuatu.

Melinda mencoba menghindari tatapannya yang terlalu intens, namun pria itu tetap berdiri di sana, seolah menunggu sesuatu. Melinda merasa tak nyaman, apalagi dengan keadaan tubuhnya yang setengah terhuyung. Ia hendak pergi, tapi langkahnya terhenti sejenak ketika pria itu berkata lagi.

"Jika kamu merasa ada yang salah, aku bisa membantumu keluar dari masalah," katanya. Nada suaranya dingin dan penuh pertimbangan.

Melinda mengerutkan kening. "Maksudmu apa?" tanyanya, tidak mengerti dengan apa yang dimaksud pria itu.

"Keluar dari masalah yang sedang kamu hadapi," jawab pria itu, sedikit lebih mendalam. "Tapi kamu harus mendengarkan aku."

Melinda merasa bingung, namun dalam keadaan terdesak dan hampir tak tahu harus berbuat apa, ia akhirnya mengikuti pria itu keluar dari toilet. Mereka berjalan di lorong yang sepi, sementara pria itu menjelaskan bahwa dia adalah Reyhan Azrael, CEO dari salah satu perusahaan besar di Jakarta. Tentu saja, nama itu tidak asing bagi Melinda, meskipun ia tidak tahu persis siapa Reyhan dalam kesehariannya. Yang ia tahu, Reyhan adalah seorang pria yang tidak hanya kaya raya, tetapi juga dikenal karena kekuatan dan pengaruhnya yang besar.

"Kenapa kamu membantu saya?" Melinda bertanya, masih merasa ragu dan cemas.

Reyhan berhenti sejenak, memandang Melinda dengan tatapan tajam yang bisa membuat siapa saja merasa seperti tengah diperiksa. "Karena aku tahu apa yang kamu rasakan," jawabnya singkat, lalu melanjutkan langkahnya.

Melinda tidak dapat menjelaskan perasaannya. Ada sesuatu yang aneh dalam dirinya-sebuah ketertarikan yang tak bisa ia pungkiri, namun juga sebuah rasa takut yang tak bisa ia singkirkan begitu saja. Sesuatu dalam diri Reyhan membuatnya merasa cemas, sekaligus terpesona.

Mereka tiba di tempat parkir yang jauh dari keramaian. Reyhan membuka pintu mobil mewahnya dengan gesit dan mengarahkan Melinda untuk masuk. "Percayalah padaku. Aku tidak akan membiarkan apa pun terjadi padamu malam ini," kata Reyhan, suaranya penuh ketegasan.

Melinda yang terhuyung-huyung karena kesedihan dan kebingungannya akhirnya menuruti. "Apa yang kamu inginkan dariku?" tanya Melinda, suara lebih lemah dari yang ia inginkan.

Reyhan menoleh ke arahnya, dan untuk pertama kalinya, ada sesuatu yang lebih lembut dalam sorot matanya. "Aku hanya ingin menolongmu, Melinda," jawabnya pelan. "Namun, ada satu hal yang harus kamu ingat. Aku tidak memberikan bantuan tanpa imbalan."

Melinda menatapnya, merasakan jantungnya berdegup lebih kencang. "Imbalan?" tanyanya, merasa cemas sekaligus penasaran.

"Ya, kamu harus membantuku," jawab Reyhan tegas, menatapnya dengan penuh arti.

Melinda terdiam sejenak, mencoba mencerna kata-kata itu. "Apa maksudmu?" tanya Melinda dengan hati yang mulai berdebar-debar.

"Aku ingin kamu menjadi tunanganku," kata Reyhan tanpa ragu, matanya tetap tak lepas dari wajah Melinda. "Atas dasar aku sudah membantumu, jadi kamu harus membantuku."

Melinda merasa tubuhnya seperti diserang oleh ribuan pertanyaan sekaligus. "Tunanganku? Kamu gila!" ia hampir berteriak, merasa marah dan bingung.

Reyhan hanya tersenyum tipis, seakan segala hal yang terjadi malam ini adalah bagian dari sebuah rencana yang tak bisa ia hindari. "Bukan soal gila, Melinda. Ini soal kesepakatan. Dan kamu tidak akan bisa menghindarinya."

Di saat itu, Melinda tahu hidupnya akan berubah selamanya. Tapi apakah ia siap untuk menerima konsekuensinya?

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Muhammad Aditya

Selebihnya

Buku serupa

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Cris Pollalis
5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku